6 juli 2020
Suami terbaik
Episode 2
Allah hu akhbar
Allah hu akhbar….
Sayup-sayup telingaku mendengar suara adzan yang sangat merdu, entah siapa yang memiliki suara semerdu itu, tapi mataku rasanya masih berat untuk terbuka masih ingin terbuai dalam mimpi, mungkin bisikan syetan lebih ku dengar dari pada suara itu.
“ Nyonya.”
Ah, siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan, nyonya, apa tidak tau usiaku yang masih sangat muda, yang benar itu seharusnya’nona’ kurasakan seseorang tengah mengguncang-guncangkan tubuhku pelan hingga terpaksa harus ku buka mataku, terlihat seorang wanita cantic memakai mukenah putih tersenyum lembut padaku.
“ Nyonya, sudah subuh. Tuan sudah mengumandangkan Adzan, artinya kita harus segera kesana,” katanya. Aku mengerjapkan mataku, eh? Diriku baru menyadari kalau tubuhku sudah tidak lagi berada di sofa panjang yang terletak di sudut kamar ini, tapi di atas ranjang milik suamiku, siapa yang memindahkanku? Mataku memperhatikan penampilanku, mataku membulat saat baju pengantinku sudah diganti dengan baju tidur biasa, siapa juga yang menggantikannya?. Aku mendongakkan wajahku menatap wanita cantic yang masih berdiri di depanku, dia terlihat kebingungan dengan sikapku.
“ Kakak, kalau aku boleh tanya, siapa yang memindahkanku di atas ranjang, seingatku semalam aku kelelahan dan tidur di atas sofa itu,” kataku sambal menunjuk pada sofa panjang di sudut ruangan. Wanita itu terlihat tersenyum.
“ Disini, ada sebuah peraturan, pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan suami istri atau saudara, tidak diizinkan untuk saling bersentuhan, jadi itu pastilah tuan muda yang melakukannya,” jawabnya sopan.
Ha????
Suamiku yang melakukannya? Jangan-jangan yang mengganti bajuku juga dia? Tapi aku tidak merasakan apapun, mungkin dia hanya mengganti baju saja. Tapi itu artinya dia sudah melihat semua bagian tubuhku, bahkan pada bagian intimnya juga. Kenapa dia sangat curang? Aku bahkan belum melihat bagian dalam dirinya, apa lagi bagian yang “itu “ ah, kenapa otakku jadi m***m begini?.
“ Nyonya, anda harus segera bersiap. Tuan akan marah kalau ada salah satu penghuni tempat ini yang terlambah jamaah sholat subuh,” kata wanita itu lagi.
Sebenarnya ini dimana? Pesantren atau rumah orang pebisnis, ketat sekali aturannya. Dengan enggan ku turunkan satu persatu kakiku lalu segera pergi ke kamar mandi, sebenarnya sudah lama sekali aku tidak pernah jamaah sholat subuh, tentu saja karena rasa dingin dan kantuk yang kerap kali menyerang hingga membuat ku malas, ya, Allah, ampunilah hambamu ini. Setelah selesai aku segera mengambil mukenah yang sudah disiapkan lalu pergi bersama kakak cantic tadi.
@@@
Sebuah masjid yang cukup besar berada di pekarangan hunian 27 tingkat itu, kubahnya terbuat dari lapisan emas, lantainya dari marmer paling mahal, Fira tercengan melihat ada sebuah masjid di dalam rumah orang, matanya melihat banyak jamaan baik dari laki-laki dan perempuan yang berdatangan, dia berpikir apakah tiap subuh pintu gerbang rumah suaminya itu dibukak agar para jamaah bisa masuk dan jamaah di masjid itu? Tapi itu tidak mungkin, mengingat rumah ini berada ditempat yang terpencil, orang mana yang mau repot-repot datang kesini, lalu mereka semua siapa? Tidak mungkin jin,’kan?.
“ Mereka semua pelayan disini, nyonya,” ucap wanita yang sedari tadi memperhatikan istri majiikannya yang terlihat kebingungan. Fira terkejut, dia bahkan mulai menghitung dengan menunjuk-nunjuk para jamaah dengan tangannya.
“ Semua berjumlah 1000 orang, nyonya,” ucap pelayan itu. Fira semakin tidak percaya dia mengalami hal ini, ia menoleh pada wanita itu, sedari tadi ia tidak belum menanyakan nama wanita yang selalu memanggilnya, nyonya, itu. Gadis itu berharap wanita itu bukan saingannya untuk menjadi ratu dalam hunian luar biasa mewah ini.
“ Kakak, kalau boleh tau, nama kakak siapa? Dan apa kakak ini salah satu istrinya juga?” tanya Fira. Wanita itu tersenyum simpul.
“ Nama saya, Ezra. Saya adalah pelayan yang bertugas melayani segala keperluan nyonya mulai dari sekarang,” Jawab Ezra.
“ Alhamdulillah, ternyata kau bukan maduku, kau cantic sekali, aku saja kalah darimu,” ucap Fira tidak percaya diri.
“ Tuan tidak pernah menilai orang lain hanya dari kecantikan wajahnya saja Nyonya, karena menurut tuan Surga Allah tidak menerima orang yang hanya cantic fisik tapi hatinya tidak, tapi surga Allah hanya menerima manusia yang memiliki hati yang mulia yang selalu mendekatkan diri padanya, meski dia buruk rupa sekalipun,” balas Ezra. Gadis itu mulai mengagumi sosok Sang suami yang terlihat dingin itu tapi ternyata memiliki pemikiran yang baik, dia tidak hanya memikirkan dunia tapi ternyata juga akhirat.
“ Ya, sudah. Sebaiknya sekarang kita segera masuk, jangan sampai dia marah,” balas Fira sambal kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam masjid.
Setelah seluruh jamaan berkumpul Ivan maulanan rizky mengakhirinya dengan iqomah, setelah itu dia mulai bertakbir karena dialah imam dalam jamaah subuh itu. Setelah melaksanakan sholat subuh seluruh pelayan melaksanakan tugsasnya masing-masing, ada yang membersihkan kebun, ada juga yang bertugas mengurus masjid dan lain-lain.
Firanda masih diam di posisinya, tidak sekali pun dia mengalihkan perhatiannya dari Sang suami yang masih berzikir di pengimanan, ia terus memperhatikan suaminya dari tempat duduknya, setelah suaminya bangkit gadis itu juga berdiri, karena kakinya pegal terus duduk dalam posisi ditekuk membuat dirinya oleng dan hampir terjatuh, kalau saja sebuah tangan tidak menahannya.
“ Hati-hati,” katanya. Fira mendongak, matanya melihat wajah rupawan Sang suami yang bersinar sangat dekat dengannya, jantungnya berdebar tidak karuan.
“ Apa kakiku sakit?” tanya Maulana lembut. Gadis itu mengangguk tanpa sadar, pria itu tersenyum kemudian segera mengangkat tubuh Sang istri kedalam gendongannya, lalu membawanya kembali masuk kedalam rumahnya.
“ Kata kak, Ezra. Pria dan wanita tidak boleh bersentuhan, lalu kenapa kau menggendongku?” tanya Fira yang masih berada dalam gendongan Sang suami, ia bisa merasakan tiap hentakan langkah kaki suaminya yang lembut seakan tidak ingin dirinya terluka sedikit pun.
Maulana tersenyum menanggapi pertanyaan istrinya, dia tidak melupakan peraturan yang dia buat dalam kediamannya, tapi itu jika tidak memiliki hubungan yang mengizinkan pria dan wanita saling bersentuhan, tapi dirinya adalah suami untuk gadis itu jadi sah-sah saja bahkan akan dapat pahala.
“ Apa kau tau? Pahala jika seorang istri menyentuh suaminya?” tanya Maulana. Gadis itu menggeleng, selama ini dia tidak pernah mempelajari hukum pernikahan suami dan istri, dirinya juga tidak menyangka akan menikah dengan pebisnis tapi mirip ustad begini.
“ Aku mana tau, aku paling malas mempelajari buku agama, apa lagu tentang suami istri, yang aku tau surga dunia itu adalah saat malam pertama, seorang pria melakukan”anu” dengan istrinya. Bahkan seorang pria akan merasa bangga bila memiliki “itu” yang besar,” jawab Fira dengan wajah bersemu merah. Maulana menundukkan pandangannya, ia tersenyum tipis melihat istrinya yang terlihat malu-malu, dalam hati dia merasa lega karena gadis yang dia nikahi bukanklah seperti kebanyakan gadis jaman sekarang yang belum menikah sudah mengerti dan bisa menjelaskan hubungan suami istri dengan sangat sangat gambling seakan mereka telah melakukannya sendiri.