9 July 2020
Suami terbaik
Episode 5
Istriku yang cantic, tapi kurang pengetahuan dalam agama, bagaimana cara harus bersikap pada seorang suami, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang istri, itu pun dia tidak tau. Bukan hal yang bisa dia terima jika aku memberikan pelajaran seperti seorang ustad atau kiyai besar diluar sana dengan Bahasa yang formal mendudukkannya di sampingku dan memberikan siraman rohani, baru mulutku akan mengucapkan salam pembuka dia pasti sudah langsung marah-marah, itulah mengapa saat mengajarinya diriku sedikit menggodanya, dengan rasa cinta dan penuh perhatian serta kesabaran, hatiku yakin istri kecilku bisa menjadi seorang istri yang sholelah tanpa paksaan sedikitpun dalam menjalani kehidupan Muslimah sejati. Seperti Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang selalu mengajarkan islam pada siapapun dengan penuh kesabaran tanpa paksaan dan kekerasan. Masih ku ingat suatu ayat Al – Qur’an yang menjelaskan tentang islam itu agama yang tidak menyukai kekerasan, seingatku artinya seperti ini” serulah manusia ke pada jalan Tuhanmu dengan jalan yang hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa-siapa yang tersesat dari jalan-jalannya, dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk( Q.S. An nahl: 125) .
Jadi menurutku jika ada seseorang yang menyebarkan agama Islam dengan cara kekerasan menurutku sangat tidak sesuai dengan ayat tersebut, tapi semua kembali pada kedasaran masing-masing individu, mungkin juga di luar sana banyak yang tidak setuju dengan pemikiranku ini, tapi diriku hanyalah seorang manusia biasa yang tentunya banyak melakukan kesalahan dan perlu perbaikan.
Mataku melirik gadis kecil kesayanganku yang masih berdiri terpaku, matanya terus memperhatikanku yang memasang selimut hangan di atas Kasur, sepertinya dia sangat kagum, kemungkinan dirinya tidak pernah melakukannya, sebaiknya kembali aku mengajarinya sambal menggodanya tentu saja,” Istriku, kenapa kau masih berdiri disitu?” tanyaku. Gadis itu tersentak, oh, tadi dia terlalu focus memperhatikan caraku menggelar selimut.
“ Kenapa aku harus mandi?” tanyanya dengan ekspresi kesal. Mudah sekali istriku itu kesal dengan apapun yang ku ucapkan, sepertinya dirinya terlalu sensitive dengan setiap kata yang keluar dari mulutku.
“ Apa kau belum pernah mendengar bahwa kebersihan itu sebagian dari pada iman?” tanyaku sambal memandangnya lembut. Lihatlah! Dia sudah merengut tidak karuan, padahal aku belum menyebutkan hadisnya, bagaimana kalau aku berceramah seperti para ustad begitu, bisa-bisa dia akam menyumpal telinganya itu dengan handsed lalu memutar lagu pop dan volumenya di penuhi.
“ Iya, iya. Kau tidak usah mulai berceramah lagi,” serunya. Tapi istriku itu masih setia berdiri sambal memandangiku, heh, sepertinya aku harus mulai menjahilinya agar dirinya segera berangkat mandi agar sekolahnya tidak terlambat.
“ Sayang, perlukah aku memandikanmu?” sudah bisa ku tebak dengan pertanyaan itu dia akan seperti apa, marah-marah sambil memakiku dengan sebutan mesumlah, pikiran kotorlah, tapi aku akan tetap bersabar. Karena Allah sangat menyukai orang yang berhati sabar .
“ Siapa yang mau kau mandinkan?! Kau piker kau tidak tau akal bulusmu, kau pasti ingin mencari keuntungan lagi,’kan? Seperti semalam, kau mengganti bajuku, kau pasti sudah melihat seluruh tubuhku bahkan bagian terintim sekalipun, kau itu curang, aku bahkan tidak pernah melihat tubuhmu tanpa busana,” balasnya stersungut-sungut. Wah, istriku sangat lucu dan menggemaskan. Dia sangat tersungu-sungut penuh emosi, jadi istriku itu tidak terima karena aku sudah melihat seluruh tubuhnya yang tanpa sehelai benang. Memangnya kalau bukan aku yang harus menggantikan bajunya, siapa lagi? Sebagai seorang suami diriku juga tidak rela ada yang melakukannya, istriku sangat berharga, apapun yang ada dalam dirinya selalu ku hargai dan ku hormati. Dia adalah kehormatanku, tentu saja dia tidak tau itu.
Firanda Firdaus dongkol setengah mati mendengar tawaran akan dimandikan oleh pria yang bersetatus sebagai suaminya itu, dia yakin pria itu hanya ingin melakukan kecurangan lagi, dia memicing tajam mematap pria itu,” Jadi, istriku mengira aku tidak adil begitu?” tanya Maulana dengan wajah menyesal. Gadis itu hanya mengangguk.
“ Baiklah, kalau begitu kau boleh melihat diriku tanpa sehelai benang pun, tenang saja, sayang. Kau tidak akan berdosa dengan melakukan itu, dari pada kau menonton komik yang menggambarkan pria berotot tak memakai celana,” balas Maulana memamerkan senyum jahilnya. Fira melotot tajam pada Sang suami, tapi kemudian dia menggelangkan kepalanya sambal menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya saat pria itu hendak menyentuh tali pengikat jubah mandinya.
“ Tidak mau, tidak mau. Jangan buka baju di depanku!” serunya ketakutan. Pria itu terkikik geli, dia selalu bisa menjahili gadisnya.
“ Sayang, aku tidak mau kau berpikir aku tidak adil, sekalian setelah itu kau libur saja sekolah dulu, aku juga, lalu kita lakukan kegiatan yang lebih menarik dan mendatangkan pahala yang sangat besar jika dilakukan oleh sepasang suami istri,” balas Maulana jahil.
“ Baik, baik. Kau pria yang sangat adil, sudah,’kan? Kau tidak perlu bukak baju,” ucap Fira masih menutupi wajahnya. Tidak ada jawaban, ia mengintip dari sela jarinya, yang terlihat pertama kali adalah senyum Sang suami yang sangat rupawan lalu dia menutupnya kembali.
“ Kenapa kau masih senyum-senyum disitu?!” sewotnya.
“ Tentu saja bersiap memandikanmu kalau kau tidak segera pergi kekamar mandi,” jawab Maulana santai. Tanpa banyak bicara, gadis itu langsung ngacir kekamar mandi tentu saja tidak lupa dengan umpatan dan sumpah serapah untuk suaminya. Maulana menggelengkan kepelanya, setelah itu dia segera mengganti jubah mandinya dengan jas hitam, kemeja biru gelap, dasi senada dengan kemejanya, celana hitam. Setelah selesai dan rapi, ia menengok pintu kamar mandi yang belum terbuka, tidak terdengar suara apapun dari dalam, dia pun melangkahkan kakinya mendekati kamar mandi,” Istriku, kau sudah selesai atau belum?” tanyanya.
“ Sebentar lagi aku keluar, jangan masuk!” jawab Fira dari dalam.
“ Baiklah, aku akan menunggumu untuk sarapan, seregam barumu ku taruh di atas ranjang, ingat! Pakai seragam baru yang sudah ku siapkan, jangan pakai yang lama. Itu kainnya kurang,” kata Maualana sambil meletakkan seragam baru yang sudah dia siapakan untuk Sang istri, setelah itu dia meninggalkan kamarnya.
Fira baru saja selesai mandi, ia membuka pintu kamar mandi, matanya tidak menangkap sosok Sang suami yang suka berceramah itu, dia menolehkan kepalanya ke atas ranjang, di sana terdapat sebuah seragam baru yang masih terlipat dengan rapi. Gadis itu segera menghampirinya karena sepertinya hari sudah nampak siang, bisa terlambat kalau tidak cepat-cepat. Perlahan tangan mungil itu mengangkat bajunya, lalu merentangkannya, matanya membulat melihat seragam barunya bagian atas, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“ PRIA BERENGSEK !!!! “ teriaknya menggelegar.