7 July 2020
Suamiku terbaik
Episode 4
Sinar mentari yang begitu menghangatkan di pagi hari akan membuat suasana hati setiap insan juga menghangat, tapi entah kenapa bagiku sinar itu sangat menyebalkan. Mataku baru saja terpejam kini harus ku bukak lagi, ku regangkan otot-ototku yang terasa kaku karena baru dari mimpi indahku, rasanya diriku enggan untuk meninggalkan ranjang empuk milik suami milyader tapis ok jadi ustad itu.
Eh?
Tanganku seperti menyentuh sesuatu yang aneh, agak keras tapi agak lunak, terasa hangat, penasaran juga, ku raba-raba benda aneh tapi menghangatkan itu, naik turun, naik lagi, turun lagi. Seperti dilapisi kain, aku langsung bangun dan mendudukkan tubuhku di atas ranjang, ya, Tuhan. Itu tubuh manusia, perlahan ku palingkan wajahku untuk sekedar mengintip tubuh siapa itu, oh Tuhan, suami tampan ala ustad itu masih tidur, padahal yang ku dengar pria itu terkenal bangun pagi dan tidak tidur lagi, mungkin itu semua hanya rumor. Tapi kenapa wajahnya terlihat pucat begitu? Apa jangan-jangan dia sudah mati?. Apa lagi ini otak lemotku, ku ubah posisiku sedikit mencondongkan tubuhku pada suami ustad menjengkelkan itu, matanya masih tertutup. Jangan-jangan benar mati. Perlahan ku rendahkan kepalaku, ku taruh di atas dadanya, jangan salah paham! Aku hanya ingin memastikan bahwa detak jantungnya masih ada atau tidak.
“ Istriku, apa kau berniat tidur di atas tubuhku?” pertanyaan Maulana yang tiba-tiba membuat jantung gadis itu hampir melompat sangking kagetnya, segera saja dia menjauhkan kepalanya dari d**a suaminya. Matanya melotot tajam pada Sang suami karena tidak terima jika dirinya dikatakan ingin tidur di atas tubuh pria itu.
Maulan tersenyum kecil, perlahan ia bangkit dari posisi tidurnya, matanya menatap Sang istri lembut,” Istriku, sepertinya suamimu ini harus mengulangi pelajaran tentang pandangan yang mendatangkan pahala antara seorang istri dan suami,” ucapnya lembut.
“ Siapa yang mau mendengar ceramahmu, paman. Dengar, ya! Aku memang istrimu, tapi kau,’kan, tau aku menikah karena terpaksa, hanya untuk melunasi hutang orang tuaku terhadap ayahmu, jadi sebaiknya, paman jangan berpikir kotor lagi deh, kenapa juga aku harus tidur di atas tubuhmu,” balas Fira tersungut-sungut. Pria itu masih mempertahankan senyumnya, tidak perduli sekesal apapun istri kecilnya itu bersikap dia akan tetap memperlakukannya dengan baik, lagi pula gadis itu masih sangat muda.
“ Aku mengerti, maafkan suamimu ini karena semalam tidak melakukan kewajiban sebagai suami dengan baik, hingga membuatmu kecewa. Tidak masalah jika nanti malam kita melakukan yang membuat pahala sangat besar,” ucapnya lembut. Firanda semakin kesal dengan sikap suaminya, kenapa pria itu tidak mengerti juga, dan kenap selalu mengatkan kalimat yang mebingungkan, memangnya apa yang dilakukan suami istri dimalam hari yang menyebabkan datangnya pahala yang sangat besar.
“ Apa istriku tidak penasaran?” tanya Maulana menggoda. Gadis itu masih memikirkan, antara penasaran dan tidak, jangan-jangan kalau bilang penasaran pria itu akan berceramah ria lagi, tapi rasa penasarannya jauh lebih kuat dari pada tidaknya.
“ Apa itu?” tanya Fira menyerah. Maulana tersenyum melihat Sang istri yang mulai terpancing, tapi dirinya tidak berniat mengatakan itu sekarang, matanya melihat pergelangan tangannya , waktu menunjukkan pukul 6.00 artinya dirinya harus bersiap untuk berangkat ke kantor, istrinya juga harus sekolah.
“ Panggil aku sayang dulu,” jawab Maulana memberi syarat. Gadis itu memandang suaminya dengan alis seakan Bersatu, tapi sepertinya pria itu memang berniat menjahilinya, dasar usatd jadi-jadian, pikirnya.
“ Kenapa harus memanggilmu sayang dulu?! Aku tidak mau,” tolaknya sambal memalingkan wajahnya.
“ Ya, sudah jika tidak mau, aku tidak akan memaksamu istriku,” balas Maulana. Fira masih melirik suaminya dengan ekor matanya, sebenarnya ia sangat penasaran tapi kenap suaminya itu harus memintaknya memanggilnya, sayang, segala si. Maulana bangkit dari ranjangnya, ia melangkan kakinya menjauhi Sang istri yang terlihat masih berpikir, pria itu sengaja memperlakukan istrinya dengan penuh kasih sayang karena meski mereka menikah bukan atas dasar cinta, tapi baginya seorang suami haruslah menyayangi istrinya dan membimbingnya dengan kesabaran.
“ Kau mau kemana?” tanya Fira curiga.
Maulana menoleh pada sang istri, alis gadis itu masih terlihat seperti menyatu tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia penasaran dengan perbuatan suami istri yang mendatangkan pahala yang sangat besar,” Mandi, apakah istriku mau ikut mandi?” tanyanya sambal menyeringai.
Fira mencak-mencak dalam hati, belum ada sehari pria itu menjadi suaminya, dia sudah berhasil menjahilinya terus, dimana katanya pemilik perusahaan besar itu dingin dan suka marah-marah, suka memerintah dan seenaknya, pria yang satu ini justru terlihat berbeda meski tetap menyebalkan untuk dirinya. Gadis itu menarik bantal yang ada tidak jauh darinya, ia sangat kesal dan hendak melempari suaminya dengan bantal, melihat Sang istri yang sudah mengamuk Maulana segera pergi kekamar mandi lalu menutup pintunya.
Bruk…
Bruk…
“ Dasar, suami sialan, kurang ajar. Awas kau,” makinya sambal melempar bantal kearah Sang suami yang sudah tidak kelihatan lagi.
Maulana tersenyum simpul, sepertinya istrinya itu kurang dididik secara agama juga kesopanan, bagaimana mungkin seorang istri bisa mengumpati suaminya, itu artinya membuat gadis itu menjadi istri sholehah akan menjadi tanggung jawabnya. Pria itu membuka sedikit pintu kamar mandi, ia mengeluarkan sedikit kepalanya, matanya dapat melihat kamarnya yang tadinya rapi menjadi berantakan, bantal yang sudah berserakan di atas lantai, selimut yang sudah tidak berada di tempatnya, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya,” Istriku, tolong nanti bantal dan selimut yang kau lempar itu kau tata kembali ya, sayang. Karena tidak ada yang ku izinkan masuk kedalam kamarku selain kamu, ehehehe,” katanya kemudian langsung menutup pintunya kembali.
Seketika Fira mengehentikan aksinya memberantakan kamar suaminya, ia melihat sekelilingnya, kamarnya sudah seperti kapal pecah, tadi pria itu bilang harus di bereskan sendiri. Bahunya langsung melorot, nyesel rasanya sudah membuat kamar milik suaminya itu berantakan, sekarang ia harus membersihkannya sendiri. Perlahan ia mulai turun dari atas ranjang, dengan Gerakan malas gadis itu mengambil satu persatu bantal yang sudah dia lempar ke atas lantai, dipungutnya dengan malas lalu diletakkan kembali ketempatnya, sekarang tinggal selimut hangat dan lumayan tebal itu. Tangannya mulai terulur untuk mengambilnya, dia berniat menggelarnya kembali ke atas ranjang tapi sangat kekusahan, tiba-tiba sebuah lengan kokoh menyentuh tangan mungilnya.
“ Menggelar selimut di atas ranjang itu itu seperti ini,” kata Maulana sambal menunjukkan caranya. Gadis itu hanya bisa terpaku melihat Sang suami melakukannya tanpa kesulitan, dia piker pria itu seperti orang kaya pada umumnya yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, tapi nyatanya lebih baik dari dirinya.