Di tempat berbeda, Arden masih berpacu dengan waktu. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh mengejar mobil di hadapannya yang melaju sangat cepat. Mobil Bos Besar memasuki jalan menuju puncak. Kenyataan tersebut membuat Arden merasa harus lebih bergerak cepat sebelum keberadaan mereka dicium masyarakat. Tentu saja, fakta Pandu yang bertempur sendirian menjadi cambuk tersendiri untuknya. “Cepat, Ar! Cepat kasihan Pandu! Nyawa Intan menjadi taruhannya!” Hati kecil Arden terus meronta-ronta, menuntut keberhasilan atas misi mereka. Di tikungan yang melekuk dan di sisi jalan masih berupa jurang, Arden mengeluarkan tangan kanannya yang sudah mengendalikan pistol. Ia menembak tiga ban mobil milik Bos Besar. Tak peduli sekalipun tangan kanannya itu sampai dihujani tembak oleh sopir Bos