Bab 10

1351 Kata
[Ger, kalau ada waktu, besok tante tunggu di tempat yang nanti tante infokan, kira-kira jam makan siang. Bisa gak] Gerald membaca pesan singkat dari Tante Sonya dengan wajah yang berbinar-binar. Kala itu dia baru saja naik angkot hendak pulang ke kostannya. [Siap Tante] Dengan sigap Gerald segera membalasnya. [Oke, nanti tante infokan lagi ya] balasan dari Tante Sonya kembali masuk dan Gerald membalasnya dengan emot kepalan tangan siap!. Walau tidak tahu apa maksudnya Tante Sonya mengajak kembali bertemu, namun Geralad langsung menyetujuinya karena sangat yakin akan banyak kebaikan setelahnya. Bukan hanya sekedar materi, namun Tante Sonya memang sanggup membuat Gerald nyaman dan percaya diri saat bersamanya. Hampir saja Gerald melanjutkan chatnya itu dengan menanyakan kebernaran jumlah uang yang diberikan Tante Sonya padanya, takutnya salah hitunga atau salah ngasih. Namun dia pikir lebih baik besok ditanyakan langung saat bertemu. Dan Gerald berusaha untuk tidak dulu memakainya, sebelum semunya jelas. ‘Semoga Tante Sonya benar-benar menawari pekerjaan. Mungkin saja dia akan mengangkatku jadi sopir pribadinya atau sopir kantornya, solanya tadi dia menanyakan aku bisa nyetir atau tidak,’ batin Gerald. [Bro, lu dimana?] Baru saja akan memasukan ponselnya ke kantong kemejanya, Gerald kembali menerima pesan singkat dari Dito, salah seorang teman kuliahnya. [Gua lagi di angkot, mau balik ke kostan, what happened?] balas Gerald. [Wah gak bisa nelpon ya, gua ada omongan penting banget buat lu] [Ya, entar kalau udah turun dari angkot, gua telpon balik. Atau lu kirim pesan aja, kek mau ada penting sama menteri aja, mesti nelppon langsung, wkwkwkw] [Ada kerjaan buat lu, dari Tante Intan] Dito membalas candaan Gerald. [Hah, jauh ya Tante Intan itu bukannya orang Sukabumi? Kerjaan apaan?] Gerald membalas chat Dito, tak sabar. [Rntar deh gua omongin langsung, mungkin entar malam gua telpon lu lagi. Kerjaannya gak di Sukabumi juga, tapi masih di sini, gua yakin bisa kok ngerjainnya] [Oke deh, kalau urusan kerjaan gua nomor wahid. Thank ya bro gua tunggu terus info selanjutnya] [Yoi] Gerald kembali tertegun. Benar-benar tak percaya dengan beberapa kejutan yang dia terima hari ini. sesuatu yang sudah dia cari-cari sejak tiga bulan terakahir ini, bahkan hampir saja putus asa, sepertinya justru datang bertubi-tubi hampir dalam waktu yang bersamaan. Walau belum ada satu pun tawaran yang diketahui pekerjaan apa yang dia lakukan, Namun Gerald merasa jika jalan pembuka rizkinya benar-benar telah menunjukan hilal dan tanda-tandanya. Setidaknya Gerald kembali memiliki harapan positif. Tante Intan adalah metuanya kakaknya Dito. Gerald sudah lama mengenalnya karena Tante Intan sering datang ke rumah Dito, selaku besan. Bahakn Tante Intan juga sudah sangat akrba dengan beberapa teman Dito. Tante Intan berdomisli di Sukabumi, suaminya seorang pejabat pemda kota Sukabumi. Kurang lebih dua puluh menit berikutnya, Gerald sudah tiba di rumah Ustad Umar. Di sana ada juga sudah ada Umi Anita, istrinya Ustad Umar juga Bang Andre yang benar-benar sedang menunggu Gerald. Sebelum pulang tadi, Gerald memang sempat mengirimkan pesan pada Bang Andre, jika dirinya sedang di jalan menuju ke rumah Ustad Umar. Ustad Umar menyambut Gerald dengan wajah yang sangat cerah karena sangat senang yang ditunggu-tunggunya telah datang. Dia langsung menyampaikan maksud dan tujuan dirinya mencari Gerald untuk meminta bantuan. Lebih tepatnya memberikan pekerjaan pada Gerald untuk menjaga Ustad Buyamin yang sudah lima hari dirawat di Rumah Sakit PMI. Pak Ustad Buyamin adalah kakak kandungnya Ustad Umar. Saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan hanya ditunggui oleh Umi Yani, istrinya. Sebelumnya dibantu oleh Ustad Umar sendiri beserta Umi Anisa istrinya secara bergantian. Namun karena jadwal berdakwah Ustad Umar sedang penuh, makanya dia meminta Gerald untuk menggantikannya menemani dan membantu Umi Yani. Gerald sangat memahaminya kondisi tersebut. Pada bulan ini dimana-mana sedang ramai mengadakan pengajan akbar memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Ustad Umar tidak mungkin membatalkan jadwalnya secara sepihak karena sudah disepakati dari jauh-jauh hari.. "Gerald bisa kan membantu kami?” Ustad Umar memastikan kesediaan Gerald. “Insya Allah saya siap, Pak Ustad,” balas Gerald santun. “Jangan memiirkan upahnya ya, tenang saja, pasti Pak Ustad pikirkan kok.” “Ah Pak Ustad kaya sama siapa aja, gak usah memikirkan itu, Insya Allah saya siap kok Pak.” Gerald merasa malu dan tak enak hati, walau sangat senang mendengarnya. “Iya, tapi meneminnya juga kalau malam aja. Jadi tidak menganggu kuliah Gerald. Kami tidak tahu berapa lama lagi Ustad Buyamin akan dirawat di sana. Mudah-mudahan aja cepat sembuh dan segera bisa pulang, Amiiin,” timpal Umi Anisa yang diamini oleh semua yang ada. “Gimana Ger, mau kan bantu keluarga Ustad Buyamin?” tanya Bang Andre yang sejak tadi mengedip-ngedipkan matanya memberi isyarat agar Gerald mau. “Siap, Bang. Tapi saya tidak tahu dimana rumah sakitnya?” Gerald balik bertanya. “Iya nanti dianter sama ke sana sama abang. Sebenarnya kalau abng gak jaga malam di proyek sih udah pasti ditemani sama abang.” Bang Andre menambahkan. “Gini aja Ger, kamu lihat sikon di sana aja. Kalau memang sangat dibutuhkan tolong temani Umi Yani dengan sepnuh hati. Tapi kalau keadaannya santai, Gerald bisa pulang atau ninggalin rumah sakit, gimana? ” Umi Anisa memberikan pilihan yang meringankan, mungkin dia menduga Gerald masih belum siap seutuhnya. “Saya sangat siap membantu, Umi!” tegas Gerald untuk lebih meyakinkan semuanya. “Syukur alhamdulillah, Pak Ustad juga sudah sangat yakin, Gerald pasti mau dimintai bantuan sama kami,” balas Ustad Umar dengan wajah semringah. Setelah itu Gerald berpamitan hendak pulang dulu ke kostannya, untuk mandi, ganti pakaian dan meminta izin pada Bu Ana. Tak lama berselang Gerald pun sudah melaji di atas aspal, dibonceneg sama Bang Andre menuju rumah sakit. Sebelum Gerald berangkat tadi sempat memberikan uang 200 ribu pada Bu Ana, sebagai uang muka cicilan. Namun ibu kostnya itu menolah, dengan alasan mungkin Gerald lebih membutuhkannya saat ini. Bu Ana merasa tak tega pada Gerald yang hingga harus meminam uang pada temannya. “Sekarang bantu aja Umi Yani, mengenai bayaran kost, jangan dipikirkan, tenang aja,” balasan Bu Ana saat menolaj uang yang disodorkan Gerald. Saat melintasi jalan raya, Gerald dan Bang Andre tidak banyak ngobrol karena sama-sama memakai helm full face jadi susah untuk ngobrol. “Ger, ini buat beli makan atau rokok kamu. Mohon tidak metepotkan Umi Yani ya,” ucap Bang Andre saat dia berpamitan hendak kembali pulang setelah mengantar Gerald bertemu dengan Umi Yani di halaman rumah sakit. “Gak usah Bang, Insya Allah saya ada kok kalau buat makan dan ngerokok mah,” tolak Gerald dengan sangat halus. Namun Bang Andre tetap memaksanya, karena itu amanat dari Ustad Umar. “Saya pulang dulu ya Umi. Ger, mohon dibantu Umi ya, terima kasih sebelumnya ya, Ger!” ucap Bang Andre berpamitan pada Umi Yani juga Gerald sebelum melajukan kembali motornya. “Eh ini Gerald yang kost di rumah Bu Ana itu kan?” sapa Umi Yani setelah Bang Andre benar-benar pergi. “Iya Bu,” balas Gerald santun. “Aduh, maaf ya Nak Gerald, Umi jadi ngerepotin gini.” Umi Yani manggut-manggut. “Ah gak papa Umi. Saya sama sekali gak ngerasa direpotin kok, hehehe,” balas Gerald santai untuk mengurangi kecanggungan diantara mereka. Gerald nyaris tidak kenal dengan Ustad Buyamin atau juga Umi Yani, istrinya. Rumah mereka memang tidak terlalu jauh dengan rumah Ustad Umar,, namun Gerald jarang bertemu dengan mereka, terutama dengan Ustad Buyamin. Malah dia tidak tahu yang mana orangnya Ustad Buyamin itu . Gerald pernah beberapa kali melihat Umi Yani sedang main ke rumah Ustad Umar, itu pun hanya sekilas-sekilas. Dari penampilan dan pembawaanya Gerald menduga jika Umi Yani, ibu rumah tangga biasa seperti Umi Anisa. Mereka sama-sama memakai pakain yang sangat tertutup. Gerald tidak peduli, siapa dan bagaimana keluarga Ustad Buyamin. Tugas dia hanya membantu sesama yang membutuhkan bantuan. Sesuai pesan ibunya yang senantiasa ditanamkan pada dia dan adik-adiknya. Setelah ngobrol basa-basi dengan Umi Yani, Gerald memperkirakan wanita alim tu usianya sama dengan tak jauh beda dengan Bu Ana. Mungkin menjelang lima puluh tahunan atau malah sudah lewat. Gerald pun mendapat penjelasan tentang penyakit yang diderita Ustad Bunyamin. Ternyata sudah hampir tiga tahun beliau mengidap diabet. Dan kali ini kondisinya benar-benar drop hingga harus dirawat di ruangan khusus. ‘Kemanakah anak-anak atau saudara mereka yang lain?’ tanya Gerald dalam hati, namun belum berani bertanya langsung pada Umi Yani. ^*^

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN