Pacar Terdekat

1326 Kata

25 Baru saja Isan menghentikan Thunder di tempat parkir, suara melengking khas Teh Marni sudah terdengar dari pelataran depan lobi utama. Aku turun dari jok sambil berpegangan pada pundak Isan yang tulangnya menonjol, kemudian mengayunkan tungkai menghampiri perempuan berkacamata yang kini tampak semringah. "Mana oleh-oleh buat teteh?" tanya perempuan bersetelan blazer hitam motif garis-garis putih memanjang itu sambil menadahkan tangan, padahal aku masih menapaki undakan tangga. "Nanti kukasiin, sekarang mau nemuin pak Rahman dulu," sahutku, sesaat setelah tiba di depannya. "Ihh, meni gitu!" sungutnya sembari menekuk wajah hingga berbentuk bujur sangkar. "Jangan cembetut gitu, Teh, itu kerutan makin jelas." "Fai, mulutmu mau dicubit?" "Nggak usah, aku cuma mau dicium Isna aja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN