30 Selama beberapa saat suasana hening. Pak Iwan dan Bu Neneng sempat memandangiku dengan lekat sejenak, sebelum kemudian mereka saling berpandangan satu sama lain. Sedangkan aku benar-benar deg-degan menunggu jawaban mereka yang seolah-olah sangat lama untuk diucapkan. "Melamar Iis?" tanya Pak Iwan mengulang ucapanku. "Iya, Pak," jawabku. "Apa kalian pacaran?" "Belum, karena Isna nggak mau pacaran, katanya. Pengen langsung nikah." Pukulan mendarat di lenganku yang hanya melirik sekilas pada gadis yang kini tengah menggerutu tidak jelas. Aku kembali memusatkan pandangan pada kedua suami istri di hadapan yang sepertinya tengah rapat dengan menggunakan bahasa kalbu. "Begini, Kang. Isna ... sudah dijodohkan dengan Heru," tukas Pak Iwan seusai berbincang pelan dengan istrinya. "Sel