LOVE NYA JANGAN LUPA YA
***
"Tidak penting seberapa terlukanya aku, melihatmu selalu tersenyum walaupun dengan cara melukaiku sekalipun, itu tak apa.. asalkan kau bahagia"
"Karena kebahagiaanmu adalah segalanya untukku"
"Aku mencintaimu... Min Yoogi"
***
Hyumi dan Jongguk tengah duduk di sebuah Taman.
Hyumi menceritakan semuanya pada Jongguk, lagi pula dirinya tak sengaja menceritakan hal itu saat mabuk tadi, dan memperjelasnya sekarang sepertinya tidak apa.
"Lalu apa yang akan kau lakukan saat ini?"
"Tetap berada di sisi pria itu?"
Hyumi mengangguk atas pertanyaan Jongguk.
"Emm.. Aku harus melakukannya, tidak ada yang bisa ku lakukan kecuali tetap berada di sisinya saat ini, aku belum bisa melepaskannya"
"Tapi hatimu akan semakin terluka"
"Tak apa.... Asalkan dia bahagia"
Jongguk menatap Hyumi, dia masih bingung dengan segala pemikiran wanita itu tentang kebahagiaan dan Cinta.
"Tidak ada yang bisa ku katakan.. Aku menerima keputusanmu, tapi kau harus ingat, aku selalu mengawasimu, kau bisa meminta apapun padaku"
"Aku akan selalu siap membantumu"
"Terima Kasih Jongguk"
***
Yoogi mondar-mandir tidak jelas di tempat Halte bus, sudah jam 1 malam dan Hyumi belum pulang juga, dia sungguh khawatir.
Sebuah bus kerap kali melintas dan Yoogi akan melihat ke dalam bus untuk melihat ada Hyumi atau tidak.
Tak lama bus datang, dan Yoogi menangkap sosok Hyumi di dalam sana, wanita itu tengah berdiri sepertinya bersiap untuk keluar.
Bus berhenti tepat di hadapan Yoogi -pintu bus terbuka.
Hyumi turun dengan wajah tertunduk, Yoogi yakin wanita itu tak sadar dengan kehadirannya.
Hyumi turun dan mendapati Yoogi di hadapannya.
Bus kembali melaju, meninggalkan Yoogi dan Hyumi.
"Kau di sini? Kau belum tidur?"ucap Hyumi seraya tersenyum. Yoogi hanya diam matanya terus memperhatikan wanita itu .
"Bagaimana bisa aku tidur kalau istriku saja belum pulang"
Hyumi terhenyak, lalu wajahnya tertunduk.
"Maaf.. Padahal oppa tidak perlu menungguku di sini!!"
"Ini karena aku khawatir padamu, satu, dua, tiga kali aku biarkan tapi ini sudah keterlaluan, kau kerap kali pulang larut"
"Haruskah aku bilang pada Hyeri ahjumma?"
"Yak, andwae.. "Yoogi tersenyum, sebelah tangan kananya mengacak rambut Hyumi gemas.
"Ayo kita pulang"Yoogi menggenggam tangan kiri Hyumi, berjalan beriringan menuju Rumah mereka.
"Yoora sudah tidur?"tanya Hyumi membuka percakapan.
"Sepertinya,.. Tadi saat aku keluar dia belum tidur, tidak tahu kalau sekarang"
"Bagaimana harimu? Kau kelihatan sibuk sekali akhir-akhir ini"
Yoogi menghentikan langkahnya begitu juga dengan Hyumi.
Yoogi menarik Hyumi ke hadapannya, kedua tangannya menangkup wajah Hyumi dan menatapnya lekat.
"Lihatlah, aku ragu kau tidur nyenyak akhir-akhir ini, kantung matamu hitam"
"Kau lebih mirip seekor panda saat ini dibandingkan seorang manusia"
"Yak, panda ini istrimu"
CHU~
Yoogi mencium di bawah kedua kelopak matanya membuat ia terkejut.
Kedua mata Hyumi mengerjap beberapa kali, membuat Yoogi tersenyum melihatnya.
"Ohh tidak, ciumanku tadi malah membuat istriku sakit, lihat pipinya malah memerah"
"Yak oppaaaaaa"Hyumi memukul pelan pinggang Yoogi, dia malu saat ini dan pria malah kelihatan senang menggodanya.
Yoogi terkekeh, Hyumi terlihat begitu menggemaskan di matanya.
Dia senang senang sekali menggoda Hyumi.
CHU~
Hyumi dapat merasakan bibir kenyal Yoogi menyatu dengan bibirnya. Ia memejamkan matanya mengikuti mata Yoogi yang sudah terpejam, merasakan bagaimana ciuman manis itu berlangsung.
Hanya menempel tapi begitu bermakna bagi Hyumi, Hyumi dapat merasakan degup jantungnya yang menggila, dia sadar pria ini masih sepenuhnya memiliki hatinya, entah bagaimana nanti, Hyumi masih yakin cintanya pada Yoogi masihlah begitu besar.
Pergi dari pria ini adalah hal mustahil yang mungkin akan dia lakukan saat ini.
Yoogi melepaskan ciumannya, lalu bibirnya berpindah mengecup kening Hyumi lembut.
Mata Hyumi terbuka secara perlahan, menangkap sosok Yoogi yang masih memejamkan matanya hingga tak lama mata itu perlahan terbuka hingga membuat pandangan mereka bertemu.
"Saranghae"
Hyumi terhenyak, rasanya seperti baru pertama kali mendengar kata itu meluncur dari bibir Yoogi.
Hyumi tersenyum, sebelah tangan kanannya menyentuh pipi Yoogi, mengusapnya perlahan.
"Nado"
***
Hyumi dan Yoogi sampai di Rumah, Rumah begitu sepi sepertinya Yoora sudah tertidur.
Yoogi mematikan lampu, sementara Hyumi sudah beranjak naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Hyumi membanting tubuhnya di atas kasur, meraih remote AC lalu menaruhnya asal di lantai dan mulai
memejamkan mata.
Yoogi masuk ke dalam kamar mereka, terkekeh saat mendapati sang istri yang sudah terbaring dengan mata terpejam.
Yoogi ikut membaringkan tubuhnya di samping Hyumi, tidur menyamping menghadap wanita itu.
"Oppa sedang apa di sini?"tanya Hyumi ketika membuka matanya dan mendapati Yoogi di sampingnya, terbaring menyamping tepat di sisi kirinya.
"Kah lupa? Malam ini dan 2 hari ke depan aku tidur di kamar ini"
Benar Hyumi lupa, senin sampai kamis Yoogi akan tidur di tempat Yoora sementara Jumat sampai Minggu, Yoogi milik Hyumi sepenuhnya.
Hyumi mengubah posisinya menjadi menghadap Yoogi.
"Jinjja?"
"Humm... Kau tidak suka?"Yoogi mengulurkan tangannya, memainkan helaian rambut Hyumi.
"Berarti tempat tidurku akan sempit"Yoogi terkekeh, matanya beralih menatap Hyumi, masih dengan memainkan helaian rambut sang istri.
Tak lama tubuh Yoogi mendekat, tangan itu turun ke area pinggang Hyumi, menarik tubuh wanita itu untuk menempel dengan tubuhnya.
Tangan Yoogi bergerak memutar di pinggang Hyumi, lalu menyingkirkan helaian rambut wanita itu ke belakang tubuhnya.
Wajah Yoogi bergerak maju, mengecup bahu sang istri dan berakhir dengan sedotan kecil di leher sang istri.
"Bogoshipo"gumam Yoogi, sungguh dari hati yang terdalam pria ini begitu merindukan sosok Hyumi.
Dan Yoogi menginginkannya malam ini juga.
Hyumi sendiri tidak menampik kalau dia juga begitu merindukan sosok Yoogi.
Yoogi menabrakan keningnya pada kening Hyumi, matanya menatap Hyumi dalam.
Begitu dalam, seakan sorot matanya terbius untuk selalu menatap kedua pasang mata cantik itu di hadapannya.
Yoogi mendekatkan bibirnya pada Hyumi, mengambil bibir bawah sang istri dan melumatnya dengan rakus.
Kedua mata mereka terpejam, saling memberikan lumatan dan rasa manis yang tercipta dari ciuman tersebut.
Dari ciuman biasa yang berlanjut dengan saling menuntut, mendorong masuk lidah masing" dan mulai mengeksplorasi rongga mulut dan memulai perang dengan saling mengait dan menarik lidah.
Yoogi mulai bergerak, kedua tangannya meraih tangan Hyumi dan melingkarkannya di lehernya, tubuhnya bangkit, menggeser tubuhnya dan tubuh Hyumi untuk lebih berbaring ke atas menjadikan bantal sebagai alas kepala mereka.
Sebelah tangan kanan Hyumi merambat naik ke belakang kepala Yoogi, meremas sedikit rambut sang suami bersamaan dengan sensasi kuat yang muncul dan mulai menggila.
Merasa kekurangan pasokan udara Hyumi menarik pelan kepala Yoogi agar melepaskan ciuman mereka.
Yoogi mengerti, pria itu menurunkan ciumannya menjadi ke leher jenjang sang istri, mulai kembali mengeksplorasi kulit putih itu, menjilat dan menggigit kecil hingga berubah menjadi keunguan.
"Yoonhhh..."
***
Hyumi membuka matanya, aroma fermonom kuat yang berasal dari kulit sang suami menyeruak masuk ke area penciumannya.
Hyumi sadar di mana posisinya saat ini, terbaring tepat di atas tubuh Yoogi.
Sebuah selimut menutupi tubuh polos mereka, Hyumi tersenyum mengingat untuk pertama kalinya setelah 3 Bulan ini mereka kembali melakukan hal yang wajar di lakukan sepasang suami istri.
Dada bidang Yoogi berada di hadapannya, menjadi sandaran hangat baginya untuk memberikan sebuah pelukan hangat.
Hyumi dapat merasakan kedua tangan Yoogi yang melingkar di arae pinggangnya, dan suara dengkuran halus yang berasal dari pria itu.
Yoogi masih terlelap, hal ini membuatnya dapat melihat lebih lama bagaimana sesosok manusia sempurna ciptaan Tuhan itu dari dekat.
Seperti patung pahatan Michaelangelo Buonarroti yang luar biasa.
Hyumi terkekeh geli melihat Yoogi yang tertidur dengan mulut sedikit terbuka.
Sebuah ide iseng terlintas di kepalanya.
Hyumi mengecup bibir atas Yoogi lalu bibir bawah pria itu, mengganggunya dengan mengecup bergantian bibir pria itu gemas.
Tubuh Yoogi bergerak resah, merasa terganggu dengan ulah Hyumi yang mengganggu tidurnya.
"Eungh... Hyumi-Ya hajima"ucap Yoogi dengan suara serak khas bangun tidur.
Bukannya berhenti Hyumi malah makin senang menjahili pria itu.
"Chagiah"protes Yoogi yang makin membuat Hyumi terkekeh geli.
"Oh... Oh oppa"Yoogi membanting tubuh Hyumi ke kasur membuat ia menjadi menindih tubuh wanita itu.
"Berhenti menjahili suamimu nona Min, kau tahu aku bisa marah kalau kau terus mengganggu tidur berhargaku"ancam Yoogi dengan smirk di sudut bibirnya.
Yoogi melirik ke bawah dan spontan Hyumi menariknya menjadi memeluk pria itu.
"Waeee? Aku sudah melihatnya berkali-kali dan kau masih malu padaku"
"Diam kau tuan Min"ucap Hyumi kesal.
Dan hal itu membuat Yoogi terkekeh geli.
***
Yoora duduk di kursi makan, wajahnya terlihat begitu kesal.
Sejak semalam dia tidak bisa tidur, pikirannya terus tertuju pada Hyumi dan Yoogi.
Kedekatan keduanya membuatnya cemburu setengah mati.
Yoora melihat semuanya, malam tadi saat Yoogi menunggu Hyumi hingga berakhir dengan ciuman dan malam panas mereka di atas ranjang, bahkan Yoora mendengar semuanya.
Bahkan canda mereka pagi ini, Yoora jelas melihat semuanya dan mendengarnya.
Dia benci ini, dia sungguh membenci miliknya di ambil oleh orang lain.
Dia benci Yoogi berdekatan dengan Hyumi, dia benci Yoogi memperhatikan Hyumi bahkan peduli pada wanita itu.
Yoora selalu percaya, dengan berjalannya waktu Yoogi akan berpaling dari wanita itu dan hidup bersamanya.
Apalagi dengan adanya bayi ini, Yoogi tidak akan pernah bisa lari darinya.
Tangan itu mengepal dengan erat, matanya melirik jam dinding, sudah jam 10 dan kedua orang itu belum keluar juga dari kamar mereka.
KRIINGGGG....
☎☎☎☎☎☎
Yoora berjalan mendekati telpon tersebut dan mengangkatnya
"Yeoboseyo"
"............."
"Eomonim"
".............."
"Jinjjayo?"jawab Yoora dengan wajah berbinar.
".............."
"Malam ini"
".............."
"Arraseo, aku akan bilang pada Yoogi oppa"
"Dari siapa?"Yoora menoleh ke Sumber suara, wajah berbinarnya berubah seketika saat mendapati Yoogi dan Hyumi datang bersama menuruni tangga dengan saling menggenggam tangan.
"Dari eommamu, dia menyuruh kita menginap"
"Jinjja? Kalau begitu bersiaplah, Hyumi kau juga"
"Ne"
"Tapi.... "Gumam Yoora yang membuat Hyumi dan Yoogi menoleh ke arahnya.
"Wae?"tanya Yoogi bingung.
"Eomma menyuruh kita berdua, kau dan aku yang pergi ke sana"gumam Yoora ragu.
Yoogi menoleh pada Hyumi, membuat wanita itu juga memandangnya lalu membuang wajahnya .
"Kalau begitu tidak usah"ucap Yoogi kemudian.
"Jangan begitu.. Eomma menyuruhmu dan Yoora menginap. Pergilah.. Lagi pula aku ada kerjaan, aku tak apa"ucap Hyumi berusaha terlihat meyakinkan dengan senyuman yang dia berikan.
"Tidak usah, satu orang tidak ikut maka tidak usah sekalian"
"Oppa.. Jangan seperti ini, aku tidak apa sungguh, pergilah humm.. "
Yoogi terus menatap Hyumi, Yoogi terlihat ragu namun akhirnya dia menggangguk.
"Arraseo, aku menerima ini karena kau"
"Gomawo"
Tangan Yoora terkepal dengan erat, bahkan garis-garis abstrak berwarna hijau itu cukup jelas terlihat di kulit putihnya.
"Sok baik"batin wanita itu kesal.
***
Yoogi dan Yoora sedang berada di Rumah Keluarga Min, ada Appa Min dan Eomma Min di sana.
Mereka berempat tengah menikmati makan malam .
"Aku senang kalian menginap di sini"ucap eomma Min senang.
"Kenapa eomma tidak mau mengajak Hyumi ikut menginap di sini?"tanya Yoogi seraya memandang eommanya dengan tatapan kesal.
Appa Min melirik sang istri, wanita itu terlihat begitu angkuh dan menatap sang Putra dengan tampang serius.
"Anakku kau harus lebih mementingkan Yoora mulai dari sekarang, wanita ini sedang mengandung anakmu kau tahu itu kan"
"Tapi Hyumi juga istriku, bisa eomma bersikap adil pada mereka berdua"
"YOOGI, pikirkan Yoora bagaimana bisa kau membelanya di depan istimu sendiri"
"Ceraikan saja Hyumi dan hidup bahagia bersama Yoora dan calon anakmu"
"Eomma"ucap Appa Min, mencoba untuk menghentikan ucapan sang istri yang membuat putra mereka kesal.
"Biarkan saja yeobo, seharusnya Yoogi bisa membuka matanya lebar-lebar, siapa yang pantas dan tidak pantas untuk bersanding dengannya, istri yang tidak bisa melahirkan anak untuknya lebih baik di buang seperti sampah"
PRANG//
Ketiga orang itu terlonjak kaget saat Yoogi melempar gelas ke arah dinding hingga pecah berkeping-keping.
Yoogi menatap marah sang eomma, sorot mata nya begitu tajam dan menusuk.
"Hyumi ku bukanlah sampah"
Yoogi bangkit dari duduk dan pergi begitu saja meninggalkan Ruang makan tersebut.
"YOOGIIIII"teriak sang eomma yang tidak digubrisnya.
***
Yoogi memarkirkan mobilnya di halaman Rumahnya, pertengkarannya barusan membuatnya memutusan untuk pergi dari sana dan kembali ke Rumahnya.
Tidak peduli bagaimana Yoora, di pikiran Yoogi saat ini hanya ada Min Hyun Mi, istri yang begitu di cintainya.
Yoogi memasuki Rumahnya, saat ini sedang turun hujan dan begitu lebat.
Yoogi membuka pintu Rumahnya, keadaan Rumah cukup gelap, lampu di biarkan padam di Ruang tamu dan dapur, hanya lantai atas yang dibiarkan menyala dan halaman Rumah.
Matanya berhasil menangkap sosok yang sejak tadi di carinya, sosok yang menjadi alasannya membelah hujan lebat hanya untuk bertemu dengannya.
Yoogi dapat melihat sang istri yang sedang duduk di kursi meja makan seraya mengangkat kedua kakinya ke atas, pandangannya tertuju pada halaman belakang Rumahnya yang hanya di batasi dengan kaca bening, membuatnya dapat dengan jelas melihat ke arah luar .
Yoogi berdiri terdiam di ruang tamu, menatap sendu pada sang istri yang terlihat begitu kesepian.
Tangan Hyumi tergerak meraih sebuah Ramen cup yang ada di hadapan wanita itu.
Hanya satu suap hingga akhirnya Hyumi menutup kembali mie tersebut dan menjauhkannya dari jarak pandangnya .
Wajah Hyumi mengadah ke atas lalu tertidur di atas meja makan dengan mata terpejam.
Yoogi mengalihkan pandangannya, Yoogi dapat melihat sang istri yang terlihat begitu kesepian, dalam hatinya dia begitu menyesal telah meningalkan wanita itu begitu saja.
"Mianhae"(maafkan aku) gumam Yoogi dengan suara yang begitu kecil.
Hyumi membuka matanya, kembali menegakan tubuhnya dan bersandar pada kursi.
Hyumi bangkit dari kursinya, kakinya melangkah mendekati kaca.
Hyumi berdiri tepat di hadapan kaca, dia dapat melihat dengan jelas Taman belakang Rumahnya yang terguyur hujan.
Bibirnya tersenyum, kedua tangannya terangkat menyentuh permukaan kaca.
Hyumi kembali tersenyum saat merasakan dingin di area telapak tangannya.
Hyumi memejamkan matanya, ia tersentak saat merasakan tangan seseorang berada di atas kedua punggung tangannya.
Hyumi juga dapat merasakan tubuh seseorang yang menempel di bagian tubuh belakangnya.
Kedua mata Hyumi membesar saat mendapati bayangan Yoogi dari kaca.
"Yoogi oppa"
"Eummm.. "Gumam Yoogi seraya menempelkan dagunya di atas bahu sebelah kiri Hyumi.
"ba... Bagaimana bisa kau di sini?.. Se... Sejak kapan?"ucap Hyumi terbata-bata, dia cukup terkejut dengan kehadiran Yoogi, dia bahkan tidak mendengar kedatangan pria itu.
"Sejak tadi"ucap Yoogi. Yoogi menarik tangan Hyumi dari kaca, dan menaruhnya di depan perut wanita itu membuatnya dapat memeluk sang istri dengan erat.
"Dimana Yoora? Kau meninggalkannya sendirian di sana?"
"Dia bisa bersama eomma, mianhae"
"Maaf karena aku meninggalkanmu sendirian di sini"
Hyumi menyerngit bingung, Hyumi melepaskan tangan Yoogi yang memeluknya, tubuhnya berbalik menjadi menghadap pria itu.
"Bagaimana bisa kau meninggalkan Yoora di sana sendirian. Kenapa kau begitu padanya oppa"protes Hyumi, wajahnya terlihat kesal, dan tidak suka dengan sikap Yoogi saat ini.
Yoogi hanya diam memandang wajah Hyumi yang menatapnya kesal.
Ucapan sang eomma kembali terlintas di kepalanya.
"Kau selalu saja memikirkan perasaan orang lain tanpa berpikir tentang bagaimana persaanmu sendiri"
"Pabo"
"Eoh"Hyumi bingung dengan perkataan Yoogi barusan.
"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi"
"Saranghae"ucap Yoogi dan berakhir dengan ciuman manis di kening sang istri.