Bertemu Adi

948 Kata
"Tolong, panggil karyawan yang bernama Adi kemari," titah sang atasan. Tak lama, pintu diketuk dari luar. Setelah dipersilahkan masuk, Adi pun membuka pintu ruangan sang atasan. "Selamat Pagi Pak? Bapak memanggil saya?" tanya Adi pada sang atasan. "Iya, silahkan duduk Pak Adi. Kita tunggu sebentar klien kita. Karena nantinya, Pak Adi lah yang akan mengurusi project ini," kata sang atasan. Beberapa menit kemudian, datang wanita cantik dan anggun duduk di sebelah Adi. "Selamat siang Tuan, saya perwakilan dari PT XY, atasan kami sedang tidak enak badan," ujar Reina. Deg Jantung Adi berdetak kencang, dia masih mengingat dengan jelas suara mantan istrinya yang dulu sering membangunkannya di pagi hari. Adi menoleh ke arah wanita itu. Wajahnya, kalau dilihat memang sekilas mirip dengan Reina, tapi dia lebih cantik. Dan badannya juga jauh berkali kali lipat lebih seksi dibanding Reina. "Tidak apa Nyonya, perkenalkan, ini Adi, orang yang nantinya akan menghandel projectnya," kata Pimpinan Adi. "Selamat siang Tuan Adi," sapa Reina. Adi masih saja tak bergeming, dia terus menatap Reina penuh minat. "Tuan Adi, Anda baik-baik saja?" Reina melambaikan tangannya di depan wajah Adi. "Ahh iya, saya baik-baik saja," jawab Adi. "Perkenalkan, nama saya Reina, perwakilan dari PT XY," sapa Reina. "Ya Tuhan, bahkan namanya juga sama, apa benar dia adalah Reina istriku yang dulu, tapi, kenapa sekarang jadi cantik dan seksi begini?" batin Adi. Penandatanganan kerja sama pun terjadi. Selanjutnya, Adi akan menemani Reina untuk menunjukkan tempat produksi mereka. Adi menjelaskan berbagai fungsi alat produksi disana. Sementara Reina mendengarkan dengan seksama. Reina dan Adi berkeliling pabrik hingga siang hari. Sinyal di perut Reina telah mengeluarkan bunyi alarm, karena Reina memang tak tahan lapar. Krucuk "Maaf Tuan," ujar Reina dengan wajah semerah tomat karena malu. Adi tersenyum. "Tidak apa Nona, Anda mengingatkan saya pada mantan istri saya yang tidak bisa menahan lapar," ujar Adi penuh makna. "Mantan? Apa itu artinya Pak Adi ini Duda?" tebak Reina. Adi mengambil kesempatan ini untuk menarik simpati Reina. "Betul Nona, saya ini Duda, kami bercerai beberapa bulan yang lalu," katanya. Reina hanya mengangguk saja. Dia tak ingin membahas tentang dirinya di masa lalu, takut ketahuan oleh Adi. Mereka pun menuju ke sebuah restoran. Adi sengaja mengajak Reina ke tempat dia dulu melamarnya. Adi ingin mengetahui bagaimana reaksi Reina melihat tempat yang bersejarah bagi mereka. "Wah, tempatnya sangat bagus," puji Reina. "Kamu suka?" tanya Adi. Reina tahu kalau Adi sedang memancingnya. Dia pun memandang sekeliling. Apa yang dulu tidak disukai Reina kini harus menjadi kesukaannya. "Sebenarnya, tempatnya menarik sih, hanya saja, saya tidak menyukai banyak hiasan bunga di beberapa tempat duduk," kata Reina. "Anda tidak menyukai bunga?" tanya Adi. "Tidak terlalu, saya malas kalau harus merawat dan menyiraminya setiap hari," jawab Reina. "Kenapa dia tidak suka bunga? Bahkan Reina dulu senang menanam bunga, setiap pagi kerjaannya menyiram dan mengurusi tanaman saja," batin Adi. Adi lalu memesan makanan seafood. Dia tahu, Reina akan langsung sesak nafas kalau memakan makanan itu. "Silahkan dimakan Nona? Ahh iya, saya lupa bertanya pada Anda. Dan saya sudah terlanjur memesan udang asam manis. Bagaimana? Apa saya perlu memesan makanan yang lain?" tanya Adi. "Mati Aku, kalau menolak, dia bisa curiga, kalau tidak, bisa bisa aku ketahuan kalau alergi udang," batin Reina. "Ahh, tidak apa kok Tuan, saya pemakan segala," elak Reina. "Maaf, saya permisi ke toilet sebentar," pamit Reina. Adi hanya mengangguk. Reina buru-buru berlari ke kamar mandi. Sampai disana, dia langsung menelepon sang suami untuk memberitahukan masalahnya. "Bagaimana ini Kak?" rengeknya. "Kamu tunggu 15 menit lagi, aku akan menelepon dokter langgananku dulu," ujar Rendy. Reina menunggu sambil mondar mandir di toilet. Tak lama, mumcul pesan yang membuat Reina sedikit bisa bernafas lega. Reina lalu pergi ke dapur dan meminta minuman untuk sedikit menetralisir efek dari alergi tersebut. Reina pun kembali duduk di samping Adi. Dia mulai melahap makanan itu dengan santai supaya Adi tidak curiga sama sekali. Tak lama, minuman pesanannya pun datang. Reina segera meminumnya karena makanan yang ada di piring sudah tinggal setengah. "Kenapa tidak dihabiskan?" tanya Adi. "Aku sudah kenyang," bohong Reina. Adi menunggu reaksi dari udang tadi biasanya, dalam 1 jam, Reina akan sesak nafas. Namun, hingga satu jam menunggu, Reina masih terlihat biasa saja. "Kenapa dia masih baik-baik saja? Apa dia memang bukan Reina? Atau, karena dia sudah meminum obat penawarnya?" batin Adi seraya mengamati gerak gerik Reina. Sudah satu jam 30 menit, dia harus segera pergi dari sini, karena dadanya sudah terasa berat. Sebentar lagi, dia akan mengalami sesak nafas. "Tuan Adi, saya pamit pulang, karena masih ada hal yang harus saya kerjakan di kantor," ujar Reina. "Tunggu Nona, biar saya antar," kata Adi. "Tidak perlu Tuan, saya bisa pulang sendiri," ujar Reina. Reina segera berlari menghindari Adi. Nafasnya sudah terasa berat, perlahan, pandangan Reina mengabur, hingga akhirnya, dia jatuh tak sadarkan diri. Seorang lelaki menangkapnya dengan senyuman menyeringai. "Berikan dia padaku," pinta seorang lelaki. "Siapa kamu berani beraninya memerintahku?" teriak Adi. "Aku seorang dokter, bukankah wanita ini pingsan. Dia butuh pertolongan dokter," ujar lelaki itu. Adi tampak berpikir, kalau memang alergi Reina kambuh, dia memang harus segera dibawa ke dokter. "Biar aku bawa dia sendiri ke rumah sakit," kekeh Adi. Dia masih ingin membuktikan wanita ini benar benar Reina mantan istrinya atau bukan. Lelaki itu pun tersenyum. "Silahkan Anda bawa dia ke dokter sendiri, tapi dari sini rumah sakit masih jauh, jika wanita ini tidak tertolong. Anda akan dituntut karena menghalangi dokter memberi dia pertolongan pertama." Adi segera memberikan Reina pada lelaki yang tak dia kenal tadi. Lelaki itu pun segera membawa Reina masuk ke dalam mobil. Adi mengikutinya dari belakang. Lelaki itu kemudian menyuntikkan obat pada lengan Reina. Tak lama kemudian, Reina akhirnya terbangun, dia bernafas lega ketika melihat suaminya ada di depannya. "Terima kasih sayang," peluk Reina pada suaminya. "Sayang?" tanya Adi
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN