MENGAJARI GADIS POLOS PART 2

2667 Kata
Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan Shela. Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut Shela seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan Shela mengenakan CD shelana merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya. Badan Shela menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan Shela semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan v****a Shela masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah. Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki Shela yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha Shela sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba Shela bangun dari tidurnya dan berkata, “Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut Shela akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk Shela serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. Shela tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan Shela sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH Shela yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, Shela sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut Shela akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan Shela, sekarang aku naik di atas badan Shela. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan Shela, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha Shela. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan Shela malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas v****a Shela. Shela masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku. Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus v****a Shela yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan Shela serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa v****a Shela sangat basah dan kurasakan badan bawah Shela bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga Shela sering berdesis, “Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari v****a Shela dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke v****a Shela sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam v****a Shela, serta kembali kudengar desis suaranya, “ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat Shela sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam v****a Shela. Kuperhatikan wajah Shela agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, “Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan Shela. Shela tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi Shela berkata lirih di dekat telingaku, “Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, padahal kurasakan kalau Shela mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..”. Shela tidak segera menjawab pertanyaanku itu. filmbokepjepang.net Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan Shela mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan Shela mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan Shela sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi Shela selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat Shela berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi Shela tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata Shela menutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam v****a Shela dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus v****a Shela dan, “aahh…, sakiiit…, ooom, Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati p******a Shela, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan Shela terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”. Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara Shela mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan Shela. Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut Shela seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan Shela mengenakan CD shelana merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya. Badan Shela menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan Shela semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, “ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan v****a Shela masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah. Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki Shela yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha Shela sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba Shela bangun dari tidurnya dan berkata, “Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut Shela akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk Shela serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. Shela tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan Shela sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH Shela yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, Shela sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut Shela akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan Shela, sekarang aku naik di atas badan Shela. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan Shela, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha Shela. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan Shela malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas v****a Shela. Shela masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku. Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus v****a Shela yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan Shela serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa v****a Shela sangat basah dan kurasakan badan bawah Shela bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga Shela sering berdesis, “Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari v****a Shela dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke v****a Shela sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam v****a Shela, serta kembali kudengar desis suaranya, “ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat Shela sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam v****a Shela. Kuperhatikan wajah Shela agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, “Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan Shela. Shela tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi Shela berkata lirih di dekat telingaku, “Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, padahal kurasakan kalau Shela mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..”. Shela tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan Shela mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan Shela mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan Shela sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi Shela selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat Shela berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi Shela tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata Shela menutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam v****a Shela dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus v****a Shela dan, “aahh…, sakiiit…, ooom….”, kudengar suara Shela sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat Shela mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi “aahh…, oom…, pelan…, pelaan..”, kudengar Shela berkata lirih. “Iyaa…, sayaang…, ooom pelah-pelan”, jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar Shela tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah Shela keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk v****a Shela sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara Shela, “ooom…, ooom…, aaduuuhh…, ooomm…, aahh”, sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu Shela berteriak agak keras, “aahh…, ooomm…, aduuuhh..”, lalu Shela terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau Shela sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik. Karena kulihat Shela sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi Shela tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, “ooom…, nakal…, yaa, Shela baru sekali ini merasakan hal seperti tadi”, sambil mencubit punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk v****a Shela. Kuperhatikan Shela mulai terangsang lagi, Shela mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga Shela mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar Shela mulai bersuara lagi…, “aahh…, aahh…, ooohh…, oomm…, aah”, dan tidak terasa akupun mulai berkicau, “aacchh…, aahh…, Siiihh…, enaakk…, teruuus…, Siiih”. Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas Shela semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan Shela dan segera kubalik badannya sehingga sekarang Shela sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah Shela ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan p****t Shela ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di v****a Shela, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, “aahh…, oooh”. Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan Shela malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di v****a Shela, kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh…, aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar. Gerakan Shela semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, “Aduuuh…, aahh…, aahh…, ooomm.., Shela…, mauuu.., keluaar…, aah”. “Tungguuu…, Waarrr.., kitaa…, samaa…, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu…, keluarr”. “aahh…, aahh…, ooomm”, teriak Shela sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, “Crreeettt…, ccrreeett…, ccccrrreeett…, dan “aahh…, siiihh…, ooom keluaar”, sambil kutekan p****t Shela kuat-kuat. Setelah beristirahat sebentar, kuajak Shela ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan Shela kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang. Yang mau mendukung penulis untuk meneruskan karyanya bisa mengunjungi website berikut agar semangat terus membuat ceritanya ketik di google : saweria.co/Novelsatu

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN