Pasangan Wanita Itu
Bel pulang sudah berdering sejak lima belas menit yang lalu. Orang tua yang menemani dan menunggu anaknya pulang sedari pagi, sudah kembali ke rumah masing-masing. Kairi juga seharusnya sudah pulang sejak bunyi bel pertama.
Namun, ia memilih untuk tinggal di taman sekolah TK itu sebentar lagi sampai Kana dijemput oleh orang tuanya. Kairi membiarkan anak itu bermain dengan anaknya. Meluncur di papan seluncur, duduk di ayunan, bermain pasir, petak umpet, dan permainan lainnya.
Dari jauh, Kairi melihat seorang pria dengan setelan jas yang rapi, bagus, dan terlihat mahal berjalan cepat ke arah taman. Pria itu langsung menghampiri Kana dan tersenyum padanya.
Ah, itu ayahnya. Lebih baik kusapa dia, batinnya.
Sudah lama ia ingin berkenalan dengan pasangan dari wanita itu. Tapi baru kali ini kesempatannya ada. Dengan memasang senyum ramah, ia sedikit membungkuk di hadapan pria itu sebagai tanda hormat.
"Anda ayah dari Kana?"
Melihat senyum Kairi, pria bersetelan itu ikut membalas senyum dan membungkuk sekilas. "Ah, iya. Hari ini aku datang menjemputnya."
"Bukankah biasanya yang menjemput Sora?"
Pria itu masih berbicara dengan tersenyum saat menjawab, "Sora hari ini tidak bisa menjemput Kana. Ia pergi untuk suatu urusan dan memintaku yang menggantikannya menjemput."
"Begitu rupanya. Saya hampir saja berpikir untuk mengantar Kana pulang sebentar lagi. Karena saya berpikir Sora terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini. Jadi, mungkin tidak apa sesekali saya yang mengantarnya pulang."
Bohong. Kairi berbohong. Ia tahu hari ini Sora tidak akan datang menjemput karena wanita itu akan pergi ke luar kota untuk menemui teman lamanya yang sedang tertimpa musibah.
Sora sudah memberitahunya tadi pagi saat mengantar Kana ke sekolah dan meminta dengan tulus agar Kairi mau menjaga Kana sampai dijemput oleh papanya. Tapi, memangnya pria ini tahu jika Kairi sudah mengetahuinya dari awal?
Tentu tidak. Karena ini adalah kesempatan yang ia tunggu dan sengaja ia buat.
"Apakah Anda Nyonya Takara?" tanya pria itu sopan.
"Ya. Saya adalah Kairi Takara, sekaligus orang tua dari Hayate."
Tebar senyum ke sana ke sini agar terlihat ramah sedikit malu-malu dan seperti ibu-ibu pada umumnya yang tulus saat berbicara. Itulah yang tengah dilakukan oleh Kairi saat ini. Ia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
"Ah, perkenalkan. Nama saya Akihiko Igarashi. Sora beberapa kali menceritakan tentang Anda.Saya sangat senang Anda mau membantu kami menjaga Kana sampai saya datang menjemputnya," sahut pria itu memperkenalkan diri.
Akihiko Igarashi. Nama yang sesuai dengan penampilannya. Ah, orang kaya dan berpendidikan memang memiliki nama yang spesial dan tidak umum. Andaikan saja Kairi juga memiliki nama yang sedikit mirip dengan nama orang-orang kaya, pasti hidupnya akan lebih mudah.
Tapi, yah, hidup seperti ini juga tidak buruk. Kairi toh mendapatkan banyak pengalaman dari masa lalunya dan membawanya sampai ke titik sekarang. Jika bukan karena pengalaman menipunya sejak kecil, ia tidak akan mungkin bisa dekat dengan Sora.
"Itu bukan masalah. Saya senang membantu Sora. Dia perempuan yang tidak banyak bicara dan terlihat sulit di dekati pada awalnya. Tetapi setelah mengenal dekat, Sora adalah orang yang sangat tulus," puji Kairi.
Ia memang harus melakukan pujian basa-basi itu untuk membuat Akihiko lebih terbuka dengannya. Ia harus tahu seperti apa sosok pria ini untuk melancarkan rencananya.
"Ya. Sora memang sedikit pendiam. Saya senang ia mendapatkan teman seperti Anda," balas Akihiko.
"Saya juga senang berteman dengannya."
"Kalau begitu kami pulang lebih dulu. Kana, ayo pulang," kata Akihiko undur diri.
Kana yang dipanggil ayahnya, membersihkan noda pasir pada rok dengan cara mengebutkannya. Lalu ia berlari ke ujung perosotan dan mengambil tas ransel kecil berwarna biru langit yang terbuat dari kulit.
Nampak mahal di mata Kairi. Dan pasti memang mahal melihat dari penampilan Akihiko.
"Terimakasih sudah menjagaku, Bibi Kairi. Aku akan pulang lebih dulu," pamit Kana dengan senyum mungilnya. Kairi hanya mengangguk sambil mengusap kepalanya lembut. "Sampai jumpa besok, Hayate!" teriak Kana pada anak Kairi di sana.
Lambaian tangan Kana dibalas Hayate dari kejauhan yang masih bermain pasir. Setelah itu, Kairi hanya bisa melihat punggung Akihiko dan Kana berjalan menjauh sambil bergandengan tangan.
Sial. Ternyata wanita itu benar-benar beruntung. Kairi semakin iri padanya.
***
"Terimakasih sudah membantuku menjaga Kana sampai ayahnya datang, Kairi. Aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa jika bukan kepadamu."
Suara Sora di telepon terdengar sangat senang dan tulus mengucapkan terimakasihnya. Kairi di balik telepon genggamnya tersenyum kecut. Ia tidak senang mendengar keceriaan wanita itu.
"Ah, itu bukan masalah. Kau tidak harus berterimakasih," jawabnya terpaksa. Dirinya masih harus berpura-pura baik pada Sora jika Kairi ingin mendapatkan apa yang dimau dari Sora.
"Aku membawakanmu oleh-oleh dari kota teman lamaku. Katanya semua orang menyukainya," timpal Sora.
Oleh-oleh? Oleh-oleh macam apa yang akan dibawa orang kaya seperti Sora dari suatu kota? Makanan mahal? Baju berkualitas tinggi dengan motif khas? Pernak-pernik yang berkilauan?
Kairi tidak sabar untuk menerima dan membukanya.
"Kau tidak perlu repot-repot seperti itu, Sora." Kairi rasanya ingin meminta Sora agar mengantarnya saja ke rumah. Daripada menunggu besok.
Eh, tapi ... mungkin juga lebih baik diberikan di sekolah. Jadi, ia bisa memamerkan oleh-oleh itu pada orang tua yang lain yang selalu memandangnya rendah.
"Aku sudah sering merepotkanmu dan banyak meminta bantuan. Ini semua bukan apa-apa."
"Terimakasih banyak, Sora," kata Kairi akhirnya sambil tertawa tertahan karena kegirangan sendiri. Lalu ia teringat dengan kejadian tadi siang. "Oh iya, Sora. Aku bertemu dengan ayah Kana tadi siang. Dia sangat ramah."
"Oh? Benarkah? Haha, kurasa memang seperti itulah sifatnya."
"Tapi, aku jadi sedikit khawatir tentangnya." Kairi memulai rencananya. Ia sengaja memancing Sora.
"Khawatir? Kenapa harus khawatir?"
Perubahan nada bicara Sora, semakin membuat Kairi semangat.
"Bagaimana ya caraku mengatakannya?" Kairi berpura-pura kebingungan sendiri. Lalu ia melanjutkan, "Sebelum bertemu denganku, aku melihatnya berbicara dengan Guru Fumiko. Kau tahu, kan, kalau Guru Fumiko terkenal sangat genit dan suka mendekati pasangan orang tua murid?" bohongnya.
Umpan sudah dipasang. Tinggal menunggu ikannya terpancing.
"Ha? Benarkah itu?" tanya Sora terkejut.
Tepat sasaran. Sora memang wanita lugu yang mudah dipengaruhi. Kairi sangat suka orang lugu dan bodoh seperti Sora.
"Ya. Aku juga melihat ayah Kana tersenyum lembut padanya. Selain cantik dan memikat, Guru Fumiko juga mudah bergaul."
"Akihiko tidak menceritakan apapun kepadaku. Ia hanya mengatakan bertemu denganmu lalu kembali pulang."
"Ah. Benarkah begitu? Apakah aku sudah salah menceritakan ini kepadamu?"
Umpan kedua sudah dilepas.
"Tidak, Kairi. Kau tidak salah. Sebenarnya akhir-akhir ini juga sering mikirkannya. Kenapa ayah Kana sering sekali pergi keluar kota?" sahut Sora bimbang.
"Apa kau pikir ... dia berselingkuh?"
"Entahlah. Aku hanya berharap itu tidak terjadi. Aku tahu ia memang sangat mudah bergaul dan ramah. Tapi untuk berselingkuh ...," ucap Sora menggantung dan ragu.
Kairi merasa di atas awan. "Justru karena sifat ramahnya itulah seharusnya kau menaruh curiga. Bukankah orang yang ramah pasti mudah berteman? Dan dari pertemanan itulah tercipta benih-benih cinta?"
Ada jeda hening. Nampaknya Sora tengah berpikir. Kairi sudah siap mengambil rencana pertamanya malam ini juga.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, Kairi? Aku tidak mau Akihiko mendua."
Telak. Sora terjebak dalam perangkap Kairi. Untuk ke depannya, Kairi pasti akan semakin mudah mencampuri kehidupan wanita bodoh itu.
Kairi menghirup napas dalam-dalam. Hatinya membuncah senang. Sekali lagi, ia merasa pengalamannya selama ini benar-benar sangat berguna.
"Aku bisa membantumu untuk memastikan apakah Akihiko berselingkuh atau tidak. Tapi ...,"
"Tapi apa, Kairi? Aku akan sangat senang jika kau mau membantuku lagi."
"Tapi itu semua membutuhkan banyak biaya. Apa kau siap dengan harganya?"