Chapter 3

835 Kata
Hello, welcome to my story! And enjoy the reading . "Lo di mana?" tanya seseorang sesaat setelah Arka berhasil memasangkan handsfree ke telinganya. "Gue di bumi, Kel," candanya yang berujung dengan dengusan dari seberang sana. "Serius, Arka! Lo di mana? Gue dari tadi muter-muter kabin buat nyariin lo doang tau, gak?" Sedikit mengendurkan handsfree yang dipakai. Arka memuji teriakan Kelly yang masih bisa terdengar sangat melengking, meski hanya melalui sambungan telepon. "Gue di mobil, Kel. Mau pulang. Kenapa?" Lagi-lagi sebuah dengusan dikeluarkan oleh pramugari cerewet yang saat ini sedang melakukan sambungan telepon dengannya. "Jahat banget, sih! Sebelum berangkat kan gue udah bilang, "Arka pulang bareng" masa sekarang lo malah ninggalin gue?" Pikiran Arka melalang buana ke sebelum mereka melakukan take off pagi tadi. Benar, ia telah mengiyakan saat Kelly memintanya untuk pulang bersama. Tapi-- ia menepuk jidatnya pelan. Ia melupakan hal itu. Pasti sebentar lagi perempuan cerewet, berdarah Tionghoa itu akan mengeluarkan sumpah serapah untuknya. "Ehm ..., Kel?" "Apa?!" Kan, perempuan itu sudah memulai serangan dengan mulut pedasnya. "Tunggu, ya. Gue puter balik bentar." "Gak usah! Gue bisa pulang sendiri!" Arka menggaruk tengkuknya. Kelly mirip Bulannya jika sedang merajuk seperti ini. "Sttt ... ah, gak usah ngambek. Gue puter balik sekarang. Lo tunggu gue. Jangan ke mana-mana. Ini udah malem." Tidak ada sahutan, Arka refleks melirik dasbor mobilnya yang masih tersambung panggilan dengan Kelly. "Kel?" "Iya, jangan lama-lama!" Perempuan itu akhirnya menyahut, membuat Arka lega setelahnya. Ia memang tipe lelaki yang tidak suka jika harus membiarkan perempuan berkeliaran seorang diri di tengah malam. Tidak memandang siapa, karena baginya perempuan adalah makhluk Tuhan yang paling berharga. "Tunggu, ya. Gue puter balik bentar." Kelly hanya menggumamkan kata hati-hati, lalu memutuskan sambungannya Arka. Arka yang paham akan tabiat perempuan itu, hanya menghela napas. Ia cepat memutar arahkan mobil biru metaliknya kembali ke bandara Soekarno-Hatta. . . Reina mengerang saat seorang copet berhasil lolos dari bekukannya. Malam ini ia berjaga seorang diri di sekitaran jalan bandar udara Seokarno-Hatta, karena Marshal, partner patrolinya sedang izin menyelesaikan misi rahasia mereka. Tanpa menunggu lama, Reina segera meraih Handy Talky miliknya yang berada tepat di atas pinggang. "Kontek ... kontek ...." "Oke, yang kontek silakan masuk. Ganti ..." "Selamat malam, Marshal. Ganti ...." "Ganti kembali. Operator siapa, mohon dibongkar. Ganti ...." "Saya, Reina. Ganti ...." "Oke, selamat malam, Ndan. Mohon diberitahu 10-2? Ganti ..." Reina menghela napas. Sebaiknya Marshal cepat kembali ke sini. "10-2 di jalur Soetta. Ganti ..." "Soetta? Ganti ...." "Korek ... 10-14 Anak Kijang di sini. Ganti ...." "Oke. Saya segera ke sana. Ganti ...." "Baik. Saya tunggu, 8-6. 8-1-3," tutup Reina, ia lalu menyimpan kembali Handy Talky miliknya itu ke atas pinggang. Ia merengut, merutuki dirinya sendiri. Seharusnya tadi ia berhasil membekuk copet liar tersebut. Ah, kenapa juga roknya harus mempersulit! Saat Reina terus merutuk. Ia tak menyadari ada seseorang tengah berlari tepat di belakang tubuhnya. Menghantam, hingga membuatnya limbung jatuh ke bawah paving block. "Astagfirullah!" "Maaf, saya sedang buru-buru." Suara berat milik sang pelaku, membuat Reina mendengus tidak terima. Enak saja, memang bokongnya tidak sakit apa? "Buru-buru sih buru-buru, anda pikir paving block kasur? b****g saya sakit! Anda enak saja bicara seperti itu." "Maaf," kata si pelaku sambil menjulurkan tangannya di hadapan Reina. Pun perempuan itu langsung menghempaskannya karena dirasa tidak perlu. "Terima kasih, saya bisa sendiri." Ia lalu bangkit, dan menunduk untuk merapikan kembali roknya. "Sekali lagi saya minta maaf. Lain kali mungkin akan lebih hati-hati." "Oh, harus!" Reina mendongak, terkejut saat netranya malah melihat sosok Arka, lelaki yang tempo hari dilihatnya. "Ada lagi yang terluka?" Menggeleng, Reina segera membuang muka ke arah lain. Dari sekian banyak orang, kenapa harus bertemunya dengan Arka? Perasaan jelas bandara tidak sesempit yang ia kira. Arka diam dengan mata yang tak lepas mengamati gerak-gerik Reina. Jika boleh jujur, mungkin sedari tadi ia sudah memeluk tubuh Bulan di hadapannya erat. Pun perempuan yang amat dirindukannya itu kini hanya tertunduk gugup, tidak mau bersitatap dengannya. Menautkan jemari, Reina bergumam. Ya Allah, ada badai lewat, kek. Biar Rei kebawa. "Arka!" Interupsi seseorang membuat Reina maupun Arka menoleh. Terlihat seorang pramugari cantik, sedang menyeret koper mininya datang menghampiri. "Lama banget, sih! Keburu jamuran gue tau, gak?" hardiknya, dibalas Arka dengan senyuman. Hati Reina mencelos, betapa serasinya kedua insan berbeda jenis di depannya ini. Satu profesi, satu frekuensi juga mungkin. "Gue perlu waktu buat puter balik, Kel." "Ya, tapi lama! Gue kesel nunggunya." Reina menunggu respon apa selanjutnya dari Arka. Pun lelaki itu tetap menyunggingkan senyum andalannya, seperti memang sudah terbiasa. "Iya, maaf. Yang penting kan gue udah ada di hadapan lo sekarang." Arka refleks atau sengaja Reina tidak tahu. Yang jelas hatinya sakit saat melihat lelaki itu mengacak-acak rambut pramugari di depannya gemas, persis saat ia mengacak rambutnya dulu. "Diem, ah! Kusut rambut gue." Ya Allah, Marshal di mana, ya? Arka terkekeh, sedikit panik saat sudut matanya tidak menangkap bayangan sosok Bulannya. Reina ke mana?  "Cari apa?" tanya Kelly melihat wajah was-was Arka. Tidak menjawab, dan malah membalikan badan, Arka berlari pelan menyusuri paving block. "Arka, ngapain sih?" Arka mengacak rambutnya kesal. Seharusnya tadi ia tahu ke mana perginya Reina. Pasti sekarang, Bulannya itu akan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. "Arka, I tell you!" Arka tersenyum masam. Tidak bisa terbayangkan jika ia harus kembali dijauhkan oleh Bulannya. ▪▪▪ "Jangan sampai!" Explanation: 10-2: Mengerti/Berada di-- 10-14: Informasi Anak kijang: Pencuri 8-6: Dimengerti 8-1-3: Selamat bertugas. Informasi dari keluarga dan sedikit searching untuk lebih detailnya. Mohon maaf bila ada kesalahan. Chorim, To be continue ... Vote love and comment! Thank you
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN