Guest

826 Kata
Berita Ibukota Indonesia Pindah Hari Ini - Kabar Terbaru Terkini / Liputan8.com "Ibukota udah pindah lagi aja, Kak. Hatimu ikut pindah juga gak?" Reina yang memang sedang memejamkan mata di pangkuan sang mama, hanya membalasnya dengan decisan. "Cih, apaan sih, Ma? Omongannya suka gak jelas, deh." "Aaa ..., kemenangan kan udah netap di Jakarta, ya, Kak?" celetuk Fara lagi, membuat putri semata wayangnya itu langsung bangkit dari posisi berbaringnya. "Mama mah, ah. Gak di rumah, gak di mana, omongannya pasti nyerempet-nyerempet soal itu." "Itu? Itu apa, Kak?" "Mama, ih! Ngeselin." Fara lantas tertawa terbahak-bahak. Senang enak melihat reaksi Reina yang tidak terlalu berlebihan terhadap masa lalunya. Baru saja Fara akan kembali berbicara, suara bel pintu rumah sudah lebih dahulu mengintrupsinya. "Siapa, Kak?" tanyanya. Reina mengendik. "Gak tau. Rei belum liat." "Bukan. Maksud Mama, kali aja tamu kamu." Reina menggeleng. Perasaan ia sedang tidak memiliki janji temu. "Oh ..., ya udah. Liat gih siapa yang datang." Reina yang memang dalam hawa malas, lebih memilih untuk mengambil acara berbaringnya, ia berseloroh tidak mau membukakan pintu, dengan beralasan jika tamu itu adalah teman arisan sang mama. "Ya Allah, Kak. Disuruh liat, malah tiduran lagi." Suara bel pintu rumah semakin meraung-raung, ingin segera dilihat siapa gerangan orang yang telah didukungnya. "Tuh kan, Kak. Cepat, bukain pintunya!" Mau tak mau Reina menurut, ia tidak suka membantah perintah sang mama. Berjalan dengan terseok-seok, ia meraih pegangan pintu. Ah, terbongkar sudah kelakuannya kalau sudah lepas dinas. "Siap--" " Assalamualaikum. " Reina mengerjap sebentar. Tidak salah lihat kan aku? N gapain Arka ke sini? Ya, ia terkejut bukan utama, saat melihat Arka lah orang yang sedari tadi membantah bel pintu rumah. Lagi, bagaimana lelaki ini bisa tahu di mana letak tempat tinggalnya? "Tante ada?" tanyanya tanpa memedulikan keterkejutan Reina. Reina memandangi lelaki diambil takjub. Pun horor juga. "Ada?" ulang Arka. Reina mengerjap, bertanya kenapa, dan ada yang perlu Arka datang ke rumah pertimbangan? "Boleh saya bertemu?" Mata Reina memicing. Malah sebaliknya balik nanya, pikirnya. "Maaf. Untuk apa kamu ingin bertemu Mama saya?" Arka tersenyum. "Cukup rahasia. Kamu juga akan tau diundang." Tangan Reina langsung terlentang, ia tidak diizinkan Arka bertemu sang mama. "Loh, kenapa?" "Ya, alasan kamu tidak jelas. Jadi, silakan kembali di waktu lain." Arka menggaruk ujung alisnya, sudah bisa diharapkan tanggapan Reina. Pasti akan sedikit sulit untuk meluluhkan hati Bulannya. "Tolong." Reina akan menutup daun pintu. Tanpa mengingat, Fara malah berteriak menyerukan untuk masuk. "Siapa, Kak? Suruh masuk lah." Arka senang bukan kepalang. Allah masih mempermudah jalannya. Ia memperhatikan mengingat Reina. Ada rasa marah dan kesal yang sangat tersirat di sana. "Jadi, aku bisa masuk?" Reina hanya diam, pun bergeser sedikit dari posisi berdiri semula. "Terima kasih," balas Arka, yang tetap didiami oleh Bulannya. Reina menutup daun pintu, lalu berjalan gontai meningggalkan Arka. Kalau bukan permulaan, udah Arka cubit pipi kamu. Arka terus saja mengekstrak Bulannya tanpa banyak bersuara. Fara di sana. " Masya Allah, ada siapa ini?" jerit Fara girang. Ia segera merengkuh tubuh Arka. Menciumi pipinya dari kanan ke kiri. Reina mengerling. Lebay ! Fara melepaskan pelukan. Menatap teman kecil putri hanya wayangnya lekat. "Tante kangen banget, Sayang. Kamu apa kabar?" Tidak langsung menjawab, Arka malah menyalami tangan Fara seraya memberi salam, membuat Fara yang baru sadar, malu sendiri akan tingkahnya. " Waalaikumsalam, Sayang. Aduh, maaf, ya. Tante suka khilaf." Fara lantas mengedarkan pandangan ke arah sang putri. Reina tampak terdiam, sesekali mendecak kala netranya bertemu dengan Arka. "Kak, buatkan minum di sana. Kasihan nih pilot ganteng Mama pasti kehausan." Hah? Pilot ganteng Mama? Helow .... Sadar dong, Ma. Emang Arkanya mau dicap apa milik Mama? "Ngapain masih diem, Kak? Cepat buatkan minum." Reina mencebikkan bibir, ia tidak suka membantah, pun hanya keras kepala. Melenggang Ke Arah,-dapur, DENGAN Telinga Yang dipasang untuk review can stanby mendengarkan celotehan bernyanyi mama. "Eh, duduk dulu, Sayang. Ya Allah, Tante jadi kelewatan gini." Arka tertawa. Menjawab jika ia tidak duduk juga membuat masalah, membuat Fara yang terdengar menepuk bahunya pelan. "Ah, kamu, bisa aja. Mana tega lah Tante biarin calon mantu sendiri gak duduk." Reina mengeluarkan suara batuk yang dibuat-buat. Kan! Untung aja didengerin. "Bercanda kok, Kak," kata Fara agar putrinya tidak mengamuk. Reina tak menghiraukan. Ia kembali dari dapur, dan mulai menyiapkan gelas-gelas yang berisi air jerus ke atas meja. Tidak mau keluar, ia buru-buru bangkit demi berlalu meninggalkan manusia itu. "Loh, Kak, mau ke mana?" Reina menoleh, menjawab bahwa ia akan ke kamar, membuat Fara memandang putrinya dalam, menjelaskan agar Reina tetap tenang, karena masih ada Arka di sana. "Bukan urusan Reina. Itu tamu Mama," acuhnya. Fara akan menyahut. Pun Arka langsung menimpali dengan mengatakan jika ia bertamu memang untuk Bulannya. Reina menatap Arka. "Serius. Aku ke sini untuk kamu." Fara malah bertepuk tangan. Ia berseloroh harusnya ia lah yang ke kamar, bukan putrinya. "Bu!" "Apa, Kak? Arka ke sini buat kamu. Udah, ya, Mama ke kamar dulu." Fara bangkit dan pergi menuju kamarnya, melewati Reina yang berteriak tidak mau ditinggal sendirian dengan Arka. ▪︎▪︎▪︎ "Mama jahat!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN