Aku mengerti, aku akan kembali terluka. Ketika aku melibatkan perasaan. Namun dirinya tanpa aku sadari telah membangkitkan rasa yang telah lama hilang.
__Asyila__
***
Asyila terus saja mundur. Ia hampir menjerit kaget, ketika sebuah tangan tiba-tiba menutup mulutnya.
"Syuuuttt! Ini gue!"
Bisik suara laki-laki yang cukup familiar di telinganya. Ia melingkarkan sebelah lengannya ke leher gadis itu. Hangat napas yang menerpa sebagian pipinya membuat Asyila sejenak menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia tahu siapa laki-laki itu. Ia sama sekali tidak tertarik padanya. tapi dalam posisi sedekat ini... Asyila menahan napasnya. Bagaimanapun kerasnya hati seorang Viktoria Asyila. Ia akan salah tingkah saat dekat dengan seorang laki-laki seperti ini.
Kemudian laki-laki itu berbisik pelan lagi. Dan kali ini membuat Asyila menegang hebat.
"Lamose! Itu kan marga lo?"
Asyila melepaskan dirinya dengan cepat, kemudian berputar menghadap laki-laki itu.
"Lo tahu dari mana?" Asyila terlihat amat cemas. Selama ini ia sudah berusaha mati-matian. Menyembunyikan identitasnya.
Lukas meneliti gadis itu dari atas sampai bawah. "Enggak penting! Tapi yang buat gue penasaran. Lo gak kasihan sama Mamah lo yang di gosipin enggak-enggak. Gara-gara Lo pergi!"
Pasti seperti itu. Semua akan mengatakan hal itu. Semua akan menyalahkan dirinya. Dan membuatnya semakin tersudut.
Asyila senyum kecil. "Kalau lo gak tahu apa-apa gak usah men-judge orang lain yang enggak-enggak!"
Gadis itu segera memutar dirinya dengan ketus dan kedua matanya yang terlihat kesal. Dan Lukas hanya terdiam. Ia memang tidak mengerti apa yang sedang di rasakan gadis itu. Ia hanya melihat, kalau Asyila adalah seorang anak pembangkang yang kabur dari rumahnya.
Asyila hampir melewati gerbang rumahnya Lukas hendak keluar. Ketika tangan laki-laki itu meraihnya. Membuat gadis itu kembali menghadap padanya.
"Lutut lo kenapa?" Lukas menatap lutut Asyila yang berdarah. Ah, Asyila sampai lupa. Kalau ia tadi terjatuh di Selokan depan komplek.
"Oh, ini..."
"Ayo masuk!"
"Hah!" Asyila malah bengong.
"Gue bilang ayo masuk!"
"Kemana?"
Lukas mendengus jengah. "Ke dalam selokan komplek!" Sebalnya.
"Hah!" Dan si gadis oon itu masih saja, menjawab 'hah' membuat Lukas gemas saja. Dengan kesal ia segera menarik tangan gadis itu lalu mengajaknya memasuki rumahnya.
"L-lo mau ngapain ngajak gue masuk?" Asyila kikuk.
"Maunya ngapain?" Lukas mengambil kotak P3K di dalam laci, di bawah meja tamu. Asyila hanya terdiam menatap aktivitas yang di lakukan laki-laki tersebut.
"Duduk!"
"Hah!"
Lukas menggeleng jengah. Kemudian ia mendorong gadis itu agar duduk di sofa. "Duduk Asyila..."
Lukas berjongkok di depan gadis itu. Ia sedikit menyingkap rok kerja Asyila. Membuat gadis itu kaget.
"Tu-tunggu! Lo mau ngapain?" Asyila kaget. Ia merapatkan kedua pahanya. Tentu saja ia berpikir aneh, ketika seorang laki-laki menyingkapkan rok seorang perempuan.
"Diem! Lo jangan geer. Gue gak tertarik!"
Lukas menahan tangan gadis itu yang mencegah tangannya, menyingkap roknya. Asyila memang memakai rok kerja di bawah lutut. Sehingga ketika duduk lututnya agak tertutup. Dan Lukas menyingkap rok tersebut untuk melihat luka di lutut gadis itu.
Asyila terdiam. Bukan apa-apa, ia hanya mematung. Ketika melihat apa yang di lakukan Lukas.
Ia dengan sangat hati-hati mengobati luka di lutut nya. Kemudian di sebelah sikunya. Sentuhan itu amat menghangatkan hatinya. Asyila mematung. Karena tidak ada yang pernah melakukan ini ke padanya. Mamahnya sibuk, Ayahnya?
Entahlah, Asyila tidak tahu pria yang mempunyai gelar Ayahnya itu sedang berada di mana. Mengingat itu ia hanya senyum kecil dengan kedua matanya yang terasa memanas.
Lukas membangkitkan rasa kerinduannya pada kasih sayang yang ia inginkan dari kedua orang tuanya. Dan Asyila benci itu. Karena ia sudah menghapus keinginan itu sejak lama. Sejak ia melihat Ayahnya pergi, dan Mamahnya menikah lagi.
"Emang gak sakit?" Lukas mendongak menatap Asyila--yang buru-buru mengalihkan tatapannya ke-arah lain.
"Enggak!" Karena jauh di hati gue, rasanya jauh lebih sakit lagi!. Sambung Asyila dalam hatinya.
"Mau kemana?" Melihat Asyila yang hampir beranjak. Lukas menahannya.
"Itu... "
"Apaan?"
"Sepeda!"
"Sepeda siapa?"
"Temen lo! Gue tinggal di depan komplek tadi!" Cengirnya polos, membuat Lukas menatapnya cengo.
***
"Gila! Sepeda gue!"
Rengek Jordan. Sekarang mereka sedang di kantin. Damian hanya terkekeh melihat wajah kesal Jordan. Ia amat tahu Jordan memang sangat sayang dengan sepeda itu.
"Penyok tau gak sih kalian? Gue gak tahu gimana benerinnya!" Rengeknya lagi.
Lagi, Damian hanya tersenyum saja. Membuat Jordan menatap kesal padanya. "Lo kenapa senyum-senyum? Gila lo!?"
"Enggak, gue lagi mikir. Kayanya sejak kita ketemu Asyila. Kita ketiban s**l terus deh. Kalian pada nyadar enggak sih?" Damian menatap ketiga sahabatnya.
Lukas hanya mengaduk jus alpukat nya santai dengan sedotan.
"Eh, iya ya." Sahut Mahardika. "Pertama, bannya si Lukas di bolongin. Kedua, si Damian di siram jus. Ketiga, sepeda si Jordan dipenyokin. Dan ke..." Mahardika terdiam. Ia jadi berpikir. Kalau ke-empatnya ia yang akan menjadi korban kegilaan Asyila.
Laki-laki itu merinding. "Ikkhh, ogah gue. Pokoknya gue mau jauhin tuh cewek!"
Damian terkekeh. "Gue doain. Biar lo selamet sampe kuburan!"
"s****n!"
Mahardika melempar sepotong bakso kearah kepala Damian. Namun laki-laki itu menghindar. Sehingga bakso tersebut malah menghantam punggung seseorang. Dan dia...
Asyila!
"Lo bisa makan bener gak?!"
Gadis itu berbalik. Kemudian menghampiri Mahardika yang terdiam. Ia seakan menyadari ucapannya. Kalau ke-empat dia yang akan s**l.
Asyila mengambil bakso di sendok Damian yang hampir laki-laki itu makan. Kemudian di tekankan kuat-kuat di kepalanya Mahardika, sehingga terasa air baksonya mengalir di kulit kepalanya.
"Bagaimana? Impaskan?"
Cengo!
Mahardika menganga. Ini manusia atau jenis percobaan? Kenapa kejam sekali.
Tanpa merasa bersalah. Asyila kembali kemejanya setelah sebuah senyuman ia sunggingkan.
Mahardika masih terdiam. Mencoba mencerna apa yang dilakukan gadis itu. Kemudian...
"Shittt!"
Mahardika segera mengambil bakso di kepalanya. Dan kekehan nikmat dari Damian dan Jordan.
"Iblis dasar!" Gumam Mahardika.
Lukas hanya menarik napas panjang. Kemudian menatap Asyila yang saat ini sedang tertawa nikmat bersama kedua sahabatnya. Seakan tidak terjadi apa-apa.
Cewek aneh!
***
Sepulang sekolah. Asyila merasa heran. Kenapa para murid berkumpul ramai di depan gerbang. Gadis itu menautkan kedua alisnya.
Ada apa sih?_pikirnya.
"Sumpah! Tiara tuh masih cantik aja meski udah berumur!"
"Nih gue dapet tanda tangannya!"
"Gue juga dapet!"
"Eh, tapi. Tuh Mbak Tiara ngapain ya berdiri di depan gerbang?"
Celotehan dua siswi yang lewat. Membuat Asyila menegang.
Tiara!
Gadis itu berjalan mundur. Tidak! Ia tidak mau bertemu dengannya, ia tidak mau kembali ke dalam rumah neraka itu. Asyila mengepal eratkan kedua tangannya. Kemudian ia segera memutar dirinya. Ia akan kembali ke kelas, dan pulang setelah wanita itu pergi dari sana.
Tapi...
Lukas berdiri di depannya. Menatap penuh tanya padanya.
"Seorang Ibu sedang mencari anaknya. Apakah itu salah?"
Kalimat Lukas sedang tidak tepat. Asyila tidak boleh terpancing dan malah berdebat di sana. Kemudian membuat perhatian murid lain terarah padanya Nantinya. Lalu Tiara akan melihat padanya pula, dan mengetahui keberadaannya. kalau seperti itu Tiara akan mengajaknya pulang, kemudian ia akan kembali pada rumah neraka itu. Tidak! Asyila harus menghindarinya.
Asyila tak menghiraukannya. Ia segera menghindar. Tapi...
"Please Lukas..." Lirih Asyila mencoba melepaskan cekkalan tangan cowok itu.
"Hadapi, jangan jadi pengecut!"