Sang penantang

981 Kata
Jangan salahkan aku, kenapa aku terus ingin mengganggu mu. Tapi salahkan dirimu yang terlalu menarik. Membuatku tak mampu menjauh. __Lukas__ *** "s**l! Pokoknya gue gak mau ketemu tuh cewek. Dasar s****n!" Sedari tadi Damian terus saja bersungut-sungut. Membuat Lukas menggeleng jengah. Dan kekehan nikmat dari Mahardika dan Jordan. "Mampus lo! Giliran kemarin aja lo ngetawain gue!" Puas Mahardika. "Lo mah mending di siram bakso doang. Lah Gue, nyawa coy! Nyawa!" Rutuk Damian penuh nafsu. "Lagian tuh cewek di kejar siapa sih?" Jordan menimbrung. "Gue enggak tahu, cuma yang gue lihat. Ada dua motor yang ngejar kita waktu itu. Cowok berseragam hitam, semacam bodyguard gitu." Damian terhenti untuk menyesap jusnya. Kemudian, "Gue jadi penasaran. Tuh cewek sebenernya siapa sih? Kalian pada tahu gak? Eh, lo Lukas, lo tahu gak?" Damian menatap ke arah Lukas. "Uhukk! Uhukk!" Lukas tersedak jusnya. Membuat Damian menatap curiga padanya. "Apa lo! Lihat-lihat gue?" Cetus Lukas. "Gue jadi curiga sama lo. Jangan-jangan lo emang udah tahu siapa tuh cewek?" Damian memicingkan kedua matanya. "Ya iyalah gue tahu, dia Asyila kan? Anak unggulan!" Jawab Lukas sambil mengunyah baksonya santai. "Bukan itu bodoh! Lo tahu kan siapa sebenarnya tuh cewek? Gak mungkin kasir Minimarket tiba-tiba bisa bawa mobil kaya gitu. Gue aja yang belajar udah lama, gak sampe sekeren itu." Tempas Damian. Lukas menarik napas jengah. Ia tahu akhirnya akan seperti ini. Ia bahkan belum lama menyimpan rahasia ini. Tapi sepertinya sahabatnya itu memang terlalu peka. "Iya Kas, kemarin kan gue nemuin sepeda gue di depan komplek lo! Nah, gue yakin banget tuh cewek ada hubungannya sama lo! Hayo! Ngaku lo!" Todong Mahardika dengan tatapan curiga. Asli membuat Lukas tak berkutik. "Gue bakal kasih tahu sama kalian. Tapi inget, kalau rahasia ini bocor. Resiko tanggung sendiri. Tuh cewek bakal ngejar-ngejar kalian sampai mampus!" Ancam Lukas. Membuat ketiganya merinding. Bukan takut sama gadis itu, sudah tentu tidak. Melihat kondisi fisik Asyila yang jauh lebih kecil dari mereka. Tapi pada ke-gilaan gadis itu. Bisa setres mereka jika melihat contoh Damian yang kacau kemarin siang. "Ok deal!" Ketiganya segera mendekat. Ingin mendengar apa yang di katakan Lukas. Kemudian Lukas mendekat, dan membisikkan sesuatu. "Wanjiirrrr! Serius lo!" Itu komen pertama yang di katakan Jordan. Membuat murid yang duduk dekat dengan mereka menatapnya. "Emang gue kelihatan bohong?" Lukas menunjuk wajahnya sendiri. "Enggak sih?" Mahardika melengos. "Bener kan dugaan gue!" Timbrung Damian. "Gak akan ada kasir minimarket yang bisa bawa mobil segila itu. s**l! Gue kemarin hampir mati!" Lagi, Jordan dan Mahardika tertawa ngakak. "Jadi sekarang bagaimana? Tuh cewek di kejar-kejar terus gitu?" Tambah Damian lagi. Dan Lukas mengangguk. Setahunya Asyila memang akan terus di kejar para bodyguard itu--kalau tidak pulang ke rumahnya. "Gila! Tapi kasihan gue lihatnya. Masa orang kaya tinggal di kontrakan kecil kaya gitu. Pake kerja segala lagi." Imbuh Jordan. "Emang ada masalah apa sih?" Tanya Mahardika kemudian mencomot bakso milik Damian. Dan di hadiahi pukulan kecil di tangannya. "Jorok!" Sebal Damian. "Steril dong," Balas Mahardika mengubah bakso curiannya itu dengan amat nikmat. "Eh, di lapangan kayanya rame. Katanya anak cewek lagi pada maen basket lihat yu." Ajak Jordan. Mengalihkan pembahasan mereka tentang si gadis gila, Asyila. "Ogah gue!" Ketus Lukas. "Eh, beneran si Asyila sama murid baru. Katanya ada murid baru. Ayo dong lihat!" Jordan menarik tangan Lukas. Membuat Lukas mau tak mau berdiri dan berjalan ke arah lapangan. *** Tim Asyila dan tim lawannya semakin sengit. Mereka saling memperebutkan bola basket dengan begitu nafsu. Asyila dengan lihai membawa bola ke arah tim lawan. Melewati lawannya yang menghadang. Kemudian dengan sekali loncatan Asyila berhasil memasukkan bolanya. Riuh di sisi lapangan pendukung Asyila begitu semangat. Mereka adalah para cowok pengagum Asyila. Karena para cewek hampir semua membenci cewek itu. Terutama mereka yang sudah pernah di bully oleh Asyila. Dari kejauhan Lukas tersenyum simpul. Kenapa dadanya terasa menghangat ketika melihat gadis itu. Ah, s**l! Lukas tidak boleh mempunyai perasaan apapun pada gadis itu. Dia gadis gila yang bisa saja mengacaukan hidupnya. Lagi, tepukan riuh terdengar ketika Asyila melakukan gerakan hook shot dengan amat cantik. Tidak menghilangkan kesan anggun sebagai seorang Viktoria Asyila. "Gila tuh cewek keren banget. Kemarin gue heran lihat dia bawa mobil. Sekarang, gue heran lihat dia maen basket. Gue kadang mikir. Apa sih yang gak dia bisa?" Decak kagum Damian. Meski ia masih kesal pada gadis gila itu. Tetap saja ia sebagai laki-laki merasa kagum. Lukas hanya terdiam. Ia pun mengakui dalam hati. Kalau Asyila memang serba bisa. Lagi, bibirnya tertarik ke samping. Ada perasaan hangat meluap-luap jauh di dadanya. Gue tertarik!__Lukas berjalan ke arah lapangan. "Eh bodoh! Lo mau kemana?" Jordan memanggilnya. Tapi Lukas terus berjalan menghampiri para tim basket yang sedang sengit. Membuat para penonton terdiam menautkan kedua alisnya. Dan para pemain basket mulai terhenti karena kehadiran Lukas yang berjalan mendekat ke arah Asyila dengan tatapan tak bisa di artikan. "Gila! Ngapain lo ke sini?" Kesal Asyila. Ia sedang asik malah di kacaukan. Lukas sejenak terdiam. Hanya menatapnya saja. Kenapa ia amat suka melihat sikap ketus gadis cantik itu. "Hey! Minggir! Ganggu banget!" Sebal Asyila. Lukas masih terdiam. Ia tersenyum simpul. Menatap Asyila penuh tantangan, "Gue mau maen sama lo!" Asyila mendengus jengah. Apa-apaan. Laki-laki itu malah kembali menantang dirinya. Di lapangan lagi, sudah cukup Laki-laki gila itu mengalihkan perhatian gurunya. Dan sekarang sepertinya Lukas mengajaknya berperang. "Are you kidding me? Gue gak suka maen sama cowok! Mending lo minggir!" Asyila mendorong d**a Lukas. Tapi dengan sekali hentakkan Lukas menangkap tangan mungil dan lentik itu, kemudian di tarik padanya. Hingga Asyila jatuh ke d**a bidangnya. "Maen sama gue! Atau rahasia lo gue bongkar! Viktoria Asyila Lamose!" Bisik Lukas amat dekat Asyila memang pandai bermain basket. Ia juga keren saat membawa mobil. Tapi ia tidak bisa bela diri. Dan Lukas, Lukas membuatnya harus mengalah. Karena nyata Asyila tidak akan bisa melawan laki-laki itu. Dengan menggigit bibirnya sendiri Asyila akhirnya mengangguk. Rupanya pertemuannya di komplek itu adalah kesialannya. Lukas tersenyum simpul, ini baru awalnya Asyila. Lo akan terus terikat sama gue!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN