"Mak pak, kami berencana akan langsung bertolak ke kota setelah acara pemberian nama, Bayi kamu sudah mendapatkan nama yang cantik dari majikan kami, kami harap Mak tidak keberatan dengan itu!" Sumirah mengatakan hal itu kepada kedua orang tuanya.
"memang siapa ndok nama yang diberikan oleh majikanmu itu?" tanya Mbah Reban ingin tahu.
"Kenes ayu Kirana Zachary" Indra mengambil alih menjawab pertanyaan dari mertuanya.
"kenapa ada nama Zachary di belakangnya? bukankah itu nama majikan kalian?" tanya Mbah Kakung dari anak-anaknya itu, Dia sedikit keberatan dengan penyematan nama Zahari di belakang anak tersebut, karena baginya itu sama saja menyematkan nama marga di belakang anak yang bukan garis keturunannya, tante orang tua Sumirah sangat keberatan.
"tidak apa-apa Pak, biarkan saja, anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasih kami kepada beliau!"mendengar penuturan Sumirah, Mbah Sumarno sedikit curiga, Dia sangat hafal sifat anak perempuannya itu, entah mengapa Mbah Sumarno merasa anaknya itu menyembunyikan sesuatu yang sangat besar.
Mbah Sumarno mencoba menelisik mata dari semirah, beliau mencoba mencari kebenaran di bening bola matanya.
"Apakah ada yang ingin kamu sampaikan kepada bapak nduk?" tanya Mbah Sumarno, kini didapatinya sumirah tengah menundukkan kepalanya. melihat hal itu yakinlah Mbah Sumarno bahwa Sumirah telah menyimpan sesuatu, Tapi beliau tidak bisa menebak apakah itu, beliau cuma merasa bahwa bayi yang dibawanya ada kaitannya dengan yang disembunyikan oleh sumirah.
"Bapak harap kamu tidak menyulitkan dirimu sendiri dengan masalah yang kamu sembunyikan!" nasehat Mbah Sumarno tanpa menghakimi Sumirah.
Mendengar kalimat mertuanya yang ambigu Indra sedikit kebingungan, yes seolah juga bisa merasakan ada sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahuinya. saat berada di kamar Indra mencoba mengurai keterangan dari mulut istrinya.
"Sumirah, adakah pengajaranku selama ini yang salah kepadamu? Apakah aku salah dalam mendidikmu? atau aku lalai dengan tanggung jawabku? tolong jawab istriku, Jangan membuatku nampak seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apa-apa dengan masalah rumah tangga yang kita hadapi!" tanya Indra melihat manik mata Sumirah mencari kejujuran di sana. ucapannya penuh ketegasan dan menuntut sebuah jawaban.
"Maafkan aku Mas, aku mohon Maafkan Aku!" Sumirah menjawab dan memohon maaf dengan menundukkan pandangannya.
"Atas dasar apa kamu meminta maaf? apakah salah itu kepadaku? atau menyangkut orang lain juga?" tanya Indra lagi masih dengan tatapan tak lepas kepada Sumirah.
Sumirah semakin menundukkan pandangannya tak berani membalas tatapan sang suami.
"Jujurlah, atau aku lebih memilih kehilanganmu dan membawa serta semua anak kita, aku takut dengan ketidak jujuranmu akan membawa masalah besar kepada kehidupan kita suatu hari nanti" Kata-kata Indra menyiratkan sebuah ancaman.
"Baiklah, kalau kamu masih belum bisa jujur, aku pun tak sekejam itu tak memberimu sebuah kesempatan, aku tunggu sampai besok pagi, kalau sampai esok pagi kamu tidak jua memberiku sebuah pencerahan dari sesuatu yang rumit ini, Maaf,,, aku akan pergi membawa serta ketiga anak kita!" Ucap Indra mempertegas ucapannya.
"Tidurlah, kamu pasti lelah, besok kita bahas ini lagi!" Indra mengajak istrinya untuk istirahat karena dalam perjalanan jauh, jadi cukup melelahkan bagi mereka berdua.
karena indra kelelahan maka Indra pun langsung tertidur, beda dengan Sumirah, atas ucapan suaminya dia sama sekali tidak bisa memejamkan mata, dirinya menimbang-nimbang akankah berterus terang kepada suaminya, Apakah membohongi suaminya dengan mengatakan hal lain, dia merasa akan sia-sia jika sampai sejauh ini pada akhirnya kembali pada semula. hingga subuh menjelang mata Sumirah pun belum bisa terpejam jua, si Mira memutuskan untuk bangun dari peraduannya menuju ke kamar mandi, pembalut yang digunakannya serasa sudah basah dia hendak menggantinya dengan yang baru.
"Kok sudah bangun saja kamu sum, baru subuh loh ini!" tanya mak sutini ibunya Sumirah.
"Badan pegal semua Mak, nggak bisa tidur, Sumirah mau ganti pembalut dulu, rasanya sudah tidak nyaman!"jawab semira sambil berlalu ke kamar mandi.
setelah selesai di kamar mandi Sumirah langsung menuju ke dapur hendak membantu emaknya, tapi dicegah oleh emaknya tersebut.
"kamu urusi anakmu saja sum, ini biar emak sendiri yang menyelesaikan!" ucap sang Emak kepada Sumirah.
"kenes masih tidur Mak, kebetulan Mas Indra masih ada di sampingnya, biarkan Sumirah bantu Emak saja di sini!" jawab sumirah.
"Ya sudah kalau kamu mau bantuin, Tapi cepat ya? takut anakmu nanti bangun! kamu bakar saja terongnya itu jangan kekosongan ya cukup kecoklatan dan sudah empuk saja, biar emak membuat bumbunya dan memarut kelapa ini!" perintah sang emak kepada Sumirah.
tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya Sumirah pun melakukan yang diperintahkan oleh sang emak, Sumirah membakar terong di atas panggangan yang menyala, sesekali dibaliknya agar terong itu tidak gosong, sesuai perintah Mbak sebab Mbah Reban serta Indra suaminya tidak suka sambal terong yang gosong,
"Ini Mak sudah apa lagi yang harus sumirah lakukan?" Sumirah bertanya sambil menyerahkan terong yang sudah dibakarnya tadi.
"goreng kerupuk nasi saja, pagi-pagi sarapan pakai sambel terong tempe mendoan dan juga kerupuk nasi sangat cocok!" jawab sama Emak untuk putrinya.
"Oh ya sum, jangan lupa menjerang air nanti untuk anak-anak mandi dan juga membuat kopi untuk suamimu dan juga bapakmu, kalau kamu ingin membuat wedang teh atau wedang jahe sekalian saja menjerang airnya."sekali lagi emak surtini mengingatkan.
"Baik Mak tapi mas Indra sudah beberapa bulan ini tidak minum kopi, Mas Indra lebih suka wedang teh atau wedang jahe Mak!" jelas sumirah lagi.
"oh ya sudah, kamu buatkan wedang kesukaan suamimu saja, kopi bapakmu nanti biar mas sendiri yang buat!" kata Mak Sutini lagi.
"nggak apa-apa biar Sumirah sekalian buatkan, Sumirah masih inget kok selera kopinya Bapak seperti apa, kopi kental dengan sedikit gula kan Mak?" tanya Sumirah memastikan bahwa kopi kesukaan bapaknya masih sama.
"Iya kamu kesukaan bapakmu belum berubah, kalau kamu ingin membuatkan, Ya sudah buatkan saja sekalian, Emak mau menyiapkan sarapan di meja dulu!" jawab Maknya Sumirah.
akhirnya kegiatan di dapur pun itu selesai, Sumirah kembali ke kamarnya untuk menyiapkan peralatan mandi untuk kenes.
Saat memasuki kamar sumirah teringat akan ucapan suaminya semalam, mendadak langkahnya terhenti dan ragu.
"jawaban apa ya yang harus kuberi, aku bingung apa sebaiknya aku berterus terang saja sama Mas Indra!" Sumirah sangat bingung sikap apa yang harus diambilnya. Sumirah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dengan hati yang dag dig dug der.
"Bagaimana sum, Apakah kamu sudah siap mengatakannya kepadaku? atau kamu masih mau diam dan memendam semuanya sendiri? semua keputusan ada di tanganmu, Aku tidak akan memaksamu ataupun membiarkanmu begitu saja, entah mengapa aku merasa masalah ini sangat besar untuk kita!" Indra mencoba membuka percakapan dan sedikit menekan Sumirah.