6. I'm Jealous

1116 Kata
Ardi kembali mengajak Relline bertemu dengan iming-iming untuk membahas proyek kerja mereka yang berada di Bandung, sehingga membuat Relline mau tidak mau harus menemui klien sekaligus sahabatnya itu. Dan disinilah Relline berada, duduk berhadapan dengan Ardi tanpa Nita sekretarisnya karena pria itu yang meminta. Sebenarnya Relline sangat tidak mau bertemu dengan Ardi karena pasti bahasan dan ucapan pria itu yang melenceng dengan proyek mereka. "Nah gue udah telfon orang yang jadi tangan kanan gue disana dan ya proyeknya sudah berjalan tiga puluh persen, nanti kalau udah mau selesai dan gue ada waktu gue sempetin deh cek sendiri kesana.." "Relline lo serius nikah sama Bayu yang berondong dan nerd itu?" Ardi malah mengajukan pertanyaan yang melenceng dengan pembahasan mereka membuat wanita cantik itu memutar kedua bola matanya malas. "Gue udah ngabisin waktu kurang lebih lima menit untuk ngejelasin tuh proyek dan lo malah nanya hal yang gak penting gitu? Oh ayolah Ardi lo ngabisin waktu gue banget tau, lo udah tau kalau gue udah nikah sama Bayu dan kenapa lo masih tanya juga?" Geram Relline membuat Ardi cengar-cengir tidak jelas. "Gue cuma nanya aja dan sedikit prihatin sama diri sendiri karena sebagai sahabat lo gak ngundang-ngundang gue sama sekali di acara pernikahan lo, tega banget lo." "Whatever lah Ardi, lo kan tau sendiri kalau di pernikahan gue, gue sama sekali gak ngundang teman SMA gue termasuk sahabat-sahabat gue." "Tapi alasannya apa Relline?" "Lo gak usah nanya karena lo gak berhak tau, udah gak ada lagi yang perlu dibahaskan? Kalau gitu gue balik." Belum sempat Relline beranjak dan meraih tasnya, Ardi menahan pergelangan tangan mereka. "Apa itu semua karena mereka? Apa lo jadiin Bayu sebagai pelarian lo?" Dan ucapan Ardi membuat tubuh Relline menegang. "L-lo gak perlu tau itu Ar, karena ini semua urusan gue. Lo gak perlu ikut campur!!" Tukas Relline menghempaskan tangan Ardi yang menahannya kemudian berjalan tergesa-gesa keluar dari Caffe. Relline menyandarkan kepalanya setelah memasuki mobil, ia memejamkan kedua matanya ketika bayang-bayang pengkhianatan kembali memasuki pikirannya. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya, Relline menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengusap air mata itu. "Relline l-lo bukan cewek yang lemah, lo cewek yang kuat oke? Jangan nangis lagi apalagi ingat sama dua pengkhianat itu, jangan lagi Relline." Setelah sedikit tenang Relline mengemudikan mobilnya menuju kantor. Wanita itu keluar dari mobil dan berjalan dengan wajah datar dan angkuhnya memasuki area kantor, aura yang biasanya memang sudah datar dan dingin semakin bertambah bagi siapa saja yang merasakannya. Untuk itulah para pegawai kantor seakan tak berani sedikitpun menyapa atasannya melihat aura yang dipancarkan semakin menyeramkan. "Ehemm..." Dehem Rellin ketika melihat dua orang tengah asyik bercanda tawa. "M-maaf Bu." Ucap Bayu sedikit kikuk sedangkan Vira menundukan pandangannya. "Kerja yang benar, kantor bukan tempat untuk mengobrol apalagi bercanda tawa." Tukas Relline dingin dengan wajah datarnya setelah itu meninggalkan kedua orang itu memasuki ruangannya. Sesampainya di ruangan Relline menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya, ia memijit kepalanya yang sedikit pening. Hatinya terasa panas ketika melihat dua orang yang ia tegur tadi asyik bercanda tawa, sedangkan dengannya Bayu tidak pernah terlihat bergembira seperti tadi. Pria berkacamata itu bahkan sedikit takut dan kikuk dengannya, tapi dengan pegawai yang kalau ia tidak salah bernama Vira yan bekerja dibagian pemasaran terlihat sekali sangat enteng tanpa beban. Apakah ia terlihat sangat menyeramkan? Ah rasanya tidak karena banyak sekali pria yang memuji kecantikannya kecuali memang sifat angkuh dan arogannya. 'Tok...tok..tok...' "Masuk!!" Nita memasuki ruangan Relline setelah Relline mempersilahkan sekretarisnya untuk masuk, wanita itu menghampiri Relline dengan ragu-ragu melihat wajah Bosnya yang terlihat sangat tidak bersahabat. "Permisi Bu, emmm ini tadi Pak Ardi menelfon saya karena ponsel Ibu tidak bisa dihubungi. Beliau ingin kembali bertemu dengan Ibu untuk membahas proyek yang katanya belum selesai Ibu dan beliau bahas." Ucap Nita sopan, mengatakan apa yang Ardi inginkan tadi. "Atur pertemuannya besok dan kamu yang akan menggantikan saya besok!!" "T-tapi Bu Pak Ard menginginkan bertemu dan membahasnya langsung dengan Ibu." Relline menggeram mendengarnya, mau Ardi apa lagi sih? "Saya tidak mau tau, intinya besok saya tidak masuk. Kamu yang menggantikan saya bertemu Pak Ardi, dan batalkan semua agenda saya besok." "T-tapi Bu-..." Ucapan Nita terhenti ketika Relline dengan tangannya membuat pola seakan mengusir membuat Nita menghela nafas pelan. "Baik Bu, saya akan bertemu Pak Ardi besok dan membatalkan semua agenda Ibu besok. Kalau begitu saya permisi Bu." Relline tak menanggapi, wanita itu malah memejamkan matanya yang diartikan Nita kalau ia harus segera meninggalkan ruangan Bosnya. Tak lama kemudian Relline meraih tasnya kemudian keluar dari ruangannya, ia menghampiri meja Nita dengan sekretarisnya itu yang sibuk mengatur ulang agenda Relline. "Nita, saya akan keluar mungkin sampai jam pulang kantor. Kalau ada yang mencari atau ingin membahas pekerjaan tolong ditunda atau kamu saja yang menggantikan saya." "Iya Bu." Setelah itu Relline melenggang pergi meninggalkan Nita, selama perjalanan Relline hanya memandang lurus tanpa berniat mengawasi karyawannya. Bahkan Bayu sekalipun yang tengah menatapnya ia abaikan, suasana hatinya sedang tidak terkontrol meskipun ia begitu pandainya menyembunyikan ekspresi wajahnya. Bayu memasukan mobil yang ia kendarai kedalam garasi mobil, setelahnya pria berkacamata itu melangkah memasuki rumah yang begitu sepi. Wajah saja mungkin semua sudah memejamkan matanya mengingat waktu sudah hampir larut malam, Bayu membuka pintu kamarnya dan Relline dengan perlahan takut suara decitan pintu akan membangunkan Relline yang mungkin sudah tertidur. Namun Bayu salah, nyatanya didalam kamar ia tak mendapati Relline sama sekali bahkan di kamar mandi pun tidak ada ketika ia memeriksa. Rasa panik Bayu tergantikan ketika suara pintu kamar terbuka dan terlihat Relline dengan masih memakai pakaian kerjanya tadi melangkah gontai memasuki kamar, wanita itu membuang tasnya sembarangan dan tanpa melepas sepatu haknya ia membaringkan tubuhnya. Bayu menghampiri Relline lalu melepas sepatu hak istrinya kemudian menaruhnya di pojok ruangan. "Kamu habis darimana?" Tanya Bayu yang hanya dibalas gumaman kecil oleh Relline. Bayu akhirnya memutuskan untuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat seharian ini bekerja, setelah mengganti pakaiannya ia duduk ditepi ranjang sambil memperhatikan wajah terlelap Relline. Pria itu sedikit ragu apakah harus mengganti pakaian kerja Relline atau tidak perlu? Ia takut ketika ia mengganti pakaian Relline wanita itu terbangun dan menyangka yang tidak-tidak kepadanya, tetapi mereka kan suami istri yang sudah halal. Akhirnya Bayu memutuskan menggantikan pakaian Relline dengan piyama tidurnya setelah itu Bayu menyusul Relline berbaring disamping wanita itu, untunglah tidak ada bau alkohol yang tercium dan berarti langkah gontai Relline tadi menandakan bahwa istrinya itu mengantuk berar bukannya mabuk. Ketika Bayu mulai memejamkan matanya, ia merasakan Relline memeluknya erat dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Bayu. Samar-samar Bayu mendengar gumaman Relline yang sukses membuatnya urung memejamkan matanya. "I'm so jealous Bayu, jangan pernah dekati wanita lain ataupun bercanda tawa dengannya lagi!!" Gumam Relline dengan suaranya yang rendah namun penuh ancaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN