Sara merangkak keluar dari kamar mandi karena tubuhnya terlalu lemas setelah mendengar semuanya. Ia mulai menangis sedih sebelum akhirnya berubah menjadi kemarahan yang besar. “Kenapa musti aku?! Kenapa kamu tak menanggungnya sendiri semua perbuatan yang telah kamu lakukan, Papa!” jerit Sara histeris dan segera melemparkan semua barang-barang di sekitarnya dengan penuh kemarahan. Ia menjerit dan menangis histeris tak mampu lagi menahan semua rasa didalam hatinya. Tangisannya berubah sedih membayangkan sang ibu yang berjuang membesarkannya seorang diri walau dipandang hina oleh semua orang. “Aku benci Papa! Benciiii!” jerit Sara tak mampu lagi menahan kesedihannya. Mendengar suara-suara barang yang dilempar, Zen segera berlari menuju kamar Sara dan segera memeluknya untuk menenangkan S