Seminggu setelah MOS SMA Panca Dharma
Masa SMA diibaratkan sebuah pintu menuju kedewasaan yang bisa jadi mengubah pandangan juga langkah awal merangkai masa depan.
Geva menghela napas panjang ketika akhirnya dia bisa sedikit bernapas dari kemelut hidup yang menderanya beberapa tahun ini saat melihat suasana ramai teman-teman seperjuangannya yang baru saja dipertemukan dan akan merangkai banyaknya kenangan di sekolah sampai mereka siap menghadapi masa depan mereka sendiri-sendiri. Rasa ramai itu membuat Geva merasa tidak sendirian meskipun dia menikmatinya dalam diam.
“Gev, gue tadi lihat kakak kelas yang elo suka itu."
Geva mengalihkan tatapan dari sisa bakso miliknya yang hampir habis ke arah Selly yang duduk di depannya. "Nino maksud lo?"
"Siapa lagi? Hanya dia cowok yang elo perhatikan dari awal MOS."
Geva tersenyum mendengarnya, mengingat lagi wajah Nino yang tampan itu. "Dia cowok tampan yang memiliki sisi misterius. Gue aja penasaran banget sama dia dan mencoba membayangkan bagaimana ya ekspresinya kalau dia lagi senyum.”
Selly, teman baru baru Geva di sekolah berdecak dan menggeser mangkuk dan gelasnya yang sudah kosong menjauh, "Misterius sih tapi kok kesannya seram ya. Kalau saja dia mau tersenyum sedikit pasti ketampanannya naik ke level tinggi.”
"Seram gimana? Ngaco ah!! Itu namanya cowok cool."
Selly menggeleng, "Wajahnya kelewat gak ada ekspresinya sama sekali. Elo kok bisa sih suka cowok model begituan? Gue sih mending Bang Akbar. Dia ganteng, murah senyum, baik dan ketua osis lagi."
"Dia tipikal cowok playboy. Gue sih ogah. Gue suka yang beda."
"Nino memang beda sih karena dia nyeremin," kekeh Selly membuat Geva melotot dan mencubit lengan temannya itu lalu tertawa bersama.
Semua murid SMA Panca Dharma sedang menikmati istirahat siang. Kantin dan koridor penuh dengan murid-murid yang asyik makan dan mengobrol heboh. Akhirnya setelah tiga tahun dalam mode invisible menjalani masa SMP-nya, Geva mulai memasuki masa-masa SMA-nya. Dia tidak berharap banyak. Baginya yang terpenting, dia bisa sedikit menjadi dirinya sendiri dan menjalani masa SMA-nya dengan membaur. Sejak dulu, dia sudah membayangkan bagaimana serunya menjadi anak SMA. Masalahnya di rumah tidak akan menghalanginya untuk merasakan hal itu. Walaupun dia masuk sekolah yang lumayan mahal ini dengan bantuan beasiswa tapi dia tetap bahagia apalagi saat memiliki teman yang baik seperti Selly.
Geva selama ini tidak pernah punya teman seperti Selly. Cantik, modis dan pintar. Teman Geva selama ini hanya buku diarynya, MP3 yang berisi ribuan lagu miliknya yang selalu berhasil mengusir kesepian dan foto ibunya. Sekarang, bisa memiliki Selly sebagai teman baru yang menyenangkan membuat Geva menganggap kalau ini adalah awal yang baik untuk masa SMA-nya dan berharap kehidupan sekolahnya setidaknya bisa mengurangi kepedihannya karena memikirkan ayahnya serta masalah-masalah mereka selama ini.
BRAKK !!!
Geva berjengit kaget begitupula Selly yang langsung menoleh ke sumber suara yang berasal dari beberapa meja di depan mereka. Memandangi cewek cantik yang Geva kenali sebagai primadonanya SMA Panca Dharma dan ketiga dayangnya sedang berhadapan dengan beberapa murid junior yang sudah nampak pucat pasi.
"MINGGIR !!!!" ucapnya kasar penuh otoritas.
Sontak, seperti dikomando, semua murid junior yang semula duduk di sana langsung berdiri membawa serta makanan mereka menyingkir ke tempat lain. Mencari masalah dengan kakak kelas apalagi dengan geng primadona seperti mereka hanya akan menciptakan neraka di sekolah. Hidup tidak akan tenang dan damai.
Geva berdecak dan berkomentar pelan malah seperti berbisik ke Selly, "Yang seperti ini yang perlu dihindari."
Selly tertawa, "SMA tanpa senioritas sebenarnya enggak seru tapi kita main aman aja. Tidak perlu berurusan dengan makhluk begituan. Namanya cari mati.” Geva mengangguk setuju. “Tapi Gev—" Selly manyun.
"Kenapa ?" tanya Geva heran.
"Gue akan tetap berurusan dengan mereka. Chelsea ketua eskul Cheers," ucapnya sedih sambil bertopang dagu.
Geva tersenyum dan menepuk lengannya pelan, "Yang penting jangan terlibat masalah sama dia."
Selly balas tersenyum tipis dan mengangguk. Geva melirik sekilas ke belakang Selly, ke arah cewek primadona yang bernama Chelsea yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Kecantikannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Geva mendapati hampir semua murid cowok yang ada di kantin memperhatikannya dan gengnya kecuali satu orang yang nampak sibuk dengan game di ponselnya sejak dia masuk kantin kurang dari sepuluh menit yang lalu seperti tidak peduli dengan sekitarnya bahkan saat ada bidadari sekalipun. Sepertinya cowok itu yang banyak di gosipkan hampir semua siswi di sekolahnya. Mau tidak mau, Geva memperhatikan cowok itu lebih teliti. Mencoba untuk mencari tahu apa yang membuatnya begitu diminati.
Rambut undercutnya berwarna hitam kelam, wajahnya tampan, terkesan selengean dan garang tapi masih terlihat imut kalau di tatap lekat. Penampilannya berantakan, baju seragamnya tidak di kancing memperlihatkan kaus putih yang dipakainya sebagai dalaman dan dikeluarkan juga tanpa dasi. Geva menyimpitkan mata ketika melihat kalau cowok itu memiliki beberapa memar di wajah saat dia mengangkat kepala dari ponselnya tertawa menanggapi lelucon temannya.
Cowok itu terkenal sebagai cassanova SMA Panca Dharma dari gosipan beberapa temannya tadi pagi. Cowok yang dikenal sebagai bad boy, panglima tawuran nomor satu dan cowok paling tajir di sekolah.
BRAK!!
“HEH!!! LIHAT APA MATA LO?! MAU GUE COLOK YA!!"
Geva tersentak kaget saat mendapati bentakan Chelsea yang entah sejak kapan berada di samping mejanya menangkap basah Geva memandangi sang pangeran sekolah. Selly juga nampak kaget melihat kedatangannya yang tiba-tiba.
Geva tergagap, reflek berdiri dan menarik serta Selly yang bingung untuk mengikutinya, "A-h ma-af Kak.”
Chelsea tersenyum sinis, "Sekali lagi gue lihat elo mandangin cowok gue seperti tadi, gue colok beneran mata lo sampai keluar!!!"
Geva menelan salivanya dan mengangguk kaku, "Iya kak. Nggak akan lagi. Permisi."
Chelsea melayangkan kepalan tangannya ke arah Geva yang langsung ngacir melewati sisi meja yang lain dan menyeret sebelah lengan Selly untuk keluar kantin menjauh dari nenek lampir itu.
Gilaa!! Radarnya kuat amat. Apa gue yang terlalu over mandangin tuh cowok,batin Geva panik.
Untuk keluar dari kantin, Geva dan Selly tentu harus melewati kumpulan cowok badboy itu yang sepertinya tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Geva memilih menundukkan pandangan tapi saat hampir mendekati tempat di mana mereka berada, tanpa bisa di cegah kepalanya terangkat dan langsung bertemu tatap dengan manik mata coklat karamel yang diam memandanginya.
Hanya sekilas mata mereka saling menemukan sebelum Geva membuang muka dan berlalu keluar. Dia tidak mau berurusan dengan cowok itu dan akan dihantui Chelsea selama dua tahun bersekolah. Sepanjang jalan Geva hanya diam tidak menanggapi berbagai macam pertanyaan heran Selly. Pikirannya masih melekat pada sepasang mata coklat tadi. Geva menyadari kalau cowok itu memang sangat tampan saat dilihat dari jarak dekat seperti tadi.
Dan cowok itu pacarnya primadona sekolah.
Bisa habis Geva kalau Chelsea sampai menandai wajahnya karena ketahuan terpesona dengan seorang Giovani Arnold Aksara.
*****