4. Pertemuan Kedua

1542 Kata
Pagi-pagi sekali Lyria meninggalkan kediaman neneknya. Ia harus menjaga suasana hatinya untuk tetap tenang, dan satu-satunya jalan adalah menghindari pertemuan dengan seluruh anggota keluarga di kediaman neneknya. Nenek serta bibinya pasti tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah jika mereka tahu bahwa ia menampar Kaitlyn semalam. Dan apa yang diperkirakan oleh Lyria memang benar. Mallory dan Eugene murka ketika mengetahui bahwa Lyria berani menampar Kaitlyn. Bagi Mallory, Kaitlyn merupakan permata berharganya. Dia telah memanjakan cucunya ini sejak kecil. Dia pasti akan mengajari Lyria dengan benar ketika dia bertemu dengan Lyria nanti. "Nenek, Ibu, apakah kalian sudah menemukan laki-laki lain untuk Lyria? Aku tidak ingin p*****r itu menggoda Razen." "Tidak perlu cemas, Sayang. Ibu dan Nenek telah menemukan pria yang cocok untuk Lyria." Semalam Eugene dan Mallory menghadiri pesta jamuan istri seorang pengusaha, di sana mereka mengetahui bahwa putra satu-satunya dari keluarga Luther sedang mencari wanita untuk menjadi istri putra mereka yang cacat mental. Mallory dan Eugene tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan, mereka dengan segera mempromosikan Lyria. Dan kemudian mereka mencapai kesepakatan, bahwa keluarga Luther akan memberi banyak uang untuk pernikahan itu. "Seperti apa pria itu, Bu?" tanya Kaitlyn. Dia tahu bahwa ibu dan neneknya pasti tidak akan memilihkan pria baik untuk Lyria, tapi tetap saja dia ingin tahu. "Namanya George Luther, usia 30 tahun, cacat mental." Mendengar balasan dari ibunya, Kaitlyn merasa sangat terhibur. "Ibu dan Nenek memang yang terbaik." Mallory dan Eugene tersenyum licik. Untuk wanita seperti Lyria, George sudah cukup pantas. Lyria harus berterima kasih pada mereka karena memilihkan jodoh yang baik. Di perusahaan tempatnya bekerja, Lyria beserta pegawai lainnya diberitahukan bahwa sebentar lagi CEO perusahaan mereka akan datang berkunjung ke ruangan itu. Ini merupakan pertama kalinya kunjungan itu dan para pegawai tampak sedikit gugup, tapi ada juga beberapa yang bersemangat. "Aku dengar CEO kita benar-benar tampan," rekan kerja Lyria mulai bergosip. "Itu benar. Aku pernah melihatnya di majalah bisnis. CEO kita bahkan lebih baik dari model laki-laki yang menjadi sampul majalah." Yang lainnya menanggapi. Suara-suara yang bersemangat terdengar satu demi satu, lalu kemudian menjadi hening ketika kepala perancang busana memerintahkan mereka untuk berhenti bicara. Satu-satunya yang tidak begitu tertarik pada seberapa tampan CEO perusahaan mereka hanyalah Lyria. Dia telah berurusan dengan pria tampan seperti Razen, dan pria seperti itu benar-benar buruk. Dia tidak memiliki kesetiaan sama sekali. Dan lelaki tampan lainnya yang tidur dengannya, pria itu menggunakan tubuh dan wajahnya untuk mencari uang. Jadi, tampan benar-benar tidak begitu menarik perhatian Lyria. Pintu lift terbuka, suara langkah kaki terdengar. Lyria dan para pegawai lainnya berbaris dengan rapi. Mata Lyria nyari saja jatuh ketika dia melihat pria dengan setelan hitam yang berjalan di barisan paling depan diikuti dengan para petinggi perusahaan di belakangnya. Sial! Lyria mengumpat di dalam hatinya. Tidak mungkin pria yang ia kira pria bayaran adalah CEO nya. Sepertinya dia benar-benar telah kehilangan keberuntungannya. Mungkin sebentar lagi dia akan dipecat karena dianggap telah menghina pria yang merupakan CEO nya. Lyria tidak berani melihat ke arah Axelsev, wanita itu menundukan kepalanya dan hanya melihat ujung sepatu lancipnya. Jika bisa dia ingin segera bersembunyi sekarang. Dari tempatnya Axelsev sudah melihat Lyria, pria itu tersenyum di dalam hatinya. Ini merupakan pertemuan kedua mereka, ia yakin Lyria pasti sangat terkejut melihatnya. "Selamat pagi semuanya." Axelsev menyapa para pegawainya. Rekan-rekan kerja Lyria yang berjenis kelamin wanita merasa bahwa suara Axelsev benar-benar indah. Mereka bahkan terlena karena suara itu. "Selamat pagi, Pak." Semua pegawai menjawab serempak. "Saya adalah Axelsev Leander, pemimpin perusahaan ini. Ini adalah kunjungan pertama saya. Lakukan pekerjaan kalian dengan baik," seru Axelsev. Lirikannya beralih pada Lyria yang masih melihat ke ujung sepatunya. "Nona Lyria, apakah ujung sepatumu sangat menarik?" Axelsev tidak tahan untuk tidak bicara dengan Lyria. Lyria tersentak. Dia benar-benar selesai sekarang. Wanita itu mengangkat wajahnya dan kini tatapannya bertemu dengan tatapan Axelsev. "Maafkan saya, Pak." Lyria berkata pelan. Axelsev tidak bicara dengan Lyria lebih jauh, pria itu melanjutkan kunjungannya ke divisi lain. Lyria baru bisa bernapas lega setelah Axelsev pergi. "Lyria, kau memang dewi di divisi kami. Lihat, bahkan CEO itu pun mengetahui namamu sekarang." Serena, rekan kerja Lyria memuji Lyria. "Lyria, wajah cantikmu benar-benar cocok digunakan untuk merayu pria." Ariana, rekan kerja yang selalu tidak menyukai Lyria berkata dengan sinis. "Ariana, jaga perilakumu!" Eveilyn, kepala tim perancang busana di ruangan itu menegur Ariana. Dia sangat tidak suka dengan pertengkaran antar pegawai. Ariana tidak lagi bicara, wanita itu melewati Lyria dan duduk di tempatnya dengan perasaan tidak senang. Kepala tim memang selalu memihak Lyria, itu karena Lyria berbakat dan memiliki ide-ide cemerlang mengenai fesyen. Salah satu yang membuat Ariana tidak menyukai Lyria adalah karena hal itu. Selain itu Lyria memiliki wajah yang cantik, pria yang disukai oleh Ariana terus memuji Lyria, dan itu membuat Ariana sangat tidak tahan. Anggota tim lainnya juga duduk. Selena segera mendekati Lyria. "Jangan dengarkan kata-kata Ariana," serunya. "Aku tidak sedangkal itu, Selena." Lyria tidak akan menanggapi kata-kata Ariana karena Ariana tidak tahu banyak tentang dirinya. Dia akan memiliki banyak sekali musuh jika dia menanggapi kata-kata tidak menyenangkan dari orang lain. "Aku tahu kau sangat masuk akal, Lyria." Selena menepuk pundak Lyria, wanita itu lalu duduk di tempatnya. Lyria juga kembali ke tempat duduknya. Jadi dia mengerti kenapa dia merasa tidak nyaman tadi, mungkin karena dia akan bertemu dengan CEO nya yang telah ia lecehkan dengan uang lima ratus dolar. Lyria, kau benar-benar tamat! Dari sekian banyak laki-laki kenapa kau harus memilih dia? Lyria meletakan dahinya di meja. Hidupnya benar-benar sial. Dia sangat mencintai pekerjaannya, dan sebentar lagi dia pasti akan kehilangan pekerjaannya. Jam makan siang tiba. Lyria menghabiskan waktu bekerjanya dengan perasaan tidak senang. Tampaknya dia harus menemui CEO nya dan meminta maaf agar dia masih bisa terus bekerja di perusahaan ini. Lyria pergi ke lantai paling atas bangunan itu untuk menemui Axelsev, tapi sejenak kemudian dia ragu-ragu. "Nona Lyria?" Sylvien mengejutkan Lyria yang sedang bimbang. Lyria tidak tahu siapa pria di depannya, tapi dia melihat pria ini berdiri di belakang pria yang tidur dengannya tiga hari lalu. "Saya adalah Sylvien, asisten pribadi Tuan Axelsev." Sylvien memperkenalkan dirinya. "Apakah Nona Lyria ingin bertemu dengan Tuan Axelsev." "Apakah bisa?" tanya Lyria hati-hati. "Saya akan memberitahu Tuan Axelsev tentang kedatangan Anda." Lyria menganggukan kepalanya pelan. Wanita itu kemudian menunggu dengan gugup. "Tuan, Nona Lyria datang untuk menemui Anda." "Biarkan dia masuk," balas Axelsev. "Baik, Tuan." Sylvien segera keluar. Pria itu kembali menemui Lyria. "Nona Lyria silahkan masuk." "Terima kasih." Lyria meremas jari jemarinya. Tidak ada jalan untuk mundur sekarang. Axelsev yang tadi sedang melihat laporan keuangan perusahaan itu segera menghentikan kegiatannya, sekarang tatapannya terfokus pada Lyria. "Apa yang membawa Nona Lyria datang menemuiku?" tanya Axelsev dengan tenang. "Saya ingin meminta maaf mengenai kesalahan saya menganggap Anda sebagai pria bayaran." Lyria berkata dengan sopan. "Tolong jangan memecat saya, saya sangat mencintai pekerjaan saya." Axelsev tersenyum kecil, dia pikir Lyria datang padanya untuk meminta pertanggung jawaban, bagaimana pun dia yang telah merenggut keperawanan wanita itu, tapi ternyata dia salah. Lyria menemuinya agar dia tidak memecatnya. "Kau tidak memiliki kesalahan, Nona Lyria. Lagi pula kau cukup murah hati dengan memberikan lima ratus dolar padaku." Wajah Lyria memerah sekarang. Lima ratus dolar untuk seorang CEO seperti Axelsev bahkan tidak mencapai 0,1 persen dari harta kekayaannya. Lyria melihat ujung sepatu lancipnya lagi. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa sekarang. "Nona Lyria, apakah ujung sepatumu sangat menarik sehingga kau bahkan tidak melirik wajah tampanku?" Axelsev bersuara lagi. Lyria segera mengangkat kepalanya. Dia menatap pria percaya diri yang memang mengatakan tentang faktanya. Jika itu di negara lain mungkin saat ini Axelsev sudah diusir karena terlalu tampan. "Pak, saya benar-benar meminta maaf. Tolong jangan memecat saya." Lyria berkata lagi. "Nona Lyria, selain dari pekerjaan apakah tidak ada yang ingin Anda katakan?" Lyria diam. Dia tidak memiliki hal lain untuk dikatakan tentang kejadian malam itu. "Apakah kau tidak ingin aku bertanggung jawab terhadapmu, Nona Lyria?" "Tidak, apa yang terjadi malam itu adalah keinginan saya. Dan saya hanya menganggapnya one night stand." "Jadi, kau hanya ingin mengakhirinya di sana?" "Ya." "Apakah malam itu aku tidak cukup memuaskanmu sehingga kau hanya ingin memutuskannya satu malam saja?" Lyria tidak mengerti ke mana arah pembicaraan dia dan bos besarnya ini. "Seingatku kau sangat bersemangat malam itu, kau meminta tiga sesi panjang. Aku masih ingat bagaimana erangan dan desahanmu memenuhi kamar hotel." Sial! Lyria mengumpat di dalam hatinya. Apakah bos besarnya ini harus berkata seperti itu? Telinga Lyria memerah karena rasa malu. Malam itu dia memang benar-benar binal. Dia pikir itu adalah pertama dan terakhir kalinya dia bertemu dengan pria di depannya, siapa yang menyangka jika ternyata masih ada pertemuan ke dua dan mungkin akan ada pertemuan lainnya. "Pak, bisakah kita berhenti membicarakan tentang malam itu?" "Kenapa? Sepertinya malam itu aku benar-benar tidak memuaskanmu." "Tidak seperti itu, saya sangat puas." Lyria menjawab cepat. Berikutnya dia menyesali kata-katanya. Dia tampak seperti wanita m***m sekarang. "Lalu kenapa kau tidak ingin membicarakannya lagi?" Lyria benar-benar tidak berdaya dengan pertanyaan Axelsev. Dia mungkin akan menyesali keberaniannya datang ke ruangan ini nanti. Bisakah dia pergi lebih cepat sekarang? "Saya hanya tidak ingin membicarakannya." "Sayang sekali, padahal aku suka membicarakannya." Axelsev bermain-main dengan kelinci putih di depannya. "Pak, bisakah Anda melupakan yang terjadi malam itu?" "Tidak, aku ingin mengingatnya bahkan untuk seribu tahun yang akan datang." Lyria tertegun sejenak. Dia benar-benar salah telah menyinggung bos besar di depannya. "Nona Lyria, aku tertarik padamu. Ayo menikah denganku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN