Anung berdecak nikmat setelah menyesap teh panas buatan Ajeng. Tampak Ajeng sedang mengeluarkan isi tas yang berisi beberapa baju kaus berbahan dan merek yang mahal. Wajah Ajeng menunjukkan rasa terima kasih yang tidak terungkapkan. Sudah lumayan lama dia tidak membeli baju baru, dan terkadang Gita juga memberi pakaian yang tidak terpakai lagi olehnya. “Dipake ya. Jangan diliatin doang.” “Iya, Mas. Baju-bajunya bagus banget. Aku suka.” Ajeng tempelkan salah satu baju baru ke badannya sambil tersenyum ke arah Anung. Anung lalu menyerahkan sebuah kartu ke hadapan Ajeng. “Ini buat beli sepatu baru. Mas liat sepatu kamu sudah nggak bagus.” Ajeng terkesiap, dia spontan menolak. “Nggak usah, Mas Anung. Sepatuku masih bagus dan nyaman.” Anung tampak memaksa. “Ambil. Nih, pegang dulu. Atau