“Naik, Jeng. Mas antarlah pagi ini,” Anung dengan wajah memohonnya berseru ke Ajeng dari dalam mobilnya. Ajeng ragu-ragu sejenak. “Hm … masih antar kue-kue, Mas. Mas duluan aja, nggak apa-apa.” “Mas tunggu.” Anung pagi ini yakin Ajeng mau dia antar ke sekolah, dia telah melihat keraguan dari wajah gadis itu. Ajeng menghela napas pendek, dia memutuskan menumpang mobil Anung setelah menitipkan kue-kue dagangan di warung depan gang rumahnya. “Gitu dong. Sekali-kali Mas antar,” ujar Anung saat Ajeng sudah duduk di sampingnya. Sudah cukup lama Ajeng tidak menumpang mobil Anung, sejak perselisihan kecil di antara mereka. Perasaan Ajeng kali ini tidak resah seperti sebelumnya, justru lebih tenang karena Anung benar-benar menunjukkan sikap baik setelah meminta maaf. “Gita sudah dapat SIM mo