Harapan Palsu

1031 Kata
Keesokan harinya Edward dan Karen mulai merasakan kebingungan akibat tak ada satu dokter pun yang datang ke kliniks. Mereka juga tidak mengangkat telepon mereka. Ketika mereka mengecek lagi, para dokter itu menulis di akunnya jika tidak akan praktek di klinik milik Edward. Para pasien segera meninggalkan kliniks Edward begitu melihat pengumuman dokter mereka. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Karen. Dia sangat khawtir akan kelangsungan klinik jika tidak ada dokter yang mau praktek di sini. "Ini pasti ulah Emerald. Dia pasti memaksaku untuk kembali padanya dengan cara ini," geram Edward. Dia sangat marah akan kelicikan dari Emerald. "Jika memang dia tidak mau membiarkanku kenapa kau mau bercerai denganku." Edward tentu menuduh jika Emerald yang melakukan semua ini. Dia pun bergegas pergi ke rumah yang ternyata kosong. Dia pun menuju ke rumah sakit yang hanya dihalangi oleh petugas keamanan. "Kenapa kalian menghalangiku? Lepaskan aku hanya ingin bertemu dengan Emey!?" Teriak Edward. Inoe yang mendapat laporan jika Edward membuat keributan di gerbang rumah sakit tersenyum simis. Inilah yang biasa orang lakukan jika tak berdaya, menyalahkan orang lain. Apalagi Edward merasa di atas karena Emerald mencintainya. Inoe tidak ingin Edward membuat keributan pun langsung mendatanginya. Dia tertawa melihat Edward yang memaksa masuk ke rumah sakit lewat pintu samping. "Kau tidak lagi memiliki hak memasuki pintu ini Edward. Apa kau lupa jika bukan siapa siapa lagi?" tanya Inoe sinis. "Aku tahu tapi kenapa Emey menghancurkan klinikku. Kenapa ia menghalangi dokter untuk praktek di klinikku?!" teriak Edward. Dia ketakutan karena ada banyak tanggungan yang ia ambil demi mendirikan kliniks itu. Tapi jika tidak ada dokter di sana maka bagimana kliniks itu bisa berjalan. "Menghancurkan klinikmu? Jangan bermimpi, memangnya apa untungnya Emey melakukan hal itu? Apakah kau tidak memperhitungkan jika bercerai dengan Emey maka kau tidak lagi memiliki koneksi dengan keluarga White. " Inoe mendekat ke arah Edward dan menepuk- nepuk wajahnya. "Tau dirilah, mana mungkin dokter di wilayah ini mau menjadi dokter di klinikmu jika bukan karena mengira kamu masih berhubungan dengan Emey. Dan begitu tahu kalian tidak bersama maka kau tahu sendiri apa yang terjadi. Mereka tidak bodoh Edward." Edward kembali membeku akan semua ini. Apa yang dikatakan Inoe serasa masuk akal. Semua dokter yang bekerja di rumah sakit pusat milik keluarga White tidak akan mau ke kliniksnya atas dasar loyalitas. "Kalian tidak bisa melakukan ini padaku!" Inoe menggelengkan kepalanya, matanya melihat prihatin pada Edward yang nampak putus asa. Itu mengingatkannya pada Emerald yang putus asa kemarin. "Lempar dia keluar," perintah Inoe. Tanpa ragu petugas securty segera menyeret Edward dan meleparnya ke jalan. Yang mana disaksikan oleh Emerald dari jendela kaca yang ada di ruangan prakteknya. Setelah melihat Edward pergi, Emerald kembali menangani pasien yang ada di depannya. Dia sekarang mencoba menyibukkan diri dari masalah pribadinya dan fokus pada pekerjaan. Karen menyambut Edward yang baru pulang dari rumah sakit dalam keadaan berantakan. Dia tahu benar jika Edward tidak mendapatkan hasil yang ia inginkan. Sedangkan Karen tahu jika Edward harus segera membayar hutang- hutangnya. "Edward..." "Aku akan mencari cara. Kau tenang saja ya?" ucap Edward pada Karen. Karen sebenarnya merasa tidak yakin pada Edward. Pria ini tidak memiliki keterampilan apapun, dan keluarganya tidak kaya. Hanya saja wajahnya adalah satu - satunya yang bagus yang Edward miliki. "Tentu saja aku akan menemanimu Edward. Kau fokuslah memecahkan masalah ini. " Karen menyandarakan kepalanya pada Edward. Kali ini bertekad akan mendukungnya hingga Edward meraih kesuksesan. Akan tetapi ibunya tiba - tiba datang ke klinik. Dia panik karena beberapa orang menyuruhnya pergi dari rumah Emerald dan tidak memiliki tempat tinggal. Ketika mengingat ysaha klinik putranya yang lancar, akhirnya Claudia datang ke klinik untuk tinggal bersama Edward. Akan tetapi begitu melihat klinik itu sepi, hati Claudia jatuh. Dia memiliki firasat buruk dengan apa yang ia lihat. "Edward, apa klinikmu libur? Kenapa tidak ada orang sama sekali?" Tanya Claudia. "Iya, bu. Ibu jangan khawatir," ucap Edward yang berusaha menenangkan ibunya. Jelas Claudia tidak percaya pada apa yang dikatakan oleh Edward. Lihat saja penampilan Edward sekarang, dia sangat berbeda dengan kemarin. Penampilannya berantakan dan kusut, sama sekali tidak mirip dengan kemarin. Namun Claudia tahu jika memang tidak bisa melakukan apapun selain mengandalkan putranya. Kartu kreditnya juga sudah diblokir bank. Keluarga White sudah menarik semua dukungan padanya pasti mereka juga melakukan hal yang serupa dengan putranya. "Ibu sekarang tidak memiliki rumah lagi. Ibu akan tinggal dengamu," putus Claudia. Dia kini mulai melirik pada Karen dan seolah menyalahkan hal ini pada wanita selingkuhan putranya itu. Jadi dia tidak akan mendengar kata tidak dari Karen maupun Edward. "Tentu saja, Bu." Karen juga tidak memprotes keputusan Edward yang menampung ibunya di apartemennya. Lagi pula selama ini yang membayar apartemennya adalah Edward. ... Di sisi lain, Emerald sudah kembali ke rumahnya. Sungguh kejutan melihat Edward ada di depan rumahnya. Dia menarik nafas dan menyiapkan diri untuk berhadapan dengan Edward. "Apa kau datang mengambil barang - barangmu?" Tanya Emerald yang berusaha bersikap tenang. "Ya." Sikap dingin Edward dan kebencian di mata pria itu kembali membuat Emerald merasa sakit. Dia pun mengambil kunci dan membuka pintu. Setelah pintu terbuka, Edward melihat tumpukan kardus di pinggir pintu rumah. Rupanya Emerald sudah menyiapkan semuanya agar dia tidak perlu masuk ke rumahnya. "Jadi kau sudah menyiapkan barang- barangku? Kukira kau akan mengambil semua yang kau berikan juga." Emerald tahu jika semua fasilitas untuk Edward sudah ditarik oleh kakaknya. "Ambil saja dan pergi," kata Emerald datar. "Tentu saja. Aku tidak akan betah bersama wanita tak punya hati yang bahkan mengusir mertuanya," desis Edward. Mata Emerald membola, tapi ia memaklumi tindakan kakaknya yang tidak membiarkan satupun milik keluarga White dinikmati oleh orang yang tidak memiliki hubungan dengan keluarga White. "Mantan. Apa kau dengar? Mantan. Dia ibumu seharusnya kau yang bertugas menyediakan tempat tinggal dan uang belanjanya. Bukannya aku." Edward menutup mulutnya, tak membantah akan pernyataan Emerald tentang siapa yang memiliki kewajiban terhadap ibunya. "Kurasa kau harus tahu dampak perceraian kita tidak sesederhana yang kau pikirkan. " Tanpa menoleh lagi Edward meninggalkan rumah Emerald. Dia melirik mobil Porsche yang biasa ia gunakan sekarang terparkir di garasi bersama dengan koleksi mobil Emerald yang lain. Lalu ia memanggil taxi. Ketika akan masuk ke taxi yang ia panggil, rumah Emerald sudah tertutup. Sekali lagi Edward menyunggingkan senyum sinis pada Emerald. "Dasar tidak punya hati. Syukurlah aku menceraikan mu." Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN