k*******n Hati

1009 Kata
Jikalau Emerald masih sedih dengan sakit hatinya, maka Inoe masih berkutat pada kegiatan menghancurkan Edward. Pria yang mengira bisa memiliki segalanya setelah berpisah dari Emerlad itu ingin dikembalikan lagi seperti asalnya oleh Inoe. Maka dari itu dia kembali ke kantor suaminya karena kebetulan hari ini jadwal prakteknya akan buka beberapa menit lagi. "Sayang..." Kevin memandang istrinya yang memiliki body proporsional dan kecantikan yang membuatnya gila. Sikap manjanya, lalu caranya mengomel dipadukan dengan kecerdasan saat ia bekerja menjadi magnet yang efektif untuk membuatnya tidak melirik wanita lain. Apalagi dia sangat pandai di rajang. Kevin yang merupakan vanila boy bisa menjadi hidup dan berwarna dengan tuntunan sang istri. Oleh karenanya Kevin tidak akan segan dalam menuruti semua yang Inoe inginkan. Dalam hal apapun. "Kau baru pulang berbelanja?" tanya Kevin. "Tsk, sebenarnya ini karena aku mengekori Edward. Aku bahkan tidak habis pikir bagaimana dia mau membelanjakan Karen dengan kartu milik keluargamu. Dasar tak tahu malu," cibir Inoe. "Kau melakukannya dengam baik. Mereka tidak bisa begitu saja menikmati yang bukan haknya. " "Tapi ada satu lagi yang harus kau lakukan," ucap manja Inoe yang mendudukkan dirinya di pangkuan sang suami. Jari - jarinya bermain di surai brunette kemerahan milik sang suami. " Selidiki di mana ia bekerja dan segalanya tentang Edward. Entah kenapa aku merasa ada yang agak janggal." Kevin mengangkat alisnya namun ia tidak ingin membantah apa yang istrinya katakan. Lagi pula apa yang diinginkan sang istri untuk kepentingan adik kandungnya. Dia menggantikan peran dirinya memberi pelajaran pada Edward. "Baiklah. Besok kau akan menerima semua informasi yang kau butuhkan." Inoe mencium sekilas bibir sang suami kemudian pergi."Aku akan mempraktekkan gaya yang baru nanti malam, sekarang aku harus ke ruanganku. Ada banyak janji dengan pasien," pamit Inoe. Kevin mau tak mau dibuat merona oleh ucapan sang istri. Namun itu justru membuatnya semakin bersemangat dalam bekerja dan tidak sabar untuk pulang. "Dasar nakal." Di sisi lain, Edward dan Karen hanya terdiam di sepanjang perjalanan menuju ke klinik. Mereka bersiap membuka kliniks yang sebagian besar dokternya merupakan dokter yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Emerald. Ada kekhawatiran tersendiri bagi Edward yang tahu jika ia terlalu dini untuk berpijak dengan kakinya sendiri. Seharusnya dia tidak meminta cerai dulu dengan sang istri sebelum modalnya kembali. Kini jika ada sesuatu yang tidak benar maka secara otomatis angsuran untuk melunasi pinjaman dari bank akan terhambat. Dan dia juga tidak akan bisa mengembalikan pinjaman dari temannya. "Hei, kenapa kau nampak khawatir. Jangan pikirkan apapun... aku yakin jika kita bekerja keras maka kita akan meraih apapun yang kita inginkan." Karen berusaha menenangkan Edward yang nampak mulai gelisah dan patah semangat. Karen memiliki keyakinan besar Edward akan sukses. Bagaimana tidak, dia sudah memiliki gedung klinik. Tenaga ahli yang bekerja di sana dan fasilitas medis yang memadai. Jadi tidak ada alasan bagi Edward untuk tidak sukses dalam memulai kariernya. "Kita sudah sampai," ucap Karen menyadarkan Edward dari lamunan. "Oh iya." Edward mengambil uang dari dompetnya untuk membayar taxi lalu menggandeng tangan Karen masuk ke dalam klinik. Keduanya seolah sepasang pengantin baru yang menyosong hidup baru. Tanpa perduli ada hati yang sudah mereka hancurkan dan terseok - seok untuk menata hatinya dalam kesendirian. Hari ini Emerald didatangi oleh ibu mertuanya. Dia mendatangi menantu tercintanya karena sudah lama dia tidak berkunjung ke rumahnya. Caludia mengetuk pintu rumah Emerald dan akhirnya masuk setelah menunggu beberapa saat. "Emey, kenapa kau lama membuka pintunya? Lihatlah ibu membawa makanan kesukaanmu," ucap Claudia yang terus berceloteh tanpa tahu jika anak dan menantunya sudah tidak memiliki hubungan lagi. "Maaf, aku ketiduran tadi," ucap Emerald. Matanya bengkak setelah menangis nampak jelas sehingga Claudia bisa langsung mengetahui ada masalah antara menantunya dengan putranya. "Kau habis menangis. Apa Edward membuat ulah lagi. Jangan khawatir, aku akan mengajari anak itu agar tidak menyakitimu," bujuk Claudia. Dia sangat takut jika Emerald menceraikan Edward yang membuat putranya jatuh miskin. Itu karena dia dan Edward bukanlah dari keluarga terpandang seperti keluarga Emerald. Segala fasilitas seperti rumah yang ditempati Claudia saat ini adalah milik Emerald yang dia tempati. Dia sangat takut jika diusir dari rumah yang indah dan bertaman luas itu. Dia juga akan malu pada teman - temannya. Mereka pasti akan mengejek dirinya jika diusir dari rumah Claudia. "Ibu... kami sudah bercerai. Aku tidak bisa lagi mempertahankan Edward. Dia membenciku bu," jelas Emerald yang mulai berlinang air mata. "Apa!?" Ketakutan Claudia ternyata menjadi kenyataan. Dia pun segera membujuk Emerald agar tidak langsung menganggap jika mereka sudah bercerai. "Nak, aku akan bicara dengan Edward. Anak bodoh itu harus aku beri pelajaran." Sayangnya ucapan Claudia tidak bisa menenangkan Emerald yang terus menangis. Dia tidak bisa lagi mempertahankan Edward yang sangat membencinya. Sia - sia Edward berada di sini jika dia membencinya. Yang terpenting sekarang adalah membiarkan Edward lepas sampai apa yang Inoe ucapakan benar - benar terjadi. "Tidak tidak. Aku akan tetap menemui anak nakal itu." Claudia tidak menunggu persetujuan dari Emerald. Dia segera keluar dari rumah Emerald dan menghubungi Edward. "Halo, Edward Kenapa perceraian dengan emeral tidak kau diskusikan terlebih dahulu dengan ibu?" "Ibu datanglah ke klinik ku. Aku akan mengirim lokasinya sekarang." "Apa? Klinik... kau punya klinik sekarang?" "Bu aku akan menjelaskannya nanti. Jadi ibu datang saja ke alamat yang aku kirim, okey?" Setelah mendengar jika anak yang memiliki klinik kalau di Eropa dengan tujuannya menelepon Edward. Wanita itu merasa sangat senang karena anaknya memiliki klinik sendiri tanpa bantuan dari Emerald. Yang mana Hal itu merupakan prestasi tersendiri bagi putra dan keluarganya. "Hahaha putraku memiliki klinik sendiri." Kalau dia tidak menunggu waktu untuk segera pergi dari rumah Emerald dan Menuju ke alamat yang dikirimkan oleh Edward. Selama putranya sudah sukses maka dia tidak akan memaksa untuk tetap bertahan dalam rumah tangganya bersama Emerald. Semua orang pun tahu jika ia memaksa Edward menikahi emeral karena Gadis itu memiliki harta yang banyak. Dan dia juga tahu jika Emerald tergila-gila dengan putranya sehingga ia pun menyuruh foto manfaatkan istrinya untuk mengangkat derajat kehidupan mereka. Rupanya buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat dan anaknya memang Mirip karena keduanya sama-sama hanya menginginkan harta dari Emerald. Hanya saja Edward tidak bisa terus menerus membohongi dirinya dan akhirnya menyerah kepada cintanya. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN