Wenda terbangun dari tidurnya, dia berangsur duduk dan melihat sekitaran. Keduanya matanya tertuju pada sofa tempat di mana suaminya tertidur tapi tak menemukan pria berusia 20 tahunan tersebut.
Bingung? sudah pasti. Kemana dia sepagi ini? Lalu kenapa dia tak membangunkan Wenda? Wenda sekarang adalah istrinya, Wenda berkewajiban untuk melayaninya.
Matanya melihat pada jam alarm di samping yang menunjukan pukul 05.00. Dia melakukan sedikit perenggangan dan merapikan tempat tidur lalu mandi.
Ketika dia masuk mandi, Axton datang dari olahraga paginya. Pria itu mengeringkan peluh di dahi menggunakan handuk kecil yang melingkar di sekitaran leher.
Axton sebenarnya ingin membangunkan Wenda agar berolahraga bersama, tapi melihat Wenda sangat terlelap tidur dia mengurungkan niatnya dan berjogging sendirian.
Melihat kamar yang ditempatinya sudah rapi menandakan bahwa Wenda sudah bangun. Lantas kemana dia? Ah, sudahlah otak Axton tak ingin berpikir sekarang. Dia sudah lelah karena menggerakkan semua ototnya dan perlu mandi.
Axton mengambil handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Begitu dia mengangkat wajahnya, kedua mata Axton bertemu dengan sepasang mata Wenda.
Mata Axton melebar begitu tersadar sementara wajah Wenda sukses merona. Secepatnya Axton menutup pintu. Dia bersandar di pintu kamar mandi dengan wajah merah padam.
"Aduh Axton, kau bodoh sekali kenapa kau tak berpikir kalau dia ada di kamar mandi." rutuk Axton pada diri sendiri.
"We-Wenda," Wenda terkejut saat Axton memanggilnya dari luar.
"Y-ya," jawab Wenda gugup.
"A, aku minta maaf tapi sungguh aku tak sengaja. Aku pikir kau tak ada." sahut Axton sama gugupnya. Wenda hanya diam saja berusaha tak mengingat kejadian memalukan tadi.
Beberapa menit kemudian, Wenda keluar. Begitu matanya bertimbung dengan mata Axton yang duduk di sofa, dia membuang mukanya yang sontak tersipu malu.
"Wenda," Wenda kembali memandang Axton yang berdiri. Axton berusaha setenang mungkin, walau dia masih merasa bersalah dan malu karena insiden tersebut.
"Setelah aku selesai mandi, aku mau kau mengambil barang-barangmu di tempat tinggalmu kita akan pulang ke rumah." Wenda mengangguk pasrah.
Wenda mengemas semua barang-barang yang tertinggal dan pamit pada teman-temannya. Selain itu, dia permisi akan pergi pada atasan.
Setelah itu, Wenda dan Axton menuju bandara. Keduanya disambut dengan baik oleh seorang pria, "Silakan lewat di sini Tuan Denzel." ucap pria itu.
Wenda berusaha menyamai langkahnya yang sesekali tertinggal. Wanita itu terus sibuk dengan hal tersebut sampai tak tahu bahwa dirinya sudah berada dekat dengan jalan masuk ke pesawat.
"Wenda, masuklah lebih dulu aku akan menyusulmu." Wenda patuh dan masuk terlebih dahulu. Seorang pramugari menyapanya dan memberi kartu tiket.
"Silakan ikuti saya." Wenda mengikuti si pramugari melintasi penumpang kelas ekonomi dan bisnis. Keduanya sampai di sebuah ruangan VVIP.
Wenda nampak kagum melihat ruangan itu. Sungguh dia tak pernah berpikir bahwa di pesawat itu ada ruangan semewah ini.
"Silakan duduk Nyonya dan nikmati perjalanan anda."
"Terima kasih!" ucap Wenda lalu duduk di sebuah tempat yang tersedia dekat dengan jendela. Salah seorang pramugari menatap Wenda dengan pandangan meremehkan.
Kenapa bisa ada seorang wanita yang penampilannya sangat tak berkelas bisa masuk ke ruangan VVIP? Dilihat dari mana pun, wanita ini sama sekali tak menarik. Dia bahkan tak pantas untuk disamai dengan w************n yang pernah berada di ruangan itu.
"Kenapa anda melihat jijik pada istri saya?" suara berat Axton mengejutkan pramugari tersebut dan yang lebih mengejutkan lagi seorang Axton Denzel mengatakan istri?
Wanita yang tak menarik itu adalah istri Axton Denzel? Menikah dengan wanita yang tak punya selera bagus? Beruntung sekali si wanita. "Ma-maafkan saya Tuan, saya pikir..."
"Jika anda sekali lagi memandang istri saya seperti itu, saya tak akan segan melaporkanmu pada atasanmu. Apa kau mau hal itu terjadi?"
"Tidak Tuan."
"Kalau begitu jaga matamu." ucap Axton dengan nada dingin. Pria itu berjalan mendekati Wenda yang asyik memandang di jendela.
"Apa kau suka?" Wenda menoleh pada Axton sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku suka dengan tempat ini, nyaman sekali. Hanya saja ini terlalu mewah untukku. Aku belum pernah masuk ke ruangan seperti ini." ungkap Wenda jujur.
"Kalau begitu biasakanlah, selama 6 bulan kau adalah Nyonya Denzel dan semua kemewahan ini bisa kau nikmati sepuasnya." sahut Axton.
Wenda hanya membalas dengan senyuman manis pada Axton yang mau tak mau membuat Axton tersenyum membalas senyuman Wenda.