Tertipu

1275 Kata
Waktu dua hari yang di berikan oleh Gista untuk Freya beristirahat total di rumah nyatanya tidak terealisasi dengan baik. Selama dua hari ini setiap malamnya Freya harus menyelinap keluar kamar untuk menempati kamar lain yang berada di lantai yang sama dengan kamar Zyan. Setelah pertengkaran yang terjadi sore itu, Freya berinisiatif untuk tak tidur di dalam kamar yang sama dengan Zyan dan di setujui oleh suaminya meski pun keduanya harus kembali terlibat perdebatan. Awalnya Freya meminta untuk mereka kembali apartemen dan langsung di tolak oleh Zyan. "Sengaja banget ya pulang malam terus. Kesempatan buat kamu mesra mesraan dengan Mitha di apartemen," guman Freya tersenyum miris. *Flashback On* Setelah merasa tenang, Freya langsung ke luar dari dalam kamar mandi. Ia akan menyampaikan pemikirannya pada Zyan. Terlihat Zyan yang sedang fokus dengan ponsel di tangannya. Jas yang sebelumnya terpasang rapi di tubuhnya, kini telah tergeletak di atas kasur. Dasinya pun sudah mengendur dari kerah bajunya. "Kenapa kita enggak pindah lagi ke apartemen?" Freya mengeluarkan suaranya. Fokus Zyan beralih pada Freya, lalu seutas senyum sinis membingkai wajahnya. "Cih, jangan mimpi!" cemoohnya. "Kamu ingin menyingkirkan Mitha dari sana, rupanya." Helaan napas kasar dari mulut Freya membuat laki laki itu semakin menajamkan tatapannya. "Dangkal banget ya pikiran kamu sama aku," gerutu Freya. "Aku enggak akan tinggal di sana untuk jadi penghalang kalian." "Maksud kamu?" Menarik sudut alisnya ke atas sambil menatap Freya penuh tanda tanya. "Aku akan kembali ke apartemenku, kamu yang tetap di apartemen kamu." Zyan tertawa, lalu mengetuk pelan sudut dahinya dengan jari telunjuk. "Mikir panjang. Itu sama saja dengan bunuh diri. Bagaimana kalau mama tiba tiba datang lagi, lalu aku dan Mitha bakalan ketahuan. Kamu sengaja? Ha?" Meninggikan suaranya. Beberapa saat Freya terdiam, ia harus mencari cara lain agar tidak berada bersama Zyan setiap harinya. "Kamar di sebelah enggak ada penghuninya kan?" tanya Freya. Zyan yang sedang duduk di tepi kasur dengan ponsel di tangannya pun langsung menoleh. "Mau usir aku dari kamarku?" Menaikkan sudut alisnya. Freya berjalan ke arah meja rias, lalu duduk di depan kaca merapikan semua peralatan make up miliknya. "Aku sadar diri kok mas, tenang saja. Kamu enggak perlu kemana mana. Aku yang akan tidur di kamar sebelah." "Mama dan Jericho bisa curiga. Jangan yang aneh aneh, Freya!" "Sudah ku pikirkan caranya. Setelah jam tidur mama, aku akan pindah ke sebelah. Saat siang hari kalau kita sedang berada di rumah, sebisa mungkin aku enggak akan masuk ke dalam kamar ini," sahut Freya. "Oke. Setuju." Final, Zyan pikir hanya ini yang masuk akal untuk sementara waktu sampai keadaan bisa kembali di atasinya, setidaknya selama Mitha berada di Indonesia, dia masih bisa dengan leluasa bertemu kapan pun dengan pujaan hatinya itu. *Flashback Off* Freya menyambut pagi hari dengan hati yang girang. Wajahnya yang cerah mempesona pun menjadikan aura positif dirinya semakin terpancar jelas. Sebelum ke lokasi syuting, Freya di temani oleh sang manager akan mengunjungi perusahaan entertaiment tempatnya bernaung, untuk mendiskusikan beberapa tawaran kerja yang masih belum di terimanya hingga saat ini. "Ini peluang besar, Freya. Sayang untuk di tolak. Coba deh pikirin baik baik lagi." Gista mencoba membujuk Freya yang sudah memutuskan pilihannya. "Aku tahu, tapi aku enggak minat. Perannya terlalu absurd menurutku, apa lagi pemeran utama cowoknya, dia itu terkenal genit. Aku enggak mau lah, aku ini sudah bersuami Gis. Kamu tahu lah budaya barat beda sama kita di sini." Freya bersikukuh dengan keputusannya. Tawaran kerja yang di sodorkan dari pihak perusahaan kali ini memang akan membuka lebar jalan Freya untuk menjadi artis International yang sukses, seperti saat ini. Bukan hanya itu saja, jika perannya kali ini berhasil, ia secara otomatis akan menandatangani kontrak kerja selama lima tahun ke depan dengan perusahaan perusahaan dari luar negeri. "Itu semua bisa di atasi, Freya. Kamu kayak baru pertama terjun ke dunia akting saja. Jujur sama aku, apa yang buat hati kamu itu berat sebenarnya?" Merubah posisi duduknya menyamping untuk melihat jelas wajah Freya yang kini sedang menatap jalanan dari jendela mobil. Benar juga kata Gista, sebenarnya bukan perkara peran atau pun siapa lawan main yang akan di pasangkan dengannya. Selama ini bahkan Freya sudah sangat sering beradu akting dengan lawan main yang lebih 'genit' dari pada yang di katakannya itu, dan semua teratasi dengan baik saat di lokasi syuting. Pasti ada alasan lain yang membuatnya menolak tawaran kerja kali ini. Apa itu mengenai Zyan? Ketakutannya pada hubungan Zyan dan Mitha yang akan semakin berkembang pesat jika dirinya tak ada? Entahlah. Freya sendiri juga bingung. Melihat tidak ada jawaban dari sang artis, Gista pun menebak asal. "Bilang saja enggak mau ninggalin suami kamu kan? Takut kalau dia berpaling dari kamu? Hahaha... Klasik banget, Freya." Memukul pelan lengan Freya. Deg... Jantung Freya langsung berdetak cepat setelah mendengar kata kata yang terlontar dari mulut managernya itu. 'Apa benar yang di ucapkan Gista? Apa aku benar benar takut kalau Mas Zyan berpaling dari aku? Tapi kan Mas Zyan enggak ada perasaan apa pun sama aku,' batinnya bertanya tanya. "Apaan sih, mana mungkinlah. Mas Zyan itu setia," dustanya. 'Ya, setia sama kekasihnya, bukan aku.' Tak lama keduanya telah tiba di perusahaan ZE Entertainment yang tak lain perusahaan milik Zyan sekaligus yang di pimpin olehnya. Freya dan Gista langsung masuk ke sebuah ruangan besar yang sering di gunakan para artis artis perusahaan itu untuk mengadakan rapat internal. Setelah saling sapa, diskusi santai itu di mulai. Pihak perusahaan telah menyampaikan secara terperinci mengenai kontrak kerja yang di tawarkan untuk Freya. Mereka juga mengingatkan jika Freya harus berpikir ulang dengan keputusannya yang bisa berdampak buruk untuk karirnya ke depan. "Kayaknya aku enggak bisa terima ini deh Mbak Sasa," ucap Freya sambil menyandarkan tubuhnya kepala kursi yang sedang di dudukinya. "Ini kesempatan emas buat kamu, Freya." Perempuan yang di sapa Mbak Sasa oleh Freya itu meyakinkan Freya dengan wajah serius. Gista masih hening, ia ingin mendengar alasan langsung yang jelas dari Freya sebelum ia akan bertindak sebagai managernya. "Iya aku tahu, tapi aku enggak mau." Menoleh ke arah dinding dinding kaca yang menjadi pembatas ruangan tersebut dari luar. Tak sengaja mata Freya menangkap sosok perempuan yang selama dua hari ini mengganggu pikirannya. 'Mitha? Ngapain dia di sini? Apa dia ke sini untuk bertemu Mas Zyan?' tanyanya dalam hati. Sepertinya pertanyaan Freya langsung terjawab dengan jelas saat melihat suaminya berjalan di belakang perempuan berambut lurus itu. Lagi lagi Freya harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya hanyalah seorang istri kontrak yang sama sekali tidak ada di dalam hati suaminya. Freya langsung membuang pandangannya dari kedua sosok manusia yang saling mencintai itu sambil mengipas wajah menggunakan kedua tangannya. "Huh, panas banget sih. AC-nya nyala enggak sih mbak?" tanyanya pada Sasa. "Nyala kok, bentar aku cek lagi." Mengambil remot AC dan mengatur ulang suhunya. Suara pintu yang terbuka dari luar membuat Freya dan lainnya menoleh bersamaan ke arah pintu. Semuanya berdiri untuk memberikan hormat pada seseorang yang menjadi fokus utama saat ini, kecuali Freya yang masih sibuk mengipasi wajahnya sambil memasang senyum paksa. "Selamat pagi, Tuan Zyan," sapa mereka. Zyan menganggukkan kepalanya sambil berjalan mendekati Freya, lalu membelai dan mencium lembut pucuk kepala Freya sebelum mengambil posisi duduk di tempat yang seharusnya. Apa apaan ini? Bersikap sok romantis di depan para karyawannya, padahal sebelumnya entah sudah melakukan apa dengan perempuan lain. Sesaat deheman yang saling bersautan di iringi dengan senyum merekah di wajah seluruh orang yang berada di dalam ruangan itu menjadi pertanda jika mereka sedang mengagumi keromantisan yang di tunjukkan oleh Zyan pada sang istri. Terkecuali Freya yang merasa ingin muntah, meski pun saat ini terpaksa dirinya harus memasang wajah malu di hadapan orang orang di sana. 'Selamat, kalian semua sudah tertipu!' batin Freya. "Jadi bagaimana? Sudah ada keputusannya Freya?" tanya Zyan sambil membuka beberapa lembar kertas terkait dengan kontrak kerja yang di tujukan untuk Freya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN