Naira keluar dari toilet, lalu mengayun langkah kembali ke ranjang paling ujung yang didiami oleh ibunya. Wanita yang baru saja membersihkan tubuh itu tersenyum sambil menyapa beberapa orang yang sedang menunggu anggota keluarganya. Benar kata Doni, ruangan itu panas meskipun ada satu kipas angin besar di langit ruangan. Naira menarik kain penyekat antar ranjang. Kening wanita itu mengernyit saat melihat Doni sedang menempelkan ponsel di telinga kanan. “Ini Pak Rendra yang—” Doni menoleh dengan cepat begitu ponsel di tangannya terlepas. Sepasang mata pria itu membesar. Naira menutup speaker ponsel dengan satu telapak tangan. “Nggak sopan angkat telepon orang, Don. Jangan diulang lagi,” kata Naira sebelum memutar tubuh lalu kembali berjalan keluar dari tirai yang memisahkan ranjang sang