Sudah pukul 8.30 malam dan Doni masih belum kembali. Naira mengeluh dalam hati. Kemana adik sialannya itu pergi? Dia sudah mengingatkan Doni untuk kembali setengah jam sebelum jam kerjanya dimulai. Dia butuh waktu setidaknya tiga puluh menit untuk sampai minimarket. Sialan memang anak itu, batin Naira yang sudah mulai gusar. Naira sudah akan mengeluarkan ponsel ketika melihat Malika masuk. Anak itu baru saja dari toilet. “Malika mau tidur sekarang?” tanya Naira yang sudah beranjak dari tempat duduknya. Ibu mereka sudah tertidur tak lama setelah minum obat. Malika menggelang. Gadis remaja itu menggerakkan tangan. “Masih mau belajar.” Naira tersenyum sambil mengangguk. Dia bangga pada adiknya yang satu ini. Naira tahu seberat apa perjuangan Malika di sekolah umum. Namun, Tuhan memberikan
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari