Malam Panas

1024 Kata
Bayu pun bercerita tentang kejadian yang tadi di alaminya, tidak ada kebohongan sedikitpun. Bayu menceritakan semuanya pada sang istri, bagaimana dia bertemu Viona dan memintanya untuk menjadi istri kontrak dan melahirkan anak untuknya. Bayu memang tidak pernah bisa berbohong pada Tamara, dia menceritakan tanpa takut Tamara akan marah. Karena komitmen yang sudah mereka buat untuk saling jujur satu sama lain. "Berarti dia pelac*r, kamu yakin mau menjadikannya istri dan melahirkan seorang pewaris? Apa papa mau menerimanya?" tanya Tamara. "Apa yang salah dengan itu, Sayang. Toh bayi yang dilahirkannya nanti tetaplah anak yang suci, tidak perduli dari rahim siapa dia lahir. Apalagi dia lahir dalam pernikahan yang sah secara agama, kenapa pekerjaan ibunya menjadi masalah penting. Lagipula aku memutuskan untuk memilih dia pasti juga dengan pertimbangan, dia hanya wanita yang butuh uang. Jadi dia pastinya akan mau pergi setelah melahirkan putra untuk kita dan mendapatkan uang, berbeda jika aku memilih wanita baik-baik terutama jika itu pilihan papa. Mereka akan mencoba menyingkirkanmu setelah berhasil menikah denganku," jelas Bayu. "Ah, Mas. Kamu masih saja memikirkanku dalam keadaan apapun, aku benar-benar tidak pernah salah memilihmu sebagai teman hidupku." Tamara langsung memeluk suaminya, senyum lebar terulas dibibir sensualnya. Merasakan sentuhan Tamara, Bayu yang masih dalam sisa efek minuman merasakan sesuatu yang aneh. Ada hasrat yang melonjak kuat menjalari tubuhnya, Bayu melepas pelukan Tamara memegang bahunya dengan kedua tangan lalu salah satu tangannya memegang dagu Tamara. Perlahan tapi pasti Bayu mulai mendekatkan bibirnya di bibir sang istri, dua bibir itu kemudian saling bertaut. Bayu mulai memainkan lidahnya, menyusup ke dalam rongga mulut Tamara yang sudah terpejam menikmati permainan bibir dan lidah suaminya. Suara pertukaran saliva itu semakin terdengar, berdecap dan deru napas yang semakin mamburu. Bayu mulai liar, tangannya meremas salah satu bukit kembar Tamara dengan satu tangannya lagi berada di tengkuk untuk menahan Tamara agar tetap menempel padanya. Tamara sudah tidak tahan, dia mulai mengelijang merasakan sengatan penuh kenikmatan yang di ciptakan suaminya. Apalagi saat tangan besar Bayu mulai menyelusup ke balik pakaiannya, menyentuh langsung daging kenyal yang memang sudah tanpa penutup itu. "Oh, Mas." Akhirnya Tamara tidak lagi bisa menahan suaranya, dia melenguh karena rasa nikmat yang tercipta. Bayu tersenyum, lalu mulai membaringkan sang istri. Tamara hanya pasrah, Bayu membuka lingerie yang memang biasa dikenakan Tamara saat akan tidur. Karena Tamara memang menyukai saat dirinya terlihat seksi di hadapan suaminya itu. Bayu memulai foreplay, dengan menghisap ujung bukit kembar istrinya. Tamara menggeliat, tubuhnya seakan sedang dialiri sengatan listrik bertegangan rendah yang membuatnya merasakan sensasi yang memacu adrenalinnya. Tangan Tamara meremas rambut suami, menahan gejolak hasrat yang seolah akan meledak membuyarkan tubuhnya. "Auh, Mas." Tamara kembali tidak bisa menahan suaranya, merasakan kenikmatan yang bayu berikan. Tidak hanya itu, kini Bayu mulai turun. Dia menjilati setiap inci tubuh putih mulus istrinya yang beraroma harum itu, Tamara memang pandai merawat tubuh. Kulit tubuhnya sangat putih bersih bahkan terlihat mengkilap, membuat Bayu semakin tidak pernah merasa jijik meski harus menjilatinya sampai puas. Tangan Bayu mulai kebagian bawah, bergerilya menurunkan penutup segitiga yang menutupi bagian inti Tamara. Setelah membuka lingerie dan menurunkan penutup terakhir Tamara, kini Bayu berada dia antar kedua paha Tamara. Matanya menatap bagian intim yang paling di sukainya, Bayu mulai menempelkan bibirnya, mengeluarkan lidahnya menikmati seonggok daging kecil tempat dimana semua pusat kenikmatan bercinta bagi seorang wanita. Tamara benar-benar tidak mampu lagi menahan suaranya, dinding kamar manjadi saksi suara lenguhan kenikmatan yang Tamara keluarkan. Kamar dengan peredam suara itu, membuat Tamara bebas berekspresi. Bahkan jika dia ingin berteriak sekalipun, apalagi Bayu benar-benar membuatnya melayang malam ini. Dan ini sangat jarang terjadi, tidak seperti permainan suaminya yang seperti biasa. Bayu terlalu sering bercinta dengan gaya yang monoton dan terlalu singkat, asal bisa mencapai kepuasan sudah cukup untuknya. Tapi malam ini Bayu seolah ingin membuat istrinya berada di puncak kenikmatan yang paling tinggi. Lidahnya bermain dengan lincah di bagian inti Tamara di bawah sana. "Mas!" pekikan yang tersekat ditenggorokan itu bersamaan dengan tubuh Tamara yang mengejang. Tamara menemukan puncaknya, tubuhnya bergetar setelah mengejang beberapa saat. Bayu menghisap kuat daging kecil di bawah sana, sampai dia merasakan denyutan bagian inti Tamara mulai mereda. Napas Tamara memburu hebat, bukan berarti permainan berakhir. Permainan yang sesungguhnya baru saja dimulai, saat Bayu mulai duduk bertumpu dengan kedua lututnya. Bayu mengangkat kedua kaki sang istri, meletakannya di bahu lalu senjata pamungkasnya mulai bergerilya. Menembus pertahanan milik Tamara, sampai semua masuk tanpa sisa. Bayu mulai mengayun tubuhnya, perlahan tapi pasti. Semakin lama gerakan Bayu semakin kencang, menimbulkan bunyi seperti tepukan yang beratalu. Sesekali tangannya tidak tinggal diam, meremas dan menikmati kekenyalan bukit kembar Tamara. Suara Tamara semakin tidak terkontrol, keringat semakin deras mengucur. Bahkan dinginnya pendingin ruangan tidak mampu mengurangi cucuran keringat yang jatuh, Bayu seolah mendapatkan tenaga ekstra. Tidak seperti dia yang biasanya, kali ini Bayu tampak ganas dengan gerakan yang cukup lama menembus milik Tamara. Sampai akhirnya tubuh Bayu mengejang, bersamaan dengan semburan dari senjata pamungkasnya. "Akhh!" teriak Bayu saat sampai di puncak kenikmatan. Bayu terkulai di atas tubuh Tamara, napas keduanya sama-sama memburu. Bayu merasakan kepuasan yang luar biasa, begitu juga dengan Tamara yang sejak tadi entah berapa kali mencapai puncak akibat permainan suaminya itu. Bayu mengecup berulang kali bahu istrinya, barulah setelah itu dia turun dari atas tubuh Tamara. "Kamu luar biasa malam ini, Mas. Tidak seperti kamu yang biasanya," ucap Tamara disela napasnya yang masih memburu seraya memeluk suaminya. "Apa selama ini kamu tidak puas?" tanya Bayu penasaran. "Puas kok, siapa bilang tidak puas? Hanya saja malam ini luar biasa," sahut Tamara memuji suaminya. Bayu tersenyum, ada rasa bangga di hatinya mendengar ucapan sang istri. Entah kenapa, malam ini dia merasakan hasrat yang bergejolak. Sampai-sampai dia cukup lama untuk bisa mencapai puncaknya, tidak seperti biasanya. Mungkin efek alkohol yang masih ada di dalam tubuhnya, membuat Bayu begitu bersemangat dan menggelora. "Ayo kita ke kamar mandi, Sayang!" ajak Bayu dan segera beranjak dari tempat tidurnya. Tamara mengangguk, dia hendak berdiri untuk ke kamar mandi. Tapi dengan cepat Bayu meraih tubuh Istrinya lalu menggendongnya untuk dibawa ke kamar mandi. Tamara tidak menolak, dia tersenyum bahagia karena perlakukan Bayu yang istimewa. Biasanya mereka hanya akan sama-sama berjalan menuju kamar mandi, tapi kali ini Bayu menggendongnya. Membuat kebahagiaan Tamara tampak berkali-kali lipat dari saat permainan selesai tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN