Menuju Rumah Tuan Pramana

1005 Kata
"Kamu jadi ke rumah Papa, Mas?" tanya Tamara saat Bayu selesai mandi dipagi hari. "Iya, Sayang. Kenapa, mau ikut?" tanya Bayu. "Apa boleh, Mas?" "Bolehlah, masa gak boleh istrinya ikut. Lagipula dengan kamu ikut mungkin kamu bisa bantuin aku ngomong, Papa gak mungkin bicara ceplas-ceplos kalau ada kamu. Setidaknya Papa akan sedikit kontrol dan gak ngomongin kamu di belakang," jawab Bayu. Bayu tahu, jika papanya akan berusaha menjelekkan Tamara jika hanya bicara berdua dengannya, tapi jika ada Tamara papanya akan sedikit mengontrol ucapannya meskipun tetap saja akan ada sindiran yang dilontarkannya. Namun, Bayu dan Tamara seolah sudah kebal dengan itu. Bayu hanya tidak ingin papanya berlebihan, apalagi dia tahu papanya berharap dia mau menceraikan Tamara jika menikah lagi. "Ya sudah, kalau begitu aku ikut saja." Tamara tersenyum sumringah dan langsung menuju walk in closed untuk berganti pakaian. Selesai berganti pakaian dan berdandan, Tamara langsung keluar kembali dengan keadaan sudah tapi fan cantik. Melihat istrinya Bayu langsung tersenyum, sampai-sampai membuat Tamara salah tingkah. "Mas kenapa? Aku jadi malu dilihatin begitu," ucap Tamara. "Gak, Sayang. Kamu kelihatan semakin cantik, apa karena semalam ya jadi auranya semakin keluar." Bayu menggoda sang istri membuat pipi Tamara semakin memerah. "Apaan sih, Mas. Biasanya juga gini, Mas seneng banget godain istrinya. Udah ah aku malu," sahut Tamara dengan senyum simpulnya. "Tapi aku senang, kamu tidak menolak untuk ikut. Meskipun saat ke sana selalu saja sikap kedua orang tuaku tidak baik padamu, tapi kamu tidak pernah menolak saat aku ajak. Aku benar-benar beruntung memiliki istri yang pengertian sepertimu," ucap Bayu seraya memeluk istrinya. "Kan mereka juga orang tuaku, Mas. Masa begitu saja aku marah atau merajuk, aku harus menerima perlakuan mereka. Mungkin memang aku yang belum layak jadi menantu mereka, aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi. Agar mereka bisa menerimaku," sahut Tamara lirih. "Sudah, jangan sedih. Aku yakin mereka akan bisa menerimamu suatu hari nanti, ayo kita pergi sekarang." Bayu langsung mengajak Tamara untuk pergi agar sang istri tidak larut dalam kesedihan,Tamara mengangguk dan mereka pun keluar dari kamar. Selama ini Bayu tidak menyadari jika Tamara sebenarnya memiliki tujuan, itu kenapa dia bisa bertahan selama ini dengan sikap dan perlakuan keluarga Bayu. Karena jika tidak memiliki tujuan, mungkin sejak awal Tamara sudah menyerah dan memilih pergi. "Aku harus bertahan mas, jika tidak maka tujuanku menikah denganmu tidak akan tercapai. Tunggulah sebentar lagi, aku akan mengungkapkan semuanya. Kenapa aku bertahan selama ini," ucap Tamara dalam hati saat mereka keluar dari kamar. Keduanya langsung menuju ke ruang makan, Arvin asisten Bayu sudah berada di sana. Karena memang seperti biasanya dia akan sarapan di rumah ini, sebelum seharian dia akan mengikuti bosnya kemana saja. "Vin, hari ini kita ke rumah Papa dulu. Nanti setelah mengantar istriku kembali ke sini, baru kita berangkat ke kantor." Bayu memberitahu Arvin tujuan mereka hari ini, membuat Arvin sedikit terkejut karena tidak biasanya sang bos ke rumah orang tuanya apalagi saat pagi hari. "Memangnya ada apa, Tuan? Apa ada masalah saat kemarin saya tidak bersama Anda?" tanya Arvin heran. "Sedikit, sudah kamu tidak usah merasa bersalah setiap saya punya masalah dengan papa. Bukankah sudah biasa papa mencari-cari masalah denganku," jawab Bayu dengan santainya. "Tapi, Tuan. Kemarin saya tidak bersama Anda, sudah pasti jika ada masalah maka saya ada andil di sana. Andai sa ...." "Sudah, tidak usah dilanjutkan. Jika saya bilang bukan salah kamu, artinya bukan karena kamu tidak ada didekat saya kemarin. Jadi jangan terus-terusan merasa bersalah setiap saya ada masalah dengan papa," ucap Bayu memotong ucapan Arvin. "Baik, Tuan. Maafkan saya, kalau begitu saya panaskan mobilnya dulu." Arvin segera beranjak dari duduknya, Tamara yang sejak tadi seolah sibuk dengan makanannya langsung menoleh ke arah suaminya. "Mas, boleh hari ini aku ke tempat fitnes? Aku mau mulai olah raga lagi, semenjak aku keguguran mas melarangku nge-gym lagi. Rasanya otot-ototku semakin lemah," ucap Tamara meminta ijin. "Kan kamu ikut kelas yoga, Sayang. Apa masih perlu nge-gym lagi? Nanti malah kamu kelelahan karena sudah lama tidak latihan berat," sahut Bayu tidak langsung memberikan ijin. "Beda, Mas. Rasanya masih ada yang kurang kalau hanya yoga, tapi kalau Mas gak kasih ijin juga gak apa-apa. Aku tidak akan melakukan apapun yang tidak mendapatkan ijin darimu," ujar Tamara tapi dengan mimik wajah sedihnya. "Jangan sedih begitu, Sayang. Ya sudah, kamu boleh pergi. Tapi ingat untuk tidak terlalu lelah, karena sudah lama tidak melakukannya pasti rasanya akan lebih melelahkan. Aku tidak mau istriku sakit," jawab Bayu akhirnya. "Kalau itu tenang saja, Mas. Nanti habis latihan aku langsung ke Spa untuk massage, boleh ya Mas?" "Iya boleh kok, Sayang. Apa sih yang gak buat istriku ini," ucap Bayu mencandai sang istri. Tamara hanya tersenyum, hari ini dia punya rencana dengan beralasan untuk fitness karena dia akan bertemu seseorang di tempat itu. Selesai sarapan, Bayu mengajak istrinya untuk keluar. Mereka pun keluar dari rumah, mobil sudah bersiap dan Arvin membukakan pintu untuk bos dan istrinya. Setelah keduanya naik, Arvin langsung memutar untuk menuju kursi kemudi. Dia sendiri yang akan mengendarai mobil untuk membawa sang bos menuju ke rumah orang tuanya. "Nanti apa yang akan kami jelaskan sama mereka, Mas?" tanya Tamara disela perjalanan mereka. "Ya tujuanku mengambil wanita itu untuk di nikahi, dengan alasan yang tadi kita bicarakan." "Memangnya mereka akan terima dengan alasan itu?" tanya Tamara lagi. "Harus terima, kan yang mau menikah lagi aku. Kalau papa mau dengan perempuan lain, ya papa saja yang menikah. Lagipula papa pasti tidak lupa, dari siapa Bintang lahir. Aku bisa gunakan itu untuk senjata," jelas Bayu tersenyum. "Kamu nih, Mas. Ya udah, kalau begitu kita siap-siap pasang telinga, pasti akan sedikit panas di sana. Hehehe," seloroh Tamara terkekeh. Mendengar ucapan Bosnya, Arvin sepertinya mulai paham ada apa gerangan yang terjadi. Ternyata masalah mencari istri lagi yang akan menjadi pembahasan mereka, tapi Arvin tidak tau siapa orang yang akan dinikahi oleh Bayu. "Memangnya Anda sudah mendapatkan calonnya, Tuan. Dan Nyonya setuju?" tanya Arvin sambil terus mengemudi. "Ya begitulah, nanti kamu akan tau sendiri semuanya. Kamu pasti akan ikut masuk juga nanti, jadi dengarkan saja apa yang akan terjadi." Bayu menyahuti Arvin dengan ambigu, tapi Arvin tidak berani banyak bertanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN