Perdebatan Bayu dan Keluarganya

1013 Kata
"Akhirnya kamu datang juga," ucap tuan Pramana saat melihat kedatangan Bayu dan Tamara. "Ngapain kamu ngajak istrimu, kami hanya ingin bicara padamu." Nyonya Arumi bicara sinis saat melihat Bayu datang bersama Tamara, bisa dipastikan jika dia kesal karena pasti tidak bisa bicara leluasa pada Bayu. "Lah kenapa? Tamara ini istriku, wajar kalau aku mengajaknya. Kecuali aku mengajak istri orang baru salah," sahut Bayu. "Sudah-sudah, sini duduk dan jelaskan. Kenapa kamu memilih perempuan hina itu dibandingkan Alena yang sudah jelas gadis baik-baik?" tanya tuan Pramana. "Kan anakmu memang seperti itu, Pa. Selalu saja memilih orang-orang yang tidak jelas, bibit, bebet, bobotnya. Makanya dia akhirnya tidak bisa punya keturunan," sambar nyonya Arumi menyindir. "Mama, jangan bicara seperti itu. Tamara juga wanita baik-baik, meskipun dia bukan wanita yang kalian harapkan karena status sosialnya. Apakah perempuan baik-baik di mata kalian hanya putri dari orang-orang kaya? Kenapa picik sekali pikiran Papa dan Mama," jawab Bayu membela sang istri yang terus di sindir. "Jaga bicaramu, Bayu! Kami ini orang tuamu, kamu selalu ingin yang terbaik. Tapi kamu selalu menganggap itu salah, kami sudah berusaha menerima pilihanmu. Tapi lagi-lagi kamu membuat kecewa, bukankah sudah kami katakan untuk membawa istrimu keluar negeri agar ada solusi untuk kalian punya keturunan. Tapi kamu ngotot bilang nyawa istrimu lebih penting, sekarang kami memintamu menikah lagi agar kamu tidak kehilangan istri kesayanganmu itu. Tapi lagi-lagi kamu membuat kami kecewa dengan memilih pelac*r itu!" tukas tuan Pramana emosi. "Kenapa membahas masalah Tamara lagi, bukankah sudah aku jelaskan kondisinya tidak mungkin bisa mengandung lagi. Jika tidak nyawanya bisa terancam, atau memang kalian ingin itu terjadi? Soal wanita itu aku sengaja memilih dia, karena dia bisa di bayar dengan uang. Yang artinya dia tidak akan menggeser posisi Tamara, apalagi dengan kontrak perjanjian. Berbeda jika itu wanita pilihan Papa, bisa jadi setelah menikah dia kan menyingkirkan Tamara. Dan lebih sialnya, jika dia mengancam tidak mau memberikan anak itu jika aku tidak menceraikan Tamara. Aku sudah bisa membaca semuanya, Pa. Jadi keputusanku sudah bulat untuk menikahi wanita itu agar memiliki keturunan seperti keinginan kalian," sahut Bayu tegas. "Kamu benar-benar tidak pernah menyaring ucapanmu, bisa-bisanya kamu menuduh kami seperti itu. Setiap masukan yang kami berikan, semuanya kamu tuduh dengan hal negatif. Sudah terserah kamu saja, Papa dan mama sudah tidak perduli lagi. Ingat waktumu setahun untuk sudah punya keturunan dan itu harus darah dagingmu, kami akan melakukan tes DNA setelah bayi itu lahir. Kami tidak bisa mempercayai w************n itu," tegas tuan Pramana. "Aku juga tidak bodoh, Pa. Aku tidak akan membiarkan dia kemana-mana setelah menikah sampai dia positif hamil. Dan aku akan melakukan pemeriksaan untuknya, jadi kalian jangan khawatir." "Dan satu lagi yang harus kamu ingat, jangan pernah mengungkapkan pada dunia luar jika itu anak dari pernikahanmu dengan perempuan itu. Jangan membuat malu kami jika ada yang mengenali perempuan murahan itu," ucap tuan Pramana lagi. "Atur saja sesuka Papa, ayo Sayang kita pulang!" ajak Bayu beranjak dari duduknya dan menggandeng istrinya untuk keluar. "Bayu! Kemana sopan santunmu, kenapa tidak pamit kalau mau pulang!" seru nyonya Arumi tadi hanya diabaikan Bayu yang terus mengeloyor pergi bersama Tamara. "Kamu nih, Mas. Nanti dipikir aku lagi yang ngajarin kamu begini, apa salahnya pamit dulu." Tamara berbisik saat mereka hampir tiba di pintu. "Biarin aja, siapa suruh mereka selalu menyindirmu." Bayu dengan santainya menanggapi dan langsung masuk ke dalam mobil. Sementara tuan Pramana dan nyonya Arumi sedang kesal dengan kelakuan putranya, di mobil Bayu lebih banyak diam. Irvan sudah bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, jadi dia tidak banyak tanya lagi. Apalagi melihat mood Bayu yang sepertinya sedang kacau, tapi Tamara malah bertanya tentang hal yang sensitif. "Mas, kenapa gak jadi bilang soal Bintang? Biar Papa sadar dan gak dikit-dikit mau kasih hak waris kamu pada dia," ucap Tamara. "Aku lupa, Sayang. Tapi rasanya tidak penting juga, lagian kalau memang sudah mengancam posisiku baru aku akan bicara. Karena sudah terlanjur kesal jadi gak ingat mau ngomong itu," sahut Bayu. "Padahal aku tadi nungguin kamu bicara itu, tapi ternyata malah tidak dibahas. Aku kesal setiap kali papa mengancammu, dia seperti sengaja mencari masalah agar bisa menyingkirkanmu." "Mama tidak akan tinggal diam kalau itu terjadi, biarpun Mama seperti mendukung. Semua hanya untuk mengancamku agar menuruti mereka, siapa sih yang lebih memilih anak tiri dibanding anak sendiri. Apalagi itu anak hasil sebuah penghianatan, Mama mau terima itu hanya karena tidak mau jika sampai bercerai dan akhirnya tidak mendapatkan apapun," jelas Bayu. "Iya juga sih, Mas. Oh ya jangan lupa antar aku ke tempat gym ya," ucap Tamara mengingatkan. "Iya, Sayang. Irvan kamu dengarkan," ujar Bayu pada Irvan. "Iya, Tuan." Irvan pun melajukan mobil menuju tempt fitnes yang dulu sering di kunjungi oleh Tamara, sebelum akhirnya Bayu melarangnya. Tamara sibuk dengan pikirannya, terutama tentang anak tiri. Dia akan menjadikan itu hal yang bisa membuatnya lepas dari Bayu kelak, itu yang ada dalam pikiran Tamara saat ini. Setibanya di tempat pusat kebugaran Tamara bersiap untuk turun, dia memang sudah membawa pakaian ganti untuk dia latihan nanti. Bayu berniat mengantar, tapi Tamara menolaknya. "Mas kan harus ke kantor, sudah aku bisa masuk sendiri. Kayak anak kecil aja pakai diantar masuk segala," ucap Tamara dengan senyum paling manisnya. "Hehehe, iya Sayang. Ya kali aja karena udah lama gak latihan jadi malu-malu dan mau ditemenin. Sudah sana masuk, pulangnya telepon supir aja biar di jemput, jangan naik taksi online." Bayu mengecup pipi istrinya setelah berpesan. "Iya, suamiku sayang. Ya sudah aku turun ya," ujar Tamara balas mengecup bibir suaminya sekilas. Tamara turun, mobil Bayu meninggalkan pelataran parkir pusat kebugaran. Tamara berdiri sejenak di sana, menunggu sampai mobil Bayu benar-benar pergi. Setelah mobil Bayu menjauh, Tamara tersenyum smirk. Dia pun langsung berbalik dan masuk ke dalam pusat kebugaran, setelah selesai mengurus administrasi pendaftaran keanggotaan karena Tamara sudah lama tidak latihan. Tamara pun menuju ruang ganti, di mana lokernya berada. Tamara mengganti pakaiannya, membuka pakaian yang dikenakannya dan menggantinya dengan pakaian khusus untuk latihan. Saat sedang mengenakan pakaiannya, ada seseorang yang tiba-tiba memeluk Tamara dari belakang. "Akh, Sayang. Aku sangat merindukanmu," ucap seseorang yang ternyata adalah seorang pria. Tidak hanya memeluk, dia mengecupi tengkuk Tamara yang terekspos karena memang rambutnya sudah diikat ke atas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN