4. Akira, I'm Coming!!!

914 Kata
“Bang Dzaky!” Panggil Alvaro sambil berbicara pintu pintu dengan kucing berwarna putih gading. Sayup-sayup ia mendengar suara seseorang yang salah bicara dari dalam. Seketika Alvaro memundurkan langkahnya sambil melihat-lihat taman kecil Dzaky yang semakin hari semakin terlihat keindahannya. Pintu ganda itu terbuka lebar menunjukkan seorang laki-laki lengkap dengan wajah khas bangun tidur. “Ngapain lo mampir ke rumah gue pagi-pagi buta.” Tanpa mengindahkan perkataan Dzaky, Alvaro melangkah masuk ke dalam. Matanya menyusuri setiap inchi ruangan yang ada di sana. Ia takut memergoki Dzaky tengah bersama wanita di sini, sebab disitulah keselamatan dirinya akan terganggu. “Hari ini rumah gue enggak ada cewek. Lo santai aja, ”sahut Dzaky dialihkan ke isi pikiran Alvaro. “Bagus. Gue mau numpang sarapan di sini. Lo ada bahannya kan? ” tanya Alvaro sambil melepaskan rilis tasnya di atas sofa, lalu melangkah ke arah dapur kecil yang berada tepat di ujung ruangan. “Kakek lo udah miskin sampai enggak bisa ngasih makan?” sahut Dzaky dengan nada mengejek. “Kakek enggak sanggup melihat gue yang setiap hari semakin tampan,” balas Alvaro tersenyum menawan. “Lo semakin hari semakin enggak sadar kalau gue yang lebih tampan.” Kali ini Dzaky menyahut sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari. Seketika Alvaro hanya menggelengkan sebuah pelan. Ia sama sekali tidak ingin berdebat dengan kakak sepupunya ini, selain itu juga akan kalah bicara. Ia pasti akan menjadi bahan bullying yang empuk. Disaat Alvaro menyibukkan diri di dapur, ingin membersihkan diri. Hari ini ia ada rapat, dan itu artinya beberapa manit lagi dirinya harus segera meninggalkan rumah yang sangat nyaman untuk melanjutkan mimpi indahnya. Setelah menyelesaikan segala aktivitas paginya, Dzaky mulai menghampiri mini bar. Dengan senyum lebar yang terpatri di sana, membuat ketampanan lelaki yang hampir memasuki kepala tiga itu terlihat jelas kematangannya. Ekor mata Alvaro menangkap seseorang yang memasuki dapur. Ia tahu bahwa pagi ini Dzaky ada rapat sehingga mengharuskan dirinya mampir ke rumah mungil ini dengan alasan meminta makanan. Hal yang sangat sering dilakukan Alvaro dengan segala perhatiannya. “Gimana gue udah tampan belum?” tanya Dzaky sambil ketat salah satu kursi bulat yang ada di mini bar. “Salah satu kemalasan gue itu, disaat lo narsistik parah.” Alvaro tersenyum sinis sambil menata setiap piring makanan. Tidak perlu bersusah payah. Hanya beberapa potong roti dengan selai, lalu semangkuk besar nasi goreng setan ala Alvaro yang berisikan sosis dan bakso yang dipotong dadu. “Lupakan sikap narsis gue. Kayaknya kali ini nikmat bener, Al. Ada sesuatu yang mau lo omongin atau ada udang dibalik bakwan? ” tanya Dzaky menatap Alvaro intens. Tidak biasanya Alvaro memasak sarapan begitu enaknya sampai sebanyak ini. Bagus. Alvaro menjentikkan jarinya sambil menatap Dzaky penuh. “Gue mau tanya soal cewek.” Seketika Dzaky tersedak nasi yang tengah ia telan sampai terbatuk-batuk membuat Alvaro buru-buru menyodorkan gelas yang berisikan air mineral penuh. Sebab, wajah Dzaky sangat parah dengan warna yang memenuhi wajahnya. “Sumpah demi apa lo nanyain cewek sama gue!” seru Dzaky histeris. Goblok! Alvaro memukul lengan Dzaky keras. Laki-laki itu sedikit tidak terima atas perkataan kakak sepupunya. “Bentar-bentar,” kata Dzaky menangkis menggulung Alvaro hingga laki-laki itu hujamannya, lalu menatap Dzaky datar. “Lo beneran Alvaro adik sepupu gue, 'kan?” tanya Dzaky memastikan. “Iyalah gue Alvaro sepupu lo, kambing. Bisa-bisanya lo meragukan ketampanan gue, ”balas Alvaro sambil mengerutkan dahinya kesal. “Iya tahu. Masalahnya, ini hal yang sangat besar karena tiba-tiba ada masalah cewek sama gue. Kan lo tahu sendiri kalau gue b******k, Al. Mana bisa gue ngasih saran masalah cewek sama adik sepupu gue sendiri. Yang ada lo malah sesat kalau ngikutin gue. ” “Nih ya gue kasih tahu, sejak gue kenal sama makhluk yang bernama perempuan. Enggak pernah sekalipun gue berhubungan serius sama mereka. Mungkin benar sebutan b******k itu buat gue, tapi seenggaknya gue enggak benar-benar berhubungan dengan perempuan yang perempuan itu sendiri enggak mau sama gue. ” “Dan meskipun perempuan itu suka sama gue, ya gue enggak pernah maksa mereka buat ngelupain gue. Jadi lo salah besar kalau tanya masalah cewek yang mau lo deketin sama gue, ”jelas Dzaky panjang lebar. Sejenak Alvaro merenungkan perkataan Dzaky, ada benarnya kata laki-laki itu. Selama ini Dzaky tidak pernah berhubungan dengan perempuan mana pun. Karena yang ada otaknya hanyalah seks tanpa pernikahan. Sedikit benar perkataan Dzaky yang salah besar, tetapi selain Dzaky tidak ada lagi laki-laki yang bisa Alvaro tanyakan. Selama ini ia terlalu lama tinggal di Eropa sehingga tidak pernah mempunyai sahabat laki-laki di tanah air sendiri. Mungkin akan sangat menyebalkan jika bertanya pada teman-teman yang jauh di sana. Karena mereka pasti akan menyuraki Alvaro telah bertekuk lutut dengan wanita yang menjunjung tinggi pernikahan. Dan karena sahabatnya yang di Eropa-lah Alvaro menyatakan layaknya haus seks seperti ini. Belum genap delapan belas tahun, Alvaro telah mencoba banyak sekali perempuan. Bahkan jika kumpulan mampu membuat reuni mantan wanita satu night stand. “Siapa sih cewek yang berhasil membuat lo luluh gini, Al?” tanya Dzaky penasaran. Cewek, namanya Akira. Dia adik kelas gue di sekolah, ”jawab Alvaro lesu. Pikirannya diperkirakan jauh memperkirakan betapa sulitnya mendapatkan Akira. Dzaky mengusap dagunya pelan. “Sejauh yang gue tahu, lo masih bisa dekatin dia, Al. Walaupun lo sama dia beda kelas dan yang pasti beda angkatan juga. ” “Gimana caranya?” Alvaro mencondongkan tubuh tubuhnya lebih lambat, membuat laki-laki itu sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang. “Pas istirahat. Rasanya enggak aneh lagi kalau lo dekatin Akira istirahat. Karena selain istirahat enggak ada waktu buat lo pendekatan sama dia, ”jawab Dzaky dengan nada serius. Kali ini ia menampilkan sikap dewasanya, tidak ada candaan khas yang selalu terlontar ringan. Kepala Alvaro mengangguk pelan, lalu membereskan mangkuk serta kawan-kawannya. Sementara Dzaky hanya menggeleng pelan sambil tersenyum geli. Hatinya tergelitik goyang Alvaro dapat melihat salah satu perempuan dengan pandangan pertama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN