Penampilan dari No Name malam itu sudah selesai, kini mereka sedang makan lagi. Mas Bintang memberikan mereka bonus karena hari ini pengunjung yang datang sangat banyak. Mereka pun masih makan bersama.
"Wah rame ya Mas Caffe ini." ujar Malik kepada Mas Bintang tersebut.
"Iya, ini semua berkat kalian semua nih yang mau manggung di Caffe yang masih sederhana ini. Thanks ya semuanya karena udah mau manggung disini." ujar Bintang kepada mereka semua, ia berterimakasih kepada mereka.
"Kita juga makasih mas, dibolehin tampil di Caffe terkenal gini. Mas Bintang ini merendah banget nih." ujar Geri kepada Bintang dan Bintang tertawa kepada Geri. Setelah itu Bintang ijin untuk ke dalam sebentar dan memberikan mereka semua kesempatan untuk makan sekarang ini juga.
Mereka pun kini sedang makan bersama-sama, Geri makan dengan tenang karena lagi pula ia pun juga tidak akan di cari oleh siapa-siapa mau pulang atau tidak. Namun yang pasti saat ia pulang nanti atau besok atau kapan pun itu, pasti hanyalah omelan Mama dan Papanya yang menyapanya.
Mereka ga pernah ngerti gua, ga pernah ada untuk gua. Batin Gerireo.
Geri memang selalu kesepian sedari dulu. Tak ada yang sudi untuk hanya sekadar menemani harinya dna memberi sedikit warna untuk hidupnya. Semuanya sibuk sendiri dengan keramaian yang mereka miliki sampai nmereka semua tak sadar bahwa ada seseorang yang merasa sangat sepi. Hingga ia merasa bahwa ia memang hidup sendiri di dunia yang gelap ini. Tak ada pegangan baginya karena pegangan yang seharusnya ia miliki malah tidak bisa menjadi tempat terbaik untuk menghibur rasa sepinya.
Geri pergi ke toilet sebentar dan tak lama kemudian ia pun kembali ke tempat dimana ada Malik, Anas dan teman-temannya. Ia pun langsung duduk dan memakan makanannya tadi sembari dirinya juga mengobrol bersama yang lainnya.
"Lo tadi kemana sih Ger? Kita semua panik nyariin Lo tahu ga." ujar Anas.
"Hahaha sorry guys, gua tadi biasalah jalan-jalan dulu keluar cari angin lah. Sama tadi juga ketemu sama beberapa temen gua sih." ujar Gerireo menceritakan sebenarnya dirinya tadi pergi kemana.
"Ohh pantas, untung aja tadi Lo datang tepat waktu." jawab Malik padanya. Geri tampak mengangguk dan mereka kini melanjutkan makan.
“Tenang aja elah gua bakalan selalu datang kok.” ujar Geri dan sebenarnya teman-temannya pun juga percaya bahwa Geri tidak akan pernah meninggalkan mereka kecuali jika ada sesuatu yang memang tidak bisa ia tinggalkak lebih lebih ini.
Sementara itu, di rumah Gerireo ia sedang di cari oleh Mama dan Papanya. Tadi saat Gale pulang dari les ia mengatakan yang sejujurnya pada Mama dan Papanya. Mereka pun marah kepada Geri yang tak pernah menurut kepada mereka. Sekarang mereka ingin bertemu dengan Geri, ya seperti biasanya hanya untuk memarahi Geri dan memberi luka baru untuk Geri.
“Geri itu selalu saja seperti ini. Dia tidak pernah berpikir dengan jernih. Dia pikir sekolahnya murah apa. Ga pernah mikir Papa tuh sama dia.” ujar Shaka.
“Udah Pah, sabar dulu.” ujar Sitha. Kini Shaka mendapatkan telfon dan ia pun mengangkatnya. Ternyata ia malam ini juga harus terbang ke Swiss. Ia pun mnegatakan itu kepada istrinya yang ada disini.
"Mah, Papa harus pergi ke Swiss malam ini juga. Ada investor yang mau bertemu dengan Papa dan membicarakan beberapa project baru. Mama mau ikut atau tidak?" tanya Shaka yang merupakan Papa dari Geri dan Gale.
"Mama ga bisa Pah, besok Mama harus menghadiri acara infotainment. Lusa juga ada acara modeling yang harus Mama hadiri terus habis itu ada syuting juga." ujar Shita dan kini Shaka pun mengangguk, ia akhirnya berangkat sendiri. Shita mengantarkan dirinya sampai ke bandara juga. Setelah mengantarkan Shaka ke bandara, Shita pun kembali ke rumahnya.
Sementara Gala sekarang masih belajar, ia tadi dipamiti oleh Papanya karena Papanya akan pergi ke Swiss untuk urusan bisnis. Sedangkan Mamanya juga besok akan sangat sibuk. Memiliki keluarga yang terpandang memang tidak mengenakkan bagi Gale karena Mama dan Papanya jarang sekali di rumah. Ditambah dengan Geri yang juga jarang di rumah membuat Gale sebenarnya kesepian. Namun tak ada yang sadar dengan kesepiannya.
Semua orang menganggap bahwa hidupnya sangat indah dan semuanya juga menginginkan hidup seperti dia. Padahal hidup seperti dia sangat lelah. Semua orang juga turut membicarakan tentang dirinya saat Mama dan Papanya disebut. Namun untung saja sampai saat ini tidak ada berita buruk tentang dirinya yang tersebar karena ia memang sangat menjaga dirinya.
"Gua selalu jaga diri gua biar ga kena dampak negatif dari lingkungan. Tapi kenapa Lo malah masuk ke lingkungan yang negatif, Geri? Gua kadang heran kenapa gua sama Lo bisa sebeda ini padahal kita kembar." ujar Gale.
Gale tampak makan sendiri di meja makan rumahnya yang sangat besar, ia sudah terlalu biasa makan sendiri. Namun makan bersama dengan keluarganya pun ia juga sering, hanya saja seringnya minus Geri di dalamnya karena Geri selalu memiliki sejuta alasan untuk tidak makan bersama mereka.
Sementara itu, Geri sekarang sudah keluar dari Caffe Galaksi. Ia tadinya ingin di antarkan oleh Malik dan sopirnya pulang seperti temannya yang lain tapi Geri menolak. Geri memang ingin pulang sendiri dan ia juga masih ingin berjalan-jalan untuk bertemu dengan teman-temannya di jalanan ini.
"Lo yakin nih Ger ga mau balik bareng kita?" tanya Malik lagi memastikan.
"Iya gua yakin, udah gih lo pada balik sama. Gua mah aman." jawab Geri.
"Ya udah kalo gitu kita duluan ya Ger." ujar Anas dan Geri mengangguk. Kini Geri sudah berjalan sendirian dengan gitar yang ada di gendongannya.
Geri kini berjalan ke tempat yang sering ia lalui, ia melihat ada beberapa temannya yang sekarang sedang beristirahat setelah lelah seharian mengamen. Geri mendekati mereka sembari sekarang dirinya menawari teman-temannya itu rokok yang tadi memang baru ia beli di warung jalanan.
"Nih ya guys kalo mau ngerokok." ujar Geri kepada mereka semua.
"Baru selesai manggung Ger? Thanks btw." ujar Gama yang merupakan salah satu teman Geri. Gama pun sekarang mengangguk pada Geri juga.
"Iya, gua baru aja selesai manggung terus kesini mau nyari angin aja disini sih. Tidur dimana malam ini?" tanya Geri kepada Gama. Gama tampak sedang memikirkan juga ia dan teman-temannya nanti akan tidur dimana.
"Ga tahu nih, maybe di depan sana atau di warung deketnya. Ya doain aja kagak hujan." ujar Gama dan Geri mengangguk. Ia hanya bisa mengangguk jika teman-teman jalannya ini mencari tempat untuk berteduh, sebenarnya ia pun juga ingin memberikan mereka tempat berteduh tapi ia belum mampu. Finansialnya belum mampu untuk membuat itu karena ia tak mungkin meminta Papa atau Mamanya. Ia hanya akan mendapatkan luka lagi akhirnya.
Namun Geri berjanji bahwa suatu saat nanti ia pasti akan membuat hunian untuk mereka semua. Ia akan mengajak mereka tinggal di satu tempat yang sama karena mereka yang ada di jalanan ini adalah keluarga. Selain itu, ia juga ingin menarik mereka semua dari gangguan pada preman yang sering kali meminta uang kepada mereka degan dalih sebagai uang keamanan.
"Dah malem Lo belum balik?" tanya Gama pada Geri sembari mereka berdua masih menyesap rokok yang tadi di bawa oleh Geri di samping jembatan jalanan yang masih padat malam ini. Geri menggelengkan kepala.
"Nanti aja lah, lagi males balik cepet." ujar Geri saat ini, ia juga ingin mengalihkan pembicaraan mereka karena jika sudah membicarakan tentang pulang dan rumah, rasanya masih sangat menyesakkan bagi Gerireo.
"Cari kopi yok gua traktir." ujar Geri dan sekarang mereka mengikuti Geri. Mereka.pun berhenti di warung kopi yang biasanya sering mereka datangi.
"Bu kopinya lima ya." ujar Geri dan sekarang mereka pun duduk lagi.
"Lo pada kalo mau makan tinggal bilang aja, ntar gua yang bayar." ujar Geri dan mereka pun mengangguk. Gama sudah mengambil gorengan yang tersaji di meja warkop. Sementara yang lain sekarang memesan mie rebus. Geri memang tak masalah untuk berbagi makan bersama mereka, karena lagi pula soal makanan ia juga tak terlalu memilih. Ia bisa makan di mana pun. Entah itu makanan mahal atau murah ia bisa memakan semuanya juga.
Kopi mereka sudah datang, mereka pun meminum kopi mereka sembari menghisap rokok yang lagi-lagi mereka bakar untuk sekadar menenangkan diri mereka di tengah malam yang masih ramai ini. Warung kopi tersebut memang sangat ramai saat ini karena mereka sedang menonton bareng sepakbola. Geri, Gema dan teman-temannya juga sekarang ikut menonton.
Mereka berada di sana sampai pukul satu malam, dan Geri masih bersama dengan mereka. Ya, ia belum berniat untuk pulang ke rumahnya. Teman-temannya pun juga tidak berani bertanya padanya karena mereka tahu sepertinya Geri sedang memiliki masalah makanya mereka membiarkan saja.
"Gua sama yang lain mau cari tempat tidur." ujar Gama pada Geri.
"Kenapa ga disini aja? Ga bakalan diusir juga karena banyak juga kayak ya yang rencana nginep disini." ujar Geri karena warkop ini memang cukup luas dan mereka sekarang sedang duduk di tikar. Warkop ini juga warkop dua puluh empat jam jadi tidak akan pernah tutup. Kini Gama tampak mengangguk, benar kata Geri daripada mereka mencari-cari lebih baik disini di tempat yang memang sudah ada. Kini ia mengatakan pada teman-temannya dan mereka semua setuju untuk tinggal disini malam ini. Akhirnya mereka tetap berada disana. Geri juga masih bertahan disana, menonton sepak bola.
Untung saja malam ini tidak hujan, karena jika hujan angin yang berhembus akan terasa lebih dingin daripada saat ini. Mereka saja sudah menggunakan jaket tetapi tetap saja kedinginan karena memang ini adalah malam yang dingin. Geri menatap teman-temannya, ada yang masih minum, ada yang makan tapi ada juga yang sudah menyiapkan posisi terbaik untuk tidur dengan beralaskan tikar yang sangat tipis dan punggung pasti akan sakit.
Gua mungkin lebih beruntung daripada mereka kalo membahas tentang tempat tidur yang layak. Tapi kalo masalah rumah yang menjadi tempat pulang, gua sama aja kayak mereka. Kita sama-sama ga punya rumah yang layak untuk tempat pulang. Tempat dimana seharusnya kita bisa bercerita tentang bagaimana hari ini dengan sekelompok yang biasanya di sebut sebagai keluarga. Namun bagi gua, keluarga itu ga ada. Batin Geri tesebut.
Ini sudah pukul dua pagi, Geri akhirnya memutuskan untuk pulang karena ia yakin semua orang di rumahnya sudah tidur. Geri memang tidak tahu bahwa Papanya sudah pergi ke Swiss karena memang ia selalu tidak tahu kemana perginya orang-orang yang katanya keluarganya itu. Geri berpamitan pada Gama dan yang lainnya, ia pun memesan taksi online untuk pulang. Saat ini ia sudah berada di perjalanan untuk pulang ke rumahnya.
Semoga udah pada tidur semuanya, gua capek kalo harus pulang tapi nanti malah dapat makian dan cacian. Batin Geri kepada dirinya sendiri karena ia selalu lelah jika pulang tapi rumahnya selalu menjadi sumber amarahnya.