Part 10 - Kau Percaya?

1502 Kata
Ardam menatap pada temannya yang duduk di dalam ruangannya di perusahaannya. Pria ini seperti orang yang memiliki pekerjaan sampai datang ke sini dan bertemu dengan dirinya. “Untuk apa kau datang ke sini?” tanya Ardam. Pria itu yang mendengar pertanyaan pertanyaan dari temannya tertawa kecil. “Memangnya aku tak boleh main ke sini lagi?” tanyanya sambil memainkan kuku jarinya melihat Ardam yang memeriksa beberapa berkas yang terlihat tidak penting. “Hem.” Hanya dehaman yang keluar dari mulut Ardam. Moodnya rusak pagi ini ketika melihat Raisel yang menangis juga meminta maaf. Wanita itu selalu menangis dan hanya bisa meminta maaf. Sungguh sangat menyebalkan sekali. Ardam mau menampar wanita itu agar dia tidak menangis dan meminta maaf lagi. Ini bukan hari maaf-maafan. “Kau terlihat tidak baik hari ini? Apa yang membuat dirimu kesal?” tanya Jonathan pada Ardam yang tidak mengatakan apapun, tapi Jonathan tahu kalau sahabatnya itu sedang kesal, pasti ada yang memicu rasa kesalnya. Kalau ini tentang Lesya, bukankah hubungan keduanya semakin erat dan tidak ada masalah sama sekali. “Kau sedang memiliki masalah dengan Lesya?” tanya Jonathan memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Mata Ardam mendelik pada temannya itu, Jonathan dan rasa penasarannya sungguh sangat menyebalkan sekali bagi Ardam. Ardam mau membenturkan kepala pria itu sekarang juga ke dinding karena sudah terlalu banyak beretanya. “Kau bisa diam?” tanya Ardam. Jonathan menggeleng. “Tidak! Jadi, kenapa kau kesal?” tanya Jonathan kembali menampilkan senyuman manisnya pada Ardam yang melihat itu mendelik dan merasa mual melihat senyuman dari sahabatnya itu. “Aku membeli wanita di klub malam. Dia sangat lemah dan mudah sekali menangis. Dia itu memang wanita cengeng dan menjadi beban!” ucap Ardam membayangkan wajah Raisel yang menangis dan hanya mampu untuk meminta maaf pada dirinya. “Wah! Apakah dia cantik? Bukankah dia menjual tubuhnya. Untuk apa dia menangis? Dia seharusnya membuatmu puas bukan? Kalau bisa kau bisa berbagi dirinya denganku.” Jonathan tertawa kecil melihat tatapan tajam dari Ardam yang akan membunuh dirinya ketika dia berkata seperti itu pada Ardam. Padahal Jonathan hanya bercanda saja. Tapi kalau Ardam mau berbagi wanita itu dengannya, tidak masalah. Dia menerimanya juga dan mau mencicipi tubuh wanita itu. Setiap kali Ardam memilih wanita di klub malam, maka wanita itu semuanya sangat cantik dan seksi sekali. Membuat Jonathan mau mencicipi tubuh wanita itu juga. “Kau mau aku bunuh! Aku tidak akan membiarkan dirimu untuk mencicipi wanita ini. Dia bukan hanya satu atau dua kali melayani diriku. Tapi sampai aku merasa bosan akan tubuhnya. Walau aku menikah dengan Lesya nantinya, dan aku belum merasa puas dengan tubuh wanita itu. Aku tidak akan pernah melepaskannya.” Ucap Ardam menyeringai, membuat Jonathan berdecak pelan mendengar apa yang dikatakan oleh Ardam. “b******n sekali dirimu! Aku prihatin pada wanita itu. Karena dia menjadi wanita simpanan. Kalau aku dengar dia yang terus menangis dan meminta maaf padamu. Dia pasti terpaksa menjual tubuhnya. Dia wanita baik-baik.” Tutur Jonathan, merasa tak tega pada wanita yang akan melayani nafsu dari Ardam terus. Ardam juga akan segera menikah dengan Lesya. Wanita cantik memiliki figure dari orang tua kaya dan menjadi model terkenal. Apa kurangnya Lesya? Bukankah wanita itu mendekati kata sempurna. Sehingga Ardam masih saja mencari wanita lain untuk memuaskan bagian bawah tubuhnya itu. Lesya selama ini juga menjadi tunangan yang baik untuk Ardam tidak pernah membuat nama Ardam menjadi jelek. “Cih! Kau sangat percaya diri sekali mengatakan kalau dia itu wanita baik-baik. Tidak ada yang namanya wanita baik-baik yang rela menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan uang banyak! Kau jangan terlalu munafik menjadi orang!” ejek Ardam menatap pada berkas yang ada di atas mejanya kembali. Jonathan tertawa kecil. “Kau tahu wanita miskin yang terkenal baik. Dia pekerja keras, saat membutuhkan uang yang banyak untuk sesuatu yang membuat dia terpaksa menjual tubuhnya. Padahal itu bukan keinginan dirinya. Kalau boleh memilih, dia tidak akan menjual tubuhnya. Namun keadaan yang memaksanya untuk melakukan hal itu.” Jonathan berucap seakan dia tahu semuanya. Jonathan seringkali mendapati wanita seperti itu. Ketika dirinya menyewa wanita di klub malam, dan setelahnya dia tidak berani untuk menyentuh wanita itu. Jonathan tetap membayar wanita itu dengan jumlah beberapa kali lipat. Rasa simpatinya seakan muncul setiap dia akan menyentuh wanita itu dan malah dia menangis ketakutan. “Kau seakan tahu sekali. Memangnya kau pernah menemukan wanita seperti itu?” tanya Ardam menatap pada sahabatnya. Jonathan mengangguk, “pernah beberapa kali. Ketika aku menyewa wanita baru di klub malam. Aku tidak pernah menyentuh mereka. Aku tetap membayar tubuh mereka. Karena aku tahu mereka terpaksa melakukan itu tidak karena mereka memang membutuhkan uang untuk foya-foya tapi untuk hal mendesak.” Jawab Jonathan meminum bir yang ada di atas meja di dalam ruangan Ardam. “Bodoh! Kau sudah mengeluarkan uang yang banyak tapi kau tak menyentuhnya! Sama saja kau bersedekah pada wanita jalang!” hina Ardam, kalau dirinya menjadi Ardam dia tetap akan menyentuh wanita itu. Dia sudah mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli tubuh wanita itu. Kenapa dirinya tak menyentuh wanita itu? Sama saja membuang uang. Jonathan tersenyum tipis. Dirinya dan Ardam banyak sekali perbedaan. Mereka berdua memang sahabat dan lumayan dekat. Namun keduanya memiliki berbagai macam perbedaan juga rasa simpati berbeda. Ardam tidak akan memiliki rasa simpati, dia akan menuruti ego di dalam dirinya, tetap akan melaksanakan apa yang otaknya ucapkan. “Aku dan kamu berbeda Ardam. Tidak bisa disamakan apa yang aku lakukan dengan apa yang kau lakukan. Kau tetap akan menyentuh wanita yang tidak berdaya dan terpaksa menjual tubuhnya tanpa adanya rasa iba dan kasihan. Sedangkan aku tidak akan menyentuhnya, aku hanya mau menyentuh wanita yang benar-benar mau menjual tubuhnya demi kesenangan hidupnya.” Jonathan melihat pada mata Ardam yang menatap tajam dan berdecih pelan. “Aku tidak akan melakukan itu. Aku sudah mengeluarkan uang. Yang pastinya aku akan memuaskan hasratku pada wanita yang sudah aku bayar!” ucap Ardam mengambil bir di dalam kulkas di dalam ruangannya lalu meminumnya. Ardam tidak akan pernah berbaik hati pada wanita yang telah memilih menjual tubuhnya. Setiap wanita yang memilih menjual tubuhnya, maka wanita itu bukan wanita baik lagi di matanya. Tapi w************n yang hanya melihat pada uang dan mendapatkan uang dengan cara menjual tubuhnya yang indah nan menggoda. “Terserah. Aku takut dengan yang namanya karma.” Ucap Jonathan santai. Ardam mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu tertawa lucu. Memangnya ada karma di dunia ini? Ardam tidak percaya dengan yang namanya karma, hal apa itu? Apakah itu sebuah hal nyata. Rasanya tidak nyata sama sekali, kenapa sahabatnya ini percaya sekali dengan yang namanya karma. Tidak ada yang namanya karma. “Kau lucu sekali! Tidak ada yang namanya karma di dunia ini! Itu hanya sebuah hal yang menakut-nakuti orang. Aku tidak percaya dengan yang namanya karma.” Ucap Ardam, duduk penuh keangkuhan di depan Jonathan. Jonathan tersenyum tipis, sudah tahu dengan apa yang dikatakan oleh Ardam. Kalau temannya itu tidak percaya dengan yang namanya karma. Itu hak Ardam mau percaya atau tidak dengan yang namanya karma, namun dia percaya dengan yang namanya karma. Dia tahu kalau itu nyata. Jonathan tidak mau menjadi lelaki jahat yang akan memaksakan kehendaknya pada orang lain. Lebih baik dirinya mengalah dan dia akan hidup dengan tenang. “Itu hakmu mau percaya atau tidak dengan yang namanya karma. Tapi aku percaya dengan adanya karma. Karma itu nyata bagi diriku. Aku tidak mau mendapatkan karma, kalau aku memaksakan kehendakku untuk tetap melakukan hal yang tak baik,” ucap Jonathan masih meminum bir yang ada di tangannya. Munafik! Ardam menganggap sahabatnya ini sangat munafik sekali, dia begitu polos mengatakan percaya dengan namanya karma. Tidak ada yang namanya karma, itu hanya sebuah kata yang akan membuat orang takut. Dan Ardam bukan orang yang mudah takut dan percaya pada sesuatu hal yang tidak masuk akal seperti itu. “Kau memang lemah dan munafik. Tapi kau juga banyak dosa, untuk apa menjadi orang yang baik?” ejek Ardam menatap pada mata Jonathan. Jonathan mendengarnya tertawa kecil. “Memangnya manusia suci dan tidak ada dosa di dunia ini? Setiap manusia memiliki dosanya masing-masing. Aku tidak mengatakan aku tidak memiliki dosa. Aku hanya mengatakan tak mau mendapatkan karma. Karma itu menyakitkan Ardam. Jangan terlalu keras pada wanita yang kau kurung di mansionmu sekarang! Aku tidak tahu siapa wanita yang telah kau beli, tetapi mendengar apa yang kau katakan dia menangis dan sering minta maaf padamu. Dia itu wanita baik!” ucap Jonathan memberikan nasihat pada sahabatnya ini. “Aku tetap mengatakan tidak ada yang namanya wanita baik, kalau dia menjual tubuhnya demi uang! Kau jangan mudah tertipu akan air mata. Banyak air maat kepalsuan di dunia ini. Wanita yang kau anggap lemah dan baik. Tapi ternyata dia itu penuh tipu muslihat, jangan mudah tersentuh dengan apa yang kau lihat. Karena apa yang kau lihat belum tentu kebenarannya.” Ucap Ardam balik menasihati Jonathan. Jonathan mendengarnya mengangguk, tidak membalas apa yang dikatakan oleh Ardam lagi pada dirinya. Lagian apa yang dikatakan oleh Ardam juga sebuah hal benar sekali. Tetapi Jonathan tetap akan berbuat baik diwaktu yang tepat dan tidak akan menghakimi seseorang mengatakan orang itu berbohong.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN