Kau Adalah Perawan (1)

1375 Kata
Entah kenapa, Victor menyukai adrenalin yang disulut oleh Mawar. Keberadaan gadis itu seperti teka-teki. dan Victor senang berburu.  Victor tidak bisa menjelaskan rasa penasaran yang menggelitik dirinya. Berdasarkan laporan Jenderalnya, Damien, tidak ada yang pernah melihat rupa Mawar semenjak kematian Cantika Fullmeir. Gadis itu selalu mengenakan topeng bila bersosialisasi, itupun jarang ia lakukan. Secara natural, rumor rupa Mawar yang buruk rupa mulai bersirkulasi. Ia tidak mengharapkan banyak, sejujurnya. Semenjak kematian istri pertamanya, ia tidak pernah berpikir akan menikah kembali. Terutama tidak pada seorang gadis yang sangat muda. Usia Mawar terpaut tujuh tahun di bawah Victor. Gadis yang terbaring di bawahnya baru saja menjadi dewasa. Untuk kesekian kalinya, Victor mengingatkan dirinya kembali bahwa semua ini adalah bisnis. Tidak lebih dan tidak kurang.  Jemari besarnya terus mengangkat topeng perak itu. Perlahan, Victor mulai dapat melihat wajah Mawar. Wajahnya yang tirus, rona pipinya yang berwarna merah muda, hidungnya yang kecil, dan alisnya yang tebal.  Ia sangat cantik.  Bila saja tidak ada luka sayatan pada kedua pipinya. Tiga guratan yang kasar dan berwarna merah terpajang di setiap pipi Mawar. Bukan, bukan sayatan. Victor mengesampingkan topeng perak itu sehingga jemari bebasnya dapat menyentuh luka di pipi Mawar.  Gadis itu tersentak ketika merasakan sentuhan Victor. "Apakah sakit?" tanya Victor. Untuk sesaat Victor lupa bahwa ia seharusnya memasang wajah dingin. Namun ia tidak dapat menghentikan nada khawatir keluar dari mulutnya.  Sepertinya Mawar juga terkejut mendengar nada khawatir dari Victor. Pria itu kemudian berdeham dan mengembalikan nadanya menjadi dingin. "Ini adalah luka cakar." Mata emerald–nya menatap lurus mata rubi Mawar. Tanpa perlu mengeluarkan kata-kata, Victor tahu Mawar sudah dapat menebak pertanyaannya. Siapa yang melakukannya? Namun Mawar memutuskan untuk tidak menjawab. Ia justru memalingkan wajahnya, menolak menatap mata Victor. Victor berhenti menelusuri luka di pipi Mawar dan mengangkat dagu Mawar hingga wajah mereka kembali beradu tatap. Sorot mata hijaunya menyiratkan tekad bahwa ia akan mencari tahu siapa yang melukai Mawar.  "Sebulan katamu?" tanya Victor. "Ini terlihat seperti luka yang akan membekas." Mawar menghembuskan napas pelan. "Aku memiliki kemampuan regenerasi kulit yang lebih cepat dari umumnya." Victor membuka mulutnya hendak bertanya tetapi Mawar sudah terlebih dahulu menjelaskan, "Aku mendapatkan kemampuan itu dari ayah biologisku. Tetapi aku tidak pernah bertemu dengannya." Saat itulah Victor sadar. Gadis itu hanya menjawab pertanyaan yang ia mau. Mawar memilih diam sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan Victor mengenai masa lalunya di kediaman Fullmeir. Namun mengenai rencana yang Mawar miliki dan kemampuan dirinya, gadis itu akan menjawab.  Sebuah pemikiran lalu mulai bermunculan dalam benak Victor.  "Aku mendengar laporan yang aneh kemarin," lanjut Victor, "bahwa kau menolak untuk dibantu dimandikan dan berpakaian." Sorot mata Mawar menunjukkan bahwa ia dapat mengetahui maksud Victor untuk bertanya. Tak lama pandangan Victor melirik pakaian tidur Mawar kembali. Satu tangannya memegang pita yang menyatukan pakaian tidur Mawar. Namun tiba-tiba tangannya yang hendak menarik tali itu terhentikan oleh tangan Mawar.  Jemari mungil Mawar menggenggam pergelangan tangan Victor. Bibirnya sedikit bergetar ketika berkata, "Jangan beritahukan siapapun." Victor memilih untuk menjawab Mawar dengan sorot matanya. Puas dengan tatapan Victor, jemari Mawar perlahan melepaskan diri dari pergelangan tangan Victor.  Kalau Victor pikir-pikir, lucu juga mereka. Baru kali ini Victor dapat mengerti dan menyampaikan pemikirannya hanya menggunakan tatapan. Meski dalam perang Victor sering menggunakan kode dan gestur tertentu untuk berkomunikasi dengan para prajuritnya. Namun Victor harus mengajari mereka kode dan gestur itu terlebih dahulu. Dengan Mawar, pemahaman di antara mereka mengalir begitu saja. Victor kembali menarik pita gaun tidur Mawar dengan pelan. Perlahan pakaian tidur Mawar mengendur, menunjukkan kulit pucat di bawahnya. Hal pertama yang Victor perhatikan adalah betapa kecilnya leher Mawar.  Pria itu kemudian menarik pita kedua lalu ketiga dan keempat dan seterusnya. Gaun tidur Mawar begitu kendurnya hingga menunjukkan d**a Mawar. Victor dapat melihat p****g merah muda Mawar samar-samar di balik kain tipis itu. d**a gadis itu naik dan turun dengan irama yang sama dengan deru napas Victor.  Kendati demikian, hal yang menyita perhatian Victor adalah luka bakar di antara kulit pucat gadis itu. Kulit yang berwarna merah muda itu terlihat seperti garis yang meliuk di tubuh Mawar. Menjalar dari pundak kanan, menyusuri d**a kanannya dan terus menuju perut gadis itu.  Victor menarik pita terakhir dari gaun Mawar. Kini kain tipis itu terjatuh ke samping, menunjukkan d**a dan perut Mawar sepenuhnya.  Luka bakar itu tidak berhenti di perut.  "Bila kau penasaran, luka itu menjalar hingga paha kiriku." Victor memusatkan perhatiannya kembali pada mata Mawar. Sekilas pandangan mata itu berubah menjadi tajam. "Aku tidak butuh rasa kasihanmu, Duke," katanya.  *** Mawar membenci tatapan itu. Tatapan yang sama dengan Pierre pada hari mereka pertama kali bertemu. Meski ... Mawar tidak begitu mengerti mengapa Duke Maraina akan mengasihaninya. Pria itu hidup untuk berperang dan sudah terbiasa dengan medan perang semenjak usia belia. Membuat pria itu menyandang titel Monster dari Maraina.  Rumor mengatakan tatapan pria itu sedingin es dan pedangnya tidak mengenal belas kasih. Mawar sendiri paling tahu bahwa rumor tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Namun sungguh, Victor tidak memiliki alasan apapun untuk mengasihani Mawar.  "Aku tidak butuh rasa kasihanmu, Duke," kata Mawar.  Pria itu bergeming mendengar kalimat itu. Kemudian dengan cepat ia memasang wajah yang dingin kembali, tidak membocorkan apapun.  "Kau bilang kau memiliki kemampuan regenerasi yang cepat. Tetapi bekas luka ini, bukankah ini bukti kau berbohong?" tanyanya dengan nada rendah. Wajahnya begitu dekat dengan leher Mawar sehingga hembusan napasnya mengelitik kulit Mawar. Di udara Maraina yang dingin, hembusan napas Victor terasa hangat.  "Aku memang memiliki kemampuan regenerasi yang cepat. Tapi entah kenapa kemampuan itu tidak berlaku untuk luka bakar." Victor terlihat menimang jawaban itu. Entah apa pria itu akan memercayainya atau tidak.  Satu tangan Victor menyentuh luka bakar di leher. Lembut sekali. Seakan pria itu takut tubuh Mawar dapat pecah sewaktu-waktu. Jemarinya menelusuri luka bakar itu, menurun ke bagian d**a Mawar. Tangan Victor tetap di d**a Mawar sedikit lebih lama.  Napas Mawar mulai menderu, perlahan tapi pasti, detak jantungnya berdegup lebih cepat. Ia merasakan kehangatan menjalar sekujur tubuhnya. Lucu sekali, pria itu justru membuat Mawar merasa hangat untuk pertama kalinya di Maraina. Setiap sentuhannya memberikan sensasi yang hangat dan nyaman. Tanpa sadar, Mawar membusungkan dadanya sedikit untuk dapat lebih merasakan sentuhan Victor.  Ketika akal memasuki pikirannya kembali, ia sadar akan tindakan senonoh yang ia lakukan. Terlambat, Victor sudah menyadari perbuatannya itu. Mata hijau pria itu kembali menatap mata Mawar. Kali ini Mawar merasa seperti dipandang oleh seekor predator. Mawar menahan napasnya ... ketika jemari Victor berkelana mengitari p****g Mawar.  Lalu satu jemari Victor sedikit menyentil p****g Mawar tepat di tengah. Sensasi listrik menjalar di sekujur tubuh Mawar. Dan sebelum Mawar dapat menghentikan dirinya sendiri, sebuah erangan keluar dari mulutnya tepat ketika ia semakin membusungkan dadanya secara tak sadar. Mawar dapat melihat mata Victor mengilat kembali.  Belum sempat Mawar dapat mengatur napasnya, Victor sudah meraup p******a kanan Mawar. Lagi-lagi Mawar mengerang. Pikirannya menjadi kosong, ia tidak bisa berpikir. Satu-satunya yang ia tahu adalah sentuhan Victor membawa kehangatan.  "Apa kau melakukannya dengan Pierre?" tanya Victor lebih seperti mendesah di atas wajah Mawar.  "Huh?" Victor sedikit mencubit p****g Mawar. Sensasi yang tidak familiar menyerbu Mawar seketika. Gadis itu mengerang kembali. Secara insting, Mawar meletakkan kedua tangannya pada bahu Victor.  "Apa kau memiliki hubungan dengan Pierre? Itukah mengapa dia memercayaimu?" Ketika Mawar tidak menjawab kembali, Victor mencubit lebih keras. Dan sebelum Mawar dapat terbiasa dengan sensasi itu, Victor sudah melumat p****g p******a Mawar satunya. Kini Mawar terjebak. p******a kanannya dimainkan oleh tangan Victor dan p******a kirinya dimainkan oleh lidah Victor.  Mawar berusaha keras menahan suara yang memaksa keluar dari tenggorokannya. Tentu saja Mawar gagal, ia justru membuat suara rintihan seperti anjing yang ditinggal majikannya.  Interogasi macam apa ini?  Sebelum pikiran Mawar benar-benar meleleh tidak karuan, Mawar berbisik, "Apa kau melumat p******a semua tahanan perangmu?" Mulut Victor berhenti. Namun ketika mulut itu melepaskan diri dari p******a Mawar, p****g Mawar berdiri dan semakin sensitif dengan udara dingin Maraina. Victor menjulurkan lidahnya, dengan mata penuh kejahilan menatap lurus pada Mawar, pria itu berkata, "Hanya pada gadis mencurigakan yang misterius." Victor mulai menjilat p****g Mawar. Jilatannya pelan. Tetapi setiap kali lidahnya bertemu dengan p****g Mawar yang sensitif, Mawar seperti disetrum. Gadis itu harus menggigit bibirnya untuk mencegah lebih banyak suara tidak jelas keluar dari mulutnya.  Jilatan dan ciuman Victor kemudian naik ke d**a Mawar lalu ke leher Mawar. Sementara satu tangan Victor menjalar turun, meraba pelan perut Mawar, dan terus bergerak turun hingga memasuki rok Mawar. Saat itulah Mawar merasakan panik. Dengan cepat ia meremas tangan Victor yang hampir mencapai pahanya. Sekuat tenaga ia menghentikan tangan besar itu dari terus menurun. Kuku Mawar menembus kulit Victor, tapi saat itu Mawar tidak menyadarinya.  Merasakan kepanikan Mawar, Victor berhenti menciumi Mawar. Pria itu menatap Mawar lurus kembali. Manik mata merah gadis itu penuh dengan ketakutan.  "Kau adalah perawan," kata Victor akhirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN