Jessica

1713 Kata
Dua jam sebelum Justin meninggalkan Jazzy dengan Jessica. “Enggak! Jazzy gak mau tinggal sendirian di apart,” Omelnya setelah Justin memberi tahu kalau dirinya harus melakukan pekerjaan lain yang berurusan perusahaan milik Joe. Yap, setelah pembagian warisan itu Andi langsung memberi tahu bahwa semua pekerjaan yang tertunda selama Dikta sakit harus di kerjakan karena banyak hal yang harus di benahi. Belum lagi Jazzy yang juga baru pulang kemarin malam, sikap manjanya sudah mulai kumat sekarang dan gadis itu terus menagih tentang perayaan ulang tahunnya yang sebentar lagi. “Jazzy, kan ada tante Jessica yang nemenin kamh, terus ada om Farras juga di sebelah. Kamu bisa ajak dia jalan-jalan,” Ucap Justin lembut, membujuk Jazzy seperti halnya membujuk Joe ternyata. Sikap mereka berdua sebelas dua belas, poor Justin. “Gak! Kalau gitu mending Jazzy kerumah om Gisha,” celetuknya polos dan itu mampu membuat Justin dan Jessica saling tatap. Raut wajah Justin mengeras dan Jessica peka akan hal itu, dengan rasa hati-hati Jessica berdehem pelan. “Pak, untuk hal seperti ini lebih baik turuti apa kaya Jazzy dulu masalah masa lalu bisa bapak kesampingkan,” Jelas Jessica hati-hati namun itu cukup berhasil untuk meluluhkan emosi Justin yang hampir saja keluar. Justin menghela nafas kasar, laki-laki itu masih menatap Jazzy dengan tatapan lembut, “Okay, untuk seminggu ini Daddy izinkan kamu menginap di om Gisha,” Jazzy bersorak senang, gadis kecil itu langsung memeluk sekaligus mengecup pipi Justin sekilas. “Daddy memang ayah terbaik di dunia ini,” “Oh itu tentu,” timpal Justin bangga seraya mencubit pipi Jazzy pelan, pandangannya beralih kepada Jessica. “Selama Jazzy disana tolong pantau ya,” Pinta Justin dan di balas anggukan oleh Jessica. “Obatnya jangan lupa di minum juga ya, nanti biar Jessica yang ngasih tau ke om Gisha jam berapa aja kamu harus minum obat,” Jazzy sedikit mengerucutkan mulutnya saat Justin sudah mulai cerewet tentang obat dengan anggukan malas Jazzy masih ingin jawaban yang pasti tentang ulang tahunnya nanti. “Ulang tahun Jazzy jadi kan?” Tanyanya memastikan. “Enggak, kondisi ka-“ “Kok Daddy gak nepatin janji sih?” Potong Jazzy dengan nada tinggi, dan itu mampu membuat Justin sekaligus Jessica sedikit meringis karena jujur suara gadis itu sangat melengking sekali. “Kondisi kamu itu hal utama, kalau sampai tiba-tiba drop gimana?” Tangan kanannya menyentuh puncak kepala Jazzy dan membelainya pelan sekaligus sedikit membenarkan poninya yang sedikit berantakan. “Pantesan semua cewek ninggalin Daddy orang Daddy hobinya ingkarin janji orang,” Ucapnya acuh dengan kedua tangan yang sudah ia lipay diatas dadanya. Justin membelalakan kedua matanya mendengar tuturan Jazzy yang sungguh di luar nalar, “Astaga Jazzy itu tidak ada hubungannya sayang,” “Gak usah manggil sayang. Tan aku pengen kerumah om Gisha sekarang,” Pandangan Jazzy saat ini teralih kepada Jazzy yang sedang berdiri yang tidak jauh dari Justin dan dirinya. “Om Gisha kan masih sekolah jam segini,” Jawab Jessicca. Jazzy mengerdikan kedua bahunya, “Gak apa-apa, lagian disana ada bi Nenah.” Langkahnya mendekat kearah Jessica lantas tangan mungilnya itu menarik pelan Jessica untuk keluar dari apartemen dan meninggalkan Justin. Dengan perasaan yang sudah campur aduk sekaligus pusing tujuh keliling karena jujur akhir-akhir ini Justin banyak fikiran. “OKE DEH!” Ucap Justin dengan nada tinggi dan dengan berat hati. “Ulang tahunmya jadi buat dirayaiin,“ Lanjut Justin pasrah, dan itu mampu membuat langkah Jazzy berhenti. Gadis kecil itu senyumnya merekah kearah Justin, “Akhirny Jazzy bisa pergi dengan tenang. Bye-bye Daddy! Jazzy love you!” Teriaknya lantas melangkah keluar dari apartemen bersama Jessica. Setelah mereka berdua kelurndan Jessica menutup kembali apartemennya, Justin langsung mengusap wajahnya kasar. “Gak bisa bayangin kalau Joe sama Jazzy udah serumah. Bikin puyeng yang ada kepala gue,” Cerocosnya pada diri sendiri. ====== “Om Gisha!” Teriak Jazzy yang duduk diatas kursi saat melihat laki-laki berpakaian putih abu-abu masuk kedalam rumah diikuti dengan seseorang di belakangnya dan itu mampu membuat Jazzy memberhentikan langkahnya saat ia berniat untuk memeluk pamannya. “Bunda? Kok bisa barengan sama om Gisha?” Tanya Jazzy polos. Joe sedikit terkejut akan kehadiran Jazzy tiba-tiba dirumah mantannya itu. Belum lagi Jessica yang sedang duduk di atas kursi menatap Joe dengan tatapan yang tidak bisa ia tebak, sedangkan Gisha laki-laki dengan wajah kebingungannya menatap Joe dan Jazzy secara bergantian. Langkah Gisha mendekat kearah Jazzy dan mengangkat tubuh mungilnya, “Jazzy kenal sama tante Joe?” Tanyanya. Mendengar hal itu Jazzy mengangguk mengiyakan, “Tapi dia itu bukan tante tapi Bunda Joe om,” Tegasnya namun penuh dengan kepolosan. Gisha menoleh kearah Jazzy yang sedikit salah tingkah. Dengan cepat Joe tersenyum lebar langkahnya mendekat kepada Jazzy. “Halo cantik, maaf ya kemarin gak ikut jemput,“ Joe menyentuh ujung kepala Jazzy dan mengusapnya lembut. “Gimana perasaannya? Udah enakan kan?” “Perasaan Jazzy selalu lebih baik kok, dari pada dirumah sakit,” Jawabnya semangat. “Tapi yang bikin kesel Daddy pergi jauh selama seminggu buat ninggalin Jazzy,“ Ah Joe mengerti, pantas gadis kecil itu berada disini, bagaimanapun ia tidak mau di dalam apartemen sendirian kan? “Daddy kan lagi ngurus kerjaan,” Hibur Joe kepadanya kemudian kedua tangannya mengarah kearah Jazzy. “Gendong sama Bunda ya?” Tawarnya dan itu di terima dengan semangat oleh Jazzy. Ia meminta kepada Gisha agar laki-laki itu melepaskan gendongannya. Gisha yang sedari tadi mendengar percakapan mereka berdua agak sedikit bingung, setelah Jazzy berada digendongan Joe pandangannya menatap Jessica yang sudah berdiri sambil membawa obat-obatan yang harus di minum oleh Jazzy setiap harinya. “Mungkin kamu baru tahu hal ini, karena Pak Justin dan saya juga baru tahu kalau Jazzy terkena penyakit leukimia tingkat tinggi,” Tangannya menyodorkan tas kecil kepada Gisha. Gisha mendengarkan hal itu tatapannya beralih kepada Jazzy yang sudah berbincang ria dengan Joe namun kembali menatap Jessica lagi. “Berarti Jazzy?” Jessica hanya mengangguk mengiyakan, dan itu membuat Gisha sedikit terhuyung beberapa langkah namun ia mampu bisa menyeimbangkan kembali tubuhnnya. “Jazzy akan tinggal disini selama seminggu, dia ngerengek terus pengen sama kamu. Oh iya satu lagi,” Tutur Jessica menggantung. Sebenarnya ini bukan urusan gadis berumur dua puluh tiga itu, akan tetapi dengan adanya Joe disini seakan-akan mereka berdua sudah mengenal sangat lama itu cukup menjelaskan semuanya. Jessica sangat sepeka itu dengan situasi. “Kamu sudah tahu kan kalau,”Ujung matanya melirik kearah Joe dan Gisha mengikuti arahan pandangan itu. Ah! Gisha paham sekarang. Baiklah, ia tidak ingin menyerah. Terserah kalau hubungan kakak dan adiknya meregang hanya karena perempuan, yang jelas Gisha ingin memperjuangkan sesuatu yang sudah dia anggap rumah. Sebelum Jessica melanjutkan ucapannya Gisha menarik lengan gadis itu untuk sedikit menjauh dari Joe dan Jazzy. “Jess, untuk masalah ini Saya gak yakin,” Jessica mengerutkan keningnya tidak mengerti, Gisha menghela nafas pelan dan kembali menatap kedua mata milik Jessica. “Saya akan kembali memperjuangkan Joe sebagaimana saingan saya adalah Justin,” Jessica membelalakan kedua matanya, tipikal Gisha laki-laki itu sama nekatnya sama Justin, tidak peduli siapa lawannya dan sedekat apa lawannya dengan mereka. Sikap ambis mereka berdua terlalu berlebihan. Cukup dengan rentetan kata yamg Gisha sebutkan tadi itu sudah cukup jelas bahwa Gisha mengibarkan bendera perang kepada Justin dan Gisha ingin Joe tetap kembali kepelukannya. “Kamu gila ya? Bahkan Jazzy aja udah manggil Joe Bunda. Harusnya kamu tahu seserius apa hubungan kakak kamu sama Joe,“ Gisha terkekeh pelan mendengar tuturan Jessica, “Jess ayolah! Justin dan saya? Saya yang lebih dulu mengenal Jazzy ketimbang cowok pengecut itu,” “Lagian kalau memang Justin beneran nikah sama Joe, nasib dia mau jadi apa? Lagian kamu tau sendiri kelakuan bos kamu gimana? Bahkan Justin aja berani banget hamilin tan-“ “Kalian lagi ngobrolin apa sih?” Suara Joe tiba-tiba terdengar dan itu mampu membuat ucapan Gisha terpotomg akibat kehadirannya. Jessica yang sudah menahan amarah karena tuturan Gisha yang seenak jidat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi hanya menghela nafas panjang. “Om Gisha sama Tante Jessica habis berantem ya?” Tanya Jazzy polos yang sedang berdiri di samping tubuh Joe, gadis kecil itu menggandeng tangan Joe dan tangan kanannya memegang boneka dinosaurus miliknya. Dengan cepat Gisha melepaskan ekpresi wajahnya dan tersenyum kearah mereka. “Enggak kok. Jazzy malam ini mau makan apa?” Tanya Gisha lembut. Ia terlihat tampak berfikir dengan posisi yang masih sama seperti tadi, “Kayanya ngekil waffle disertai es krim vanilla enak om,“ Ujar Jazzy semangat. “Kalau lo Joe? Mau makan lagi?” Tawar Gisha, dengan cepat Joe menggeleng. “Gue kesini kan cuma mau ngambil buku fisika doang, lagian gak lama juga,“ Gisha mengangguk, tunggu gue ambil dulu ke atas. Gisha melangkah menjauh dari situ, meninggalkan Jazzy, Joe dan Jessica ditempat. Ada kecanggukan diantara Jazzy dan Jessica belum lagi saat Jazzy yang mengikuti Gisha keatas. Mereka hanya diam, akan tetapi entah apa yang mendorong Joe untuk membuka suara secara tiba-tiba. Itu cukup membuat rekor terbaru karena ia jarang sekali suka untuk berbasa-basi kepada orang lain terutama kepada orang yang baru ia kenal. “Saya dan Gisha hanya berteman kok,” Jelas Joe. Jessica yang mendengar penjelasan Joe tanpa ia minta menoleh kearahnya. “Joe, apapun hubungan kamu dengan Gisha itu bukan urusan Saya,” Dan itu cukup membuat Joe sangat malu, rasanya ingin sekali menghilang sekarang. Kenapa bisa sih Joe begini? Apa karena sangkinf takutnya Justin tahu bahwa ia pergi kerumah Gisha tanpa sepengetahuannya. “Dan saya tidak akan memberi tahu perihal ini kepada Justin, saya sudah tidak mau berurusan dengan hubungan bos saya sendiri. Cukup hanya dengan Anna saja,” Lanjutnya lagi, langkahnya mendekat kearah Joe sambil tersenyum hangat. Tangannya menyentuh pundak Joe sebari mengelusnya pelan, “Kamu gak perlu worry Joe. Tapi satu hal yang harus kamu tahu untuk sekarang,” Joe diam, membiarkan Jessica melanjutkan ucapan Jessica yang ia gantung dengan sengaja. Tak perlu menunggu lama Jessica meneruskan, “Justin benar-benar ingin menjalani hubungan serius sama kamu. Jadi bijak lah untuk memilih salah satunya, kamu beruntung dua orang sekaligus mencintaimu dengan tulus.” Mendengarkan hal tersebut Joe diam, tidak tahu harus menjawab seperti apa karena ia tidak ingin salah ucap untuk obrolan sensitif seperti ini. Justin atau Gisha? Hah! Entahlah, yang pasti untuk sekarang Joe benar-benar membutuhkan laki-laki tua itu dihidupnya sebagaimana perasaannya belum sebesar perasaan ia kepada Gisha. Akan tetapi seiring berjalannya waktu cinta itu akan tumbuh bukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN