Ex?

1812 Kata
Hari ini, Joe kesiangan dan mengakibatkan ia mengendap-endap dan menerobos tembok belakang di sekolah yang mudah dia jangkau dan biasa dipakai sebagai tempat kabur nya para siswa di sekolahnya, Joe mengedarkan pandangannya, memperhatikan sekitar dan berharap pak Joko, satpam penjaga gerbang sekolah tidak melakukan evakuasi keliling luar sekolah untuk mengecek murid-murid yang bengal seperti Joe. Selesai mengontrol sekitar, kedua tangannya ia tumpukan keatas dinding pembatas, sebelum Joe mengangkat tubuh kecilnya, tiba-tiba suara klakson mobil terdengar, membuat gadis itu sedikit berteriak dan tersentak kaget. "WOY!!!! JALANAN LAGI SEPI b*****t!" teriak Joe kepada pemilik mobil yang masih didalam. Joe kembali mengontrol sekitar, takut suara klakson membuat pak Joko datang kepadanya, buru-buru kembali menumpukan kedua tangannya dan mengangkat tubuh mungilnya lagi, disaat hampir berhasil sebuah tangan menyentuh kaki kiri gadis itu, sehingga Joe kaget untuk yang kedua kalinya dan jatuh kebawah. "OUCH!" lirih Joe, mengharuskan rok gadis itu sedikit sobek dan memperlihatkan daleman celana pendek berwarna hitam yang ia pakai, sadar bahwa seseorang itu merusak usahanya untuk masuk kesekolah tanpa mendapatkan hukman membuat Joe mengerang kesal. Tanpa memedulikan roknya yang sobek, Joe segera berdiri dan menatap orang itu, saat melihat siapa dihadapannya, membuat Joe tertegun dan kembali menelan ucapan yang hampir ia utarakan. "Mampus om m***m," ucapnya dalam hati. Justin yang biasa melewati jalan ini untuk mengantarkan Jazzy, tidak sengaja melihat dan bertemu gadis itu lagi. "Punya otak gak? Disebelah sana kan ada gerbang," jelasnya seraya menunjukan gerbang belakang yang udah lama tidak digunakan, "Ngapain repot-repot lewat sini? Mau jadi cewek jagoan?" Sambung Justin. Membuat Joe memutar bola matanya jengah karena sok tahu akan hal kondisi disekolahnya. "Om masih dendam sama saya ya? Gara-gara saya lirik waktu di MCD? Astaga Om! Itu mata saya aja yang jail lirik-lirik bukan saya nya!" Jawab Joe, karena kesal kenapa harus dipertemukan dengan lelaki tua itu lagi, walaupun Joe akui, bahwa beliau masih terlihat tampan dan gagah, tapi sikapnya begitu menyebalkan bagi Joe. "Jovanka kan? Saya harap kamu mempunyai attitude yang baik kedepannya," cetusnya lalu meninggalkan Joe yang melongo mendengar ucapan Justin, dan juga heran mengapa ia tahu nama gadis itu. Tegas ditambah kharismatik yang tinggi membuat Joe mati kutu ditempat, karena sebelumnya selama Joe hidup belum pernah ada seseorang yang berhasil menyentilnya dan membuat merasa terintimidasi. “Lo siapa sih? Kenal kaga, tapi tau nama gue,” Justin memberhentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Joe kembali, bibirnya sedikit tersenyum tipis kearah Joe. “Lo mau tau gue siapa?” Jawab Justin kali ini dengan bahasa yang terkesan santai. Joe diam, menunggu jawaban Justin. Justin terkekeh pelan, jarinya menautkan kepintu mobil, “Gue om-om ganteng,” Lanjutnya lantas Justin masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Joe berdiri kaku ditempat. Mendengar itu, membuat Joe sedikit terdiam dan menggeleng tidak percaya. Sumpah, bener-bener gila ya tuh orang, gimanapun menurut Joe cowok barusan mempunyai kepercayaan diri yang amat sangat tinggi, dan itu sangat menjijikan. Astaga! Bagaimana bisa orang-orang seperti itu bisa bernafas tenang didunia ini? "Joe! Kamu telat lagi?!" Teriak pak Joko memakai alat toa kesayangannya untuk menegur para murid. Joe menghela nafas kasar, sadar bahwa om-om itu sudah pergi dengan mobilnya dan Joe kepergok oleh pak Joko, membuat gadis itu pasrah dan menghampiri pak Joko yang siap menerima hukuman seperti biasanya. “Kamu ya, kerjaannya telat mulu! emang gak ada yang ngurusin?” “Duh pak! Saya kan udah bilang? Orang tua saya tuh pada pindah ke planet Mars,” Jawab Joe malas sambil berjalan tepat disebelah pak Joko. “Yawes, Yawes sak karep mu ae, lapor sana ke guru BK, jangan malah kabur kaya kemarin saya nanti dimarahin lagi,” “Iya iya pak, maafin.” Iya, bagaimanapun Joe, ia selalu menghormati orang yang lebih tua darinya, mau gak mau, suka gak suka ia harus melapor ke guru BK atas keterlambatannya agar Pak Joko tidak kena getahmya hanya karena Joe seorang. •••••• Bel terdengar, pelajaran IPA telah berakhir dengan tentram. Joe menguap lebar sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku, usai melakukan hukuman pada jam pertama membuat gadis itu malas untuk beranjak dari bangku kesayangannya yang terdapat di pojok ruangan kelas. “Joe, kantin yuk! Anak-anak udah pada nunggu lo,” Suara Nakula anak 12 IPS 2, terdengar ke dalam indera pendengaran Joe yang sedang menidurkan kepalanya diatas meja. Arga yang duduk tepat disebelah gadis itu dan Satya yang duduk didepan bangku Joe, menoyor kepala Nakula pelan, membuat lelaki hitam manis itu berdengus kesal, dan bertanya apa yang sebenernya terjadi. Arga pun menjelaskan secara singkat, namun mampu membuat Nakula mengangguk mengerti, dan ikut duduk tepat disebelah Satya yang kebetulan Johan teman sebangku Satya sudah ke kantin duluan dengan anak-anak lainnya. “Serius Joe disini aja? Kalo enggak gue sama Satya aja yang cabut,” tanya Arga hati-hati karena tau mood gadis disebelahnya sedang tidak baik akibat lelah yang ia rasakan tadi. Mendengar pertanyaan Arga, Joe merubah posisinya menghadap kearah mereka yang menunggu jawaban gadis itu, pandangannya menyelusuri kelas yang hanya ada mereka berempat didalam. Lantas Joe menatap kearah mereka bertiga dengan ekpresi malas. “Dikantin gak ada dia kan?” Mendengar itu Satya mengetuk pelan dahi Joe dengan dua jarinya, “Gak akan ada, kalau pun ada gue yang masang badan buat belaiin lo,” jelasnya. Mendengar pekataan Satya Joe tersenyum lebar lalu bangkit dan menyenggol Arga, agar lelaki itu minggir karena menghalangi jalannya. Meihat pergerakan Joe yang menandakan bahwa ia benar-benar ikut kekantin auntuk bergabung dengan yang lainnya, mereka bertiga pun mengikuti langkah Joe dibelakang. Saat jalan di koridor sekolah,sadar bahwa mereka bertiga tidak jalan beriringan dengannya, gadis itu berdehem lantas menarik Joe untuk berjalan disebelahnya, “Udah lo jalan disebelah gue, gausah banyak bacot juga, katanya mau masang badan demi gue.” Jelas Joe yang melihat ekpresi kebingungan di mimik wajah Joe akibat gadis itu menariknya agar berjalan beriringan. Saat mereka memasuki kantin, dengan rok Joe yang masih sobek, membuat gadis itu menjadi pusat perhatian, sadar dengan linkungan yang memperhatikan Joe, tanpa pikir panjang Satya yang sedang memakai hoodie hitam ia lepas dan memberhentikan langkahnya begitupun Joe. Melihat Satya yang mengikatkan hoodie itu kearah pinggangnya membuat Joe sedikit memajukan bibirnya beberapa detik. Dalam hati Joe selalu bilang, kenapa sih Satya selalu bersikap manis kepadanya, terkadang Joe juga hampir kebawa perasaan dengan sikap Satya yang terbilang manis, tetapi kalau dipikir-pikir lagi Satya kan tipikal cowok yang ramah sama semua orang apalagi cewek, sebagaimana tatapan semua orang mengarah kemereka berdua, Joe yang tidak peduli dengan hal ini, setelah semua itu selesai akhirnya mereka kembali jalan ketempat pojokan kantin, dimana itu tempat dia dan teman-temannya berkumpul. “Wah! Gila ini anak. Ada-ada aja ya kelakuanya, dari yang sok jagoan sekarang rok sekolah aja disobekin segala, udah macem l***e yang sering mangkal di lampu merah,” Cetus Alin saat Joe lewat tepat dihadapannya, mendengar celotehan Alin membuat suasana kantin berubah menjadi panas. Ditambah Joe yang tiba-tiba berhenti melangkah dan membalikan badannya kearah Alin, murid 12 IPA1 sekaligus kekasih Gisha, mantan Joe. Dari awal tahun mereka, Alin selalu mengibarkan bendera perang kepada Joe, karena sikap Joe yang sok pemberani, ga ada sopan santun ditambah Joe selalu mudah mendapatkan pacar setiap bulannya, membuat Alin tersaingi akan parasnya. “Lo punya masalah sama gue?” Tanya Joe kepada Alin yang berdiri dihadapannya dengan senyuman sinis, membuat Joe muak dan ingin memuntahkan isi perutnya dihadapan Alin. “ Banyak! Ditambah gue gedek aja sama kelakuan lo dari dulu, gimana sih orang tua didik elo, sampai punya anak cewek bar-barnya keterlaluan,” Joe tertawa, gadis itu menggeleng pelan seraya mengambil jus strawberry di meja kantin, entah milik siapa Joe tidak peduli, namun beberapa saat kemudian Joe mengguyur Alin dengan jus Strawberry yang tadi ia ambil. Melihat perlakuan Joe yang membuat teman segerombolannya tertawa dipojokan dan juga murid lain melihat itu berasumsi tidak ingin terlibat dengan primadona dan juga bad girlnya disekolah ini. Shock dengan tindakan Joe, Alin bersiap menampar pipi mulus Joe, namun Joe segera menangkis tangan gadis itu dan langsung menonjok pipi Alin tanpa ada perasaan belas kasihan. “Iya Lin iya, gue tau kok kehidupan keluarga lo sempurna banget, tapi sayang keluarga lo gak bisa didik anaknya attitude yang baik dan benar, apalagi keluarga lo gak bisa ngajarin anaknya bersyukur sampek-sampek lo ngerebut milik orang lain dengan modal body lo doang,“Bisik Joe pada telinga Alin yang sudah menahan tangisnya akibat tindakan Joe. “Joe!” teriak Gisha, membuat Joe mendongak, sesosok Gisha sekaligus ketua osis disekolahnya berlari kecil menghampiri nya, ah ralat! Maksudnya menghampiri Alin yang sudah nangis tersedu-sedu saat mendengar suara Gisha. Dalam hati Joe berseru, bagaimana bisa, nenek lampir dihadapannya melakukan drama didepan banyak orang. Alin yang sudah menangis dipelukan Gisha tidak peduli seragamnya kotor, lelaki itu menggeleng tidak percaya kepada Joe, “Lo cewek, mau sampai kapan bar-bar begitu?” “Masih mending gue bar-bar, dari pada cewek lo, p***k,” “Mulut l-“ “Bisa gak, gak usah usik urusan dia? Urusin tuh cewek lo yang drama queen.” Potong Satya tiba-tiba dengan dari belakang tubuh Joe. Joe memutar bola matanya kesal lalu melangkah menjauh dari kerumunan dan keluar dari kantin, namun sebelum itu Joe mengacungkan jari tengahnya kepada Gisha dan Alin lalu berteriak,”Mangkanya jangan cari cewek tuh yang bisa lo pake, apalagi yang drama queen akut, repot kan lo?” Warga sekolah yang berada dikantin tersentak mendengar pernyataan primadona sekolahnya, memang 2 bulan yang lalu heboh akan beritanya Gisha dan Joe putus secara tiba-tiba, saat mereka menjalin hubungan selama setahun, keduanya tidak ada penjelasan apa alasan putusnya hubungan mereka, namun seminggu kemudian munculah berita bahwa Gisha menjalin hubungan dengan Alin, membuat semua siswa siswi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Saat Joe mengatakan itu didepan semua orang, membuat mereka tau alasan dibalik rusaknya hubungan Gisha dan Joe, yang selau dijuluki Best Couple oleh semua murid disekolah. Mendengar tuturan Joe, Gisha bangkit kemudian melangkah kearah Joe. “Dari awal kita pacaran, gue gak mempermasalahkan sikap lo yang bisa dibilang gak bisa di atur, tapi semakin kesini ternyata sikap lo emang kelewatan kayaknya ya,” “Apa karena bokap lo meninggal, mental lo makin gak stabil alhasil caper kesana ke-“ BUGH! BUGH! BUGH! “Mulut lo lemes banget Gish, nyesel gue dulu ngijinin Joe pacaran sama lo, sampah banget emang jadi orang,” ucap Satya disela-sela aksinya saat memukul Gisha. Melihat itu, kericuhan didalam kantin semakin menjadi, Nakula, Arga dan lainnya langsung melerai mereka berdua dengan susah payah. “Sat, santai Sat. Doi ketos anjir! Sinting apa lo!” Ucap Arga yang berusaha menarik Satya agar tidak membabi buta memukul Gisha. “Gak peduli gue, gedeg lama-lama lihat kelakuannya,” Balasnya yang berusaha melepaskan pelukannya dari Arga. “Cuy! Beasiswa lo taruhannya gila!” Mendengar itu Satya langsung diam memberontak, ia mengatur nafasnya pelan sebari menatap Gisha tajam. Iya, Satya lupa bahwa bagaimanapun Satya tidak bisa gegabah untuk melakukan sesuatu didalam ruang lingkup sekolah untuk sekarang. “Lo nyenggol Joe lagi, habis lo sama gue,” jelasnya lalu pergi dari kantin dan melangkah untuk mencari Joe.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN