Hampir mau maghrib mereka pun sampai di sebuah cafe yang telah di pesan oleh Nita dan Arga sebagai tempat merayakan hari anniversarynya. Tempat clubbing yang memang sudah di pesan sehingga hanya ada tamu undangan mereka.
Clara turun dari mobil dan menatap cafe tersebut yang terlihat sudah ramai, dengan lampu disko yang cetar memberikan cahaya gemerlap dengan warna warni seperti pelangi. Bikin pusing juga lihatnya.
"Loe mau duduk dimana? Gue sama Mas Arga duduk di sana, karena harus terima tamu -tamu juga. Gimana?" tanya Nita pelan.
Tatapan Nita mengedar ke seluruh ruangan itu. Ia mencari -cari, siapa tahu ada orang yang datang ke tempat itu yang ia kenal.
"Ya udah gue di situ aja. Tapi, loe jangan tinggalin gue ya. Inget, pulang bareng," titah Clara mengingtakan.
Nita mengangkat tangannya dan menunjukka ibu jarinya tepat di depan wajah Clara.
"Siap Clara," ucap Nita pelan dan meninggalkan Clara sendirian di salah satu sudut meja itu.
Cafe itu semakin ramai, Clara pun hanyut denagn situasi Cafe dan mulai penasaran untuk mencicipi sebuah minuman berwarna yang di sediakan di depan mejanya.
Kepalanya yang penat dengan beban skripsi yang kunjung selesai, membuat Clra nekat minum minuman beralkhohol tinggi itu.
Glek ...
Wajahnya langsung berubah. Rasa minuman itu memang tidak enak. Saat minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya, kerongkongannya terasa panas dan seperti akan terbakar lehernya. Tapi, suatu kenikmatan pun membuat Clara candu menegak dan menegak lagi minuman haram itu.
Kepalanya mulai berputar, kedua matanya pun mulai berbayang bila melihat orang. Tapi, Clara tak peduli. Ia menikmati malam itu dengan rasa bahagia. Gelora jiwanya pun ikut naik bersama aliran darah hingga ubun -ubun.
Tubuh Clara seperti bersemangat dan sesekali ia berdiri ikut berjoget -joget mengikuti irama dentuman musik DJ yang semakin terdengar ajib -ajib.
lama -lama lemas juga rasanya, dengan keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya. Ia terduduk kembali dan menatap lelaki yang sudah ada di sampingnya sedang termenung sambil minum minuman yang sama seperti yang Clara minum tadi.
"Gak joget?" tanya Clara dengan kepala berputar. Pandangannya juga ikut berbayang. Lelaki itu nampak ada dua bhakan sesekali terlihat ada banyak.
Lelaki itu hanya menatap sekilas ke arah Clara dan tersenyum penuh arti melihat Clara dari atas hingga ke bawah.
"Liat apa loe," ucap Clara mulai merau sedikit taksadar. Clara hanya liht tatapan lelaki itu seperti berbeda kepadanya.
"Loe seksi," jawab lelaki itu yang juga sedang mabuk. Pikirannya tertuju pada mantan kekasihnya yang tega meninggalkan dirinya di kala masih sayang -sayangnya.
"Gue gitu lho," jawab Clara asal. Ia terus ikut berjoget -hoget, meliuk -liukkan tubuhnya yang sintal di depan Reynand, hingga membuat lelaki itu makin kalap dan tak bisa membendung hasrat gelora di dalam tubuhnya yang ingin di lampiaskan.
Reynand hanya tertawa sekilas sambil menegak lagi minumannya yang entah sudah gelas ke berapa. Tubuhnya terasa panas dan meregang, seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya. Reynand sadar, tidak sadar merasakan perubahan yang ada di dalam tubuhnya. Minuman pertamanya tadi seperti ada yang berbeda saat di minum.
Tak lama, Clara pun duduk dan mengambil minumannya lagi.
"Arghhh ... Mau pipis lagi," ucapnya lirih, namun masih terdengar di telinga Reynand.
Clara pun membuka kemeja tipisnya dan di sampirkan di tas kecilnya yang di selempang di bahunya. Kini, tubuh Clara benar -benar terlihat seksi dengan keringat yang berkilau di sekitar leher dan dadanya.
Rambut hitamnya di kuncir kuda dengan asal, hingga leher jenjangnya yang putih mulus itu membuat jantung Reynand berdetak keras dan semakin ingin buru -buru menyelesaikan hasratnya yang sudah tak tertahan.
Clara beranjak dan berjalan menuju ruangan kecil yang bertuliskan 'Toilet'. Namun, sayang sekali toilet itu sedang rusak. Ia pun mencari tempat untuk membuang hajat kecilnya itu.
"Mau pipis kan? Di situ ada kamar mandi," ucap Reynand yang membuntutinya sejak tadi.
"Dimana?" tanya Clara yang sudah tidak tahan ingin pipis.
"Di sana," ucap Reynand asal menunjuk. Wajahnya sudah merah karena tak tahan lagi.
Clara pun berlari cepat dengan sedikit sempoyongan merasakan pusing di kepalanya. Pandangannya benar -benar sudah berbayang tak bisa melihat dari jarak dekat pun.
Ia melihat sebuah pintu dan ia buka begitu saja pintu itu dan mencari tempat untuk membuang hajat kecilnya.
Ruangan itu memang seperti kamar kecil dan memang ada kamar mandi di dalamnya. Dengan cepat, Clara masuk ke dalam dan berjongkok di sana untuk pipis.
Reynand ikut masuk ke dalam. tak sengaja ia melihat Clara yang sedang membuka roknya dan pakaian dalamnya, pahanya mulus sekali. Perlahan ia mengunci kamar itu. Jiwa Reynand sudah seperti kerasukan setan dan ingin segera menikmati tubuh Clara yang ia kira mantan kekasihnya.
Clara sudah selesai dan keluar dari kamar mandi. Ia memegang kealanya yang semakin berputar dan jatuh ke pelukan Reynand.
"Aku pusing," ucap Clara pelan denagn mata sudah terpejam.
Bagai gayung bersambut. Reynand pun langsung mmebawa Clara ke tempat tidur. Ia merasakan seperti ada obat perngsang yang terminum bersama minuman haram itu hingga membuat tubuhnya terangsang dan memanas ingin segera melampiaskan semua rasa yang telah sesak tertahan dari tadi.
Clara yang sudah tak sadarkan diri pun sudah tak ingat apapun yang terjadi pada dirinya. Ia hanya terlentang dan diam saja, saat Reynadn mulai menciumi seluruh wajah Clara hingga lehernya yang putih mulus itu pun tak luput dari sapuan bibir dan lidah Reynand.
Reynand mulai kalap dan mulai bernafsu. Satu per satu pakaian Clara di buka hingga gadis itu benar -benar telanjang dan polos tanpa satu helai benang menutupinya.
Tubuh Reynand sudah tak sanggup menahan untuk menikmati tubuh Clara yang putih, mulus dan montok itu hingga terjadilah pelampiasan yang membuat Reynand begitu merasa kenikmatan.
Clara hanya meracau dan meringis kesakitan saat Reynand sedikit memaksakan senjata pamungkasnya yang sudah menguat itu masuk ke dalam lembah kenyamanan.
"Arghhh ... Kenapa enak sekali," ucap Reynand yang sudah tak sadar melukan itu semua karena nafsu dan dorongan rangsangan dari obat yang di minumnya.
"Mpppphhh ... Sakit ...." racau Clara lirih meringis menahan perih di area pahanya.
Keduanya tak saling kenal, keduanya pun tak pernah berkenalan. Semua terjadi secara tidak sadar dan semua sudah terjadi dan tak bisa di kembalikan lagi. Berkali -kali Reynand melakukan itu hingga efek samping obat rangsangan itu menghilang dan tubuh mereka terkulai lemas di atas tempat tidur tanpa di tutupi apapun.