Bab 10: Hasil Karya

1010 Kata
Entah bagaimana River bisa menyediakan tiga kursi di ruang makan, padahal sudah tahu kalau dia hanya tinggal bersama Potato dan robot buatan tangannya itu tidak duduk di kursi. Cukup satu kursi saja kalau memang begitu, akan tetapi sepertinya kursi-kursi yang selalu kosong seperti zudah ditakdirkan untuk waktu sekarang. Mereka semua menyantap sarapan dalam keadaan perut begitu kosong. Potato sendiri meminum cairan pelumas yang berguna untuk bagian organ dalam tubuh, agar kinerjanya menjadi semakin prima. Itu adalah menu makanan sehari-harinya. Sementara tiga orang lainnya, menyantap makanan yang dibuatkan oleh Potato. Robot canggih itu sudah diatur untuk bisa membuat makanan dengan pilihan menu kesukaan River saja. Tidak seperti Potato yang sepenuhnya robot, River tetap seperti manusia lainnya. Maka dari itu, dia tidak menyantap pelumas. "Oh, ini sangat lezat!" seru Aura, ekspresinya mencerminkan ketidakpercayaan. "Potato, kau sungguh berbakat dalam hal memasak. Bisa ajari aku bagaimana caranya membuat makanan ini?" "Sangat mudah. Aku tinggal mencontoh resepnya." "Hanya itu? Bahkan, aku harus mengulangi resep yang sama terus-menerus untuk mendapatkan hasil memuaskan." Rana tersenyum kecut. "Potato adalah robot canggih, memiliki ingatan yang cukup kuat. Wajar saja dapat melakukannya dengan mudah. Jika apa yang dimasak tidak enak, maka bukan Potato yang salah, melainkan pembuat resep itu sendiri." "Itu benar." River menimpali. "Jika ingin, kalian boleh berbagi resep makanan lainnya agar Potato dapat membuatnya. Aku akan menambahkannya ke dalam memori Potato." Kedua mata Aura tampak berbinar. "Aku tidak ingin melakukannnya seperti itu. Biarkan kami berdua menggunakan dapur. Aku dan Potato akan menyiapkan makanan selanjutnya," ucapnya bersemangat. Kekhawatiran hanya tercetak di wajah Rana saat mendengarkan usul sang kakak. "Perhatikan dirimu. Sekarang sudah masuk trimester ketiga. Kau harus menyimpan tenaga untuk persalinan nanti." Aura menundukkan kepala, mengusap-usap perut besarnya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu, dia tersenyum lebar seolah tidak memiliki beban. "Tidak apa-apa. Kau harus tahu kalau di sini ada banyak orang baik. Mereka bekerja keras untuk memperjuangkan kehamilanku." "Tapi tetap saja—" "Ah, apa semua sudah selesai? Kita harus mencuci piringnya." Aura bangkit dan mengambil piring kotor satu persatu dibantu oleh Potato. Rana sendiri merungut kesal pada sikap kakaknya yang keras kepala. Sudah berulang kali diperingatkan agar tidak melakukan hal yang sia-sia, tetapi Aura semakin tidak mendengarkan. Itu menambah beban Rana, karena dia sudah berjanji untuk menjaga Aura dan anak yang dikandung. Sementara River memperhatikan saja daritadi. Dia tidak berbicara sampai meja yang dihiasi makanan disimpan ke tempatnya kembali. Kini dia melihat Rana yang masih saja menunjukkan ekspresi tidak suka, sama seperti saat perdebatan kecil dua orang bersaudara tadi. "Aura sudah menerima kenyataan kalau dirinya akan berada di sini dalam waktu yang cukup lama," ucap River. "Aku tidak menginginkan hal itu benar-benar terjadi. Kau sudah berjanji padaku untuk memulangkan kami." "Kau benar. Aku tidak mungkin mengingkarinya ketika sudah berjanji. Tapi aku tidak pernah berjanji akan membantu kalian dalam waktu cepat." "Apa maksudmu?" "Aku butuh waktu untuk menelitinya. Beruntung jika dapat mengetahui jawaban terdamparnya kalian dengan cepat. Kau harus bersiap untuk segala kemungkinan yang ada. Bisa saja kakakmu melahirkan di dunia Stardust yang akan menambah penghuni di kota ini." Tiba-tiba River mengerutkan dahi, mengingat hal penting yang belum dia jelaskan. "Ngomong-ngomong soal kota ini, kami memiliki situasi yang ketat untuk penghuninya. Tidak diperbolehkan wajah asing datang sebelum memberikan laporan. Cepat atau lambat, keberadaan kalian akan diketahui. Aku tidak bisa mempertaruhkan hidupku hanya untuk mengamankan kalian." "Aku tidak begitu paham dengan dunia ini, tapi jika memang perlu diberi tindakan, maka aku akan mengikutinya selama jalan keluarnya masuk akal." "Aku hidup dengan Potato saja selama ini. Tiba-tiba dua orang wanita tinggal dalam waktu lama di tempatku, pasti akan mengundang pertanyaan pemerintah, apalagi satunya sedang hamil dan tidak bisa ditutupi. Percayalah, kalau mereka memiliki antek-antek yang sangat hebat. Tapi aku selalu memiliki cara untuk menghindari masalah dengan mereka." "Jadi, apa yang harus kami lakukan?" "Kemungkinan Aura akan hamil di dunia ini cukup besar. Untuk sementara waktu, sampai kalian kembali ke dunia asal, kami akan berperan sebagai pasangan yang sudah menikah. Dengan begitu, tidak akan ada lagi pertanyaan siapa Aura dan dari mana asalnya." Percakapan itu telah didengar oleh Aura. Dia berusaha mencerna situasi yang sedang mereka hadapi. Tidak tahu bagaimana harus menjalani, berkata setuju atau tidak pada usulan River. "Bagaimana menurutmu Aura? Aku tidak akan melakukannya jika bukan demi keselamatan kalian. Tentu saja, ini hanya akan menjadi status saja di antara kami." Aura mengangguk setelah berpikir beberapa saat. "Baiklah. Aku akan berusaha sebaik mungkin." "Aura ...." Rana mengepalkan tangan, tidak tahu keputusan apa yang seharusnya dia ambil. "Tidak masalah. Ini demi kebaikan kita. Lagipula, kita tidak punya pilihan lain, bukan?" Aura menyentuh tangan adiknya, penuh harap. "Setidaknya aku ingin melihat bayi ini lahir." "Sedangkan Rana akan menjadi robot ciptaanku," sela River. "Bagaimana mungkin?" Rana bertanya. "Mungkin saja, karena aku yang melakukannya. Sekarang ikuti aku ke ruang penelitian." Rana mengikuti pria berjas laboratorium itu. Mereka sampai di satu ruangan yang aneh, penuh akan rongsokan dan benda-benda asing. Tidak seperti perkiraan kalau di dalam sana terdapat sudut yang lebih baik dari sudut lainnya. River menunjukkan di mana selama ini bekerja. Dia hanya diam memberi waktu untuk Rana terpana akan koleksi-koleksi barunya. Bahkan, dia juga menunjukkan apa yang ada di balik tirai. "Apa itu?" tanya Rana, tidak siap untuk melihat. "Kau bisa melihatnya secara langsung." River menarik tirai hingga tampak benda berukuran cukup besar. Itu adalah penemuan terbarunya dan belum diperlihatkan pada siapa-siapa, hanya pada Rana saja dengan tujuan menyombongkan diri yang paling utama. "Ini adalah ... mobil? Kenapa bentuknya sangat aneh?" Senyum kebanggaan seorang River langsung memudar. "Aneh? Kau berkata bahwa penemuan terbesarku adalah sesuatu yang aneh?" Rana mendekat pada benda yang hanya bisa memuat dua penumpang itu. Jika benar mobil, maka tidak akan pernah dicobanya seumur hidup karena terlalu sempit untuk berada di dalam sana. "Bagaimana pun aku melihatnya, tetap saja ini terlihat aneh. Yah, mungkin kau bisa menjadikannya sebagai pajangan. Kebanyakan orang sekarang menyukai hal-hal yang berbau aneh, bukan?" Rana pergi menjauh dari benda tersebut. River yang masih berada di dekat penemuannya langsung berkata, "Hei, setidaknya kau harus melihat semuanya. Angelina Jolie-ku sangat menarik. Jangan sampai kau menyesal." Rana berhenti, menoleh ke belakang dan berkata dengan raut wajah terkejut. "Angelina Jolie?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN