Happy Reading!
"Tu_tuan kita mau ke mana?" Tanya Deby pelan saat mobil yang dikemudikan Zayn melewati gerbang rumah.
Zayn melirik Deby namun tidak mengatakan apapun. Lagipula gadis itu akan tahu nanti saat mereka tiba di tempat tujuan.
"Tuan, saya harus pulang." Ucap Deby lagi membuat Zayn menghela napas.
"Diamlah! atau aku akan menidurimu sekarang juga." ancam Zayn kasar membuat Deby terdiam tanpa berani mengatakan apapun lagi.
Setelah menyetir selama dua jam, mobil yang dikemudikan Zayn akhirnya memasuki sebuah halaman yang cukup luas.
Zayn turun lebih dulu kemudian membukakan pintu untuk Deby.
"Turunlah!" Titah Zayn membuat Deby menurut.
"Tuan kita ada di mana?" Tanya Deby pelan.
"Di rumahku." Sahut Zayn lalu menggandeng lengan Deby memasuki rumah yang ia beli tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Zayn mengajak Deby memasuki kamarnya di lantai satu.
"Istirahatlah dulu, aku akan menyiapkan makanan untuk kita berdua."
Setelah mengatakan hal itu, Zayn langsung berlalu keluar dari kamar. Sedang Deby hanya bisa pasrah dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur hingga tanpa sadar ia benar-benar tertidur karena memang tubuhnya sangat lelah.
Satu jam berlalu, Zayn memasuki kamar dengan sebuah nampan di tangannya.
"Dia tidur." Gumam Zayn lalu meletakkan hasil masakannya di atas meja.
Tanpa basa basi lagi, Zayn segera menghubungi temannya yang akan membantunya memastikan kehamilan Deby.
Zayn membuka pintu dan mempersilakan temannya masuk.
"Wahh.. Dia masih sangat muda."
Zayn mengangguk saja.
"Cepat lakukan tugasmu!" Titah Zayn tak sabaran.
"Baiklah." Ucap Arnold kemudian mengeluarkan sebuah suntikan dari tas dokternya.
"Cairan ini akan membuat gadis muda ini mudah mengandung. Dan pastikan setelah ini kalian kembali melakukannya."
Zayn mengangguk tanda mengerti lalu mengantar Arnold ke depan pintu setelah ia melakukan tugasnya.
"Berjuanglah!" Ucap Arnold membuat Zayn mendecih lalu menutup pintu dengan kasar.
Zayn melangkah memasuki kamarnya dan ternyata Deby sudah bangun.
"Ada apa?" Tanya Zayn khawatir.
"Perut saya sakit tuan" Adu Deby membuat Zayn mengangguk tanda mengerti, itu mungkin efek suntikan yang diberikan Arnold.
"Mungkin karena kau lapar. Lihat! Aku sudah menyiapkan makanan. Makan dulu baru mandi." Ucap Zayn mengambilkan makanan untuk Deby.
"Tuan, saya tidak mau makan. Saya mau pulang, ibu pasti_"
"Setelah makan baru kita pulang." Potong Zayn cepat membuat Deby mengangguk lalu segera memakan makanannya.
"Tuan, saya sudah selesai makan." Adu Deby membuat Zayn mengangguk lalu mengambil piring kotor bekas Deby.
"Sekarang mandilah, setelah itu kita langsung pulang."
Deby langsung berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi.
Zayn menatap punggung Deby yang menghilang setelah pintu kamar mandi ditutup.
'Dia sangat penurut' Batin Zayn takjub.
***
Zayn mengemudikan mobilnya dengan santai sedang Deby hanya bisa meremas jemarinya tak tenang. Ini sudah malam, dan ia belum pulang. Ibunya pasti sangat khawatir.
Zayn tersenyum tipis kemudian melirik jalanan sepi yang dilalui mobilnya. Sangat sepi hingga hanya terdengar suara kicauan burung, mengingat mereka sedang melalui jalan hutan yang begitu lebat.
"Tuan, tolong lebih cepat ahh kenapa mobilnya berhenti tuan?." Tanya Deby panik saat mobil yang dikemudikan tuannya tiba-tiba berhenti begitu saja.
Zayn berpura-pura panik.
"Mobilnya habis bensin." Terang Zayn membuat Deby melotot.
"Lalu bagaimana tuan? Saya harus pulang."
Zayn menatap Deby tajam."Memangnya hanya kau yang ingin pulang?." Bentak Zayn seolah kesal lalu membuka pintu mobilnya dan keluar.
Deby yang takut ditinggal sendiri langsung turun dan mengikuti langkah tuan Zayn.
"Tuan, tunggu saya." Teriak Deby lalu berlari menyamakan langkahnya dengan tuan Zayn.
Zayn tersenyum kecil lalu tetap melangkah memasuki kawasan hutan. Sedang Deby sudah merapatkan tubuhnya dengan tubuh tuan Zayn.
"Tuan_" Panggil Deby takut sedang Zayn masih terus berjalan, hingga mereka melihat sebuah tenda besar berdiri kokoh di tengah hutan.
Zayn menyeringai lalu melangkah menyalakan obor dengan pemantik api yang ia bawa.
Deby melongo takjub melihat pemandangan di depannya. Dua obor besar yang menyala di depan tenda putih.
Zayn menggandeng lengan Deby untuk memasuki tenda.
"Tuan_" Ucap Deby Takjub akan isi tenda. Ada kasur besar di tengah tenda dengan taburan kelopak bunga mawar di atasnya. Dan jangan lupakan lilin-lilin kecil yang menyala disekeliling tenda.
Zayn memeluk tubuh Deby dari belakang lalu bergerak pelan menuju tempat tidur.
"Tuan eh?"
Zayn tersenyum lalu mendorong tubuh Deby hingga terhempas ke atas tempat tidur.
Deby melotot lalu berusaha bangkit namun tubuhnya lagi lagi didorong.
"Tuan tolong, saya mau pulang." Ucap Deby takut membuat Zayn menggeleng.
"Kita akan menginap disini." ucap Zayn lalu mulai menindih tubuh Deby.
Deby menggeleng dengan air mata yang menggenang di kedua mata cantiknya.
"Tuan hiks.. Jangan lagi." Isak Deby membuat Zayn berusaha menenangkan gadis muda itu.
"Sttt.. Dengar! Kalau kau menurut aku akan bersikap baik padamu tapi sebaliknya kalau kau memberontak maka aku juga bisa bersikap kasar." Ucap Zayn membuat Deby terisak tanpa suara.
Zayn mengelus kepala Deby. "Jadilah anak baik dan nikmati saja apa yang aku lakukan pada tubuhmu."
Deby menggeleng."Tapi tuan_"
"Apa kau ingin aku memecat ibumu hah?." Bentak Zayn. Sungguh ia tak punya banyak stok kesabaran untuk menghadapi sikap kekanakan Deby.
Deby menggeleng. Ia tak mau ibunya dipecat. Kalau ibunya kehilangan pekerjaan maka mereka tidak punya tempat tujuan lagi. Ia juga harus berhenti sekolah karena seluruh biaya dikeluarkan oleh majikan ibunya.
Zayn kembali bersikap lembut dengan mengelus wajah cantik Deby."Karena itu menurutlah dan akan kuberikan apapun yang kau mau." ucap Zayn membuat Deby terdiam lalu mengangguk.
"Bagus." Puji Zayn lalu mengecup bibir Deby lembut.
"Apa yang kau inginkan hm? Uang? Perhiasan?" tanya Zayn lembut.
Deby menggigit bibir bawahnya pelan kemudian menggeleng."Tuan jangan pecat ibu saya, ibu akan sedih kalau kehilangan pekerjaan itu dan saya juga tidak akan bisa sekolah lagi. Saya mau sekolah tuan, saya mau jadi dokter." Ucap Deby polos membuat Zayn terdiam sesaat namun tetap mengangguk.
"Baiklah. Aku tidak akan memecat ibumu." Ucap Zayn lalu mulai mencumbu tubuh bagian atas Deby.
"Tapi tuan_"
"Apalagi?" bentak Zayn kesal.
Deby merenggut lalu menggeleng membuat Zayn menghela napas.
"Ada apa Deby? Katakan saja." ucap Zayn sedikit tak sabaran.
"Tidak papa tuan." Sahut Deby pelan.
Zayn terdiam sesaat memandang wajah cantik Deby lalu kembali memulai aksinya dan kali ini tanpa perlawanan dari Deby.
Zayn berusaha bermain selembut mungkin. Ia ingin Deby menikmati permainannya dan untuk kesekian kalinya malam ini ia kembali menumpahkan bibit-bibit unggulnya di rahim Deby.
Zayn berharap Deby hamil sebelum hari pernikahannya tiba.