Bab 4

1297 Kata
Happy Reading! Zayn memakan sarapannya dengan tenang. Sesekali bisa ia lihat kedua orang tuanya saling memberi isyarat untuk bicara. "Ehem, Zayn" Zayn menatap ayahnya. "Nanti malam akan ada acara makan malam dengan keluarga Selvi. Papa harap kau bisa meluangkan waktu." Zayn tersenyum tipis. Seminggu berlalu setelah pesta penyambutannya dan sekarang orang tuanya kembali membahas tentamg perjodohan. "Apa kalian benar-benar akan memaksaku?" Tanya Zayn datar. Widura tersenyum."Temuilah Selvi beberapa kali nak. Jika tidak cocok maka ya sudah, kami tidak akan memaksa lagi." Zayn memgambil gelas minumnya lalu menenggaknya hingga tandas. "Kapan aku bisa menolak keinginan kalian." Ucap Zayn lalu berdiri. "Mau kemana nak? Habiskan sarapanmu dulu." Ucap Widura membuat Zayn menatap mamanya itu. "Aku harus bersiap ke kantor." Ucap Zayn datar lalu berlalu dari ruang makan. "Pah_" panggil Widura pada suaminya. "Hm?" "Sepertinya Zayn tidak senang dengan perjodohan ini." Ucap Widura membuat Baskoro terkekeh. "Bukankah mama yang paling ingin Zayn menikah, lalu sekarang mama mengeluhkan ketidaksenangan Zayn." ejek Baskoro membuat Widura menghela napas. "Mama hanya ingin yang terbaik bagi Zayn. Mama ingin Zayn bahagia. Dan mama yakin Selvia adalah wanita yang tepat untuk Zayn." ucap Widura membuat Baskoro mengangguk. "Kalau begitu kita lanjutkan perjodohan itu. Zayn bersikap seperti ini mungkin karena ia belum mengenal Selvia dengan baik. Papa rasa Zayn akan dengan cepat menyesuaikan diri setelah pertunangan nanti." ucap Baskoro membuat Widura mengangguk. "Mama harap juga begitu pah, mama sungguh ingin melihat Zayn menikah dengan Selvia." Sedang di dalam kamar, Zayn sedang merapikan penampilannya. Hari ini adalah hari pertama ia bekerja. Tapi sialnya saat sarapan tadi, orang tuanya malah kembali membahas masalah perjodohan setelah satu minggu bungkam. Zayn harus bergegas memikirkan cara untuk menggagalkan rencana orang tuanya. Deby? Ya, hanya Deby yang bisa dijadikan alat untuk membatalkan perjodohan sialan itu. Tapi masalahnya, sudah satu minggu berlalu dan Zayn tidak pernah bertemu gadis itu lagi. Gadis itu pasti menghindarinya. Zayn mengepalkan tangannya lalu berjalan keluar kamar. Ia akan memikirkan masalah itu nanti saja, sekarang ia harus berangkat ke kantor. Tiba di kantor, Zayn langsung menuju ruangannya. Ruangan yang sangat besar mengingat ia langsung menduduki jabatan sebagai direktur. Tidak ada acara penyambutan atau perkenalan karena jujur saja, ia sedang tidak dalam kondisi baik untuk melakukan itu semua. "Hahh" Zayn menutup dokumen terakhir yang harus ia tandatangani lalu memanggil sekretarisnya untuk mengambil dokumen tersebut. "Apa ada lagi?" Tanya Zayn. "Tidak ada pak." Zayn mengangguk lalu merapikan penampilannya bersiap pulang. "Aku akan pulang duluan." ucap Zayn lalu berjalan menuju pintu keluar. Zayn bergegas menuju gedung parkir setelah tiba di lantai satu. Zayn mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia harus segera tiba di rumah untuk mencari keberadaan Deby. Akhirnya setelah mengemudi sekitar setengah jam, mobil mewah itu memasuki pekarangan rumah. Zayn buru-buru keluar lalu berlari memasuki rumah menuju dapur. Bisa Zayn lihat ibunya Deby sedang memasak. "Ehem" Asih menoleh saat mendengar suara seseorang."Eh tuan muda. Ada apa tuan?" Zayn menggeleng lalu berlalu dari sana dan tanpa sepengetahuan siapapun, ia berjalan menuju bangunan belakang. Zayn berjalan pelan dan melihat secara teliti setiap pintu. Zayn berdecak saat setiap kamar dibuat begitu tertutup hingga tak nampak dari luar. "Tuan muda." Zayn menoleh kaget saat mendengar suara seseorang. Zayn menoleh lalu tersenyum. "Kenapa ke sini tuan muda? Apa tuan muda perlu sesuatu?" Zayn mengangguk tenang."Aku mencari pekerja yang bertugas memasak. Aku ingin makan sesuatu." Orang itu mengangguk lalu menunjuk sebuah pintu. "Oh itu tuan muda, kamar buk Asih." Zayn tersenyum lalu berjalan menuju pintu itu tapi ditahan oleh pekerja yang tadi memberitahunya. "Aduh jangan kesana tuan muda. Di dalam ada Deby, anaknya bu Asih nanti tuan muda malah disangka yang tidak-tidak." Zayn mengangguk yang penting ia sudah tahu kamar Deby. "Biar saya yang cari buk Asih nanti saya sampaikan kalau tuan muda ingin dimasakkan sesuatu. Tapi biasanya jam segini buk Asih ada di dapur tuan, biar saya kes_" "Tidak perlu. Aku akan ke dapur." Cegah Zayn lalu berlalu dari sana. Zayn memasuki kamarnya lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Malam ini ia harus menemui Deby dan memastikan bahwa gadis itu mengandung anaknya. Kali ini Zayn harus menang bagaimanapun caranya. Orang tuanya tidak boleh mendapatkan apa yang mereka mau. Terlebih selama ini mereka sudah cukup mengatur hidupnya. Malam harinya, Zayn sudah memastikan penampilannya nampak sempurna. Ia bahkan sudah bercukur dan menyemprot parfum. Tok tok Zayn mendongak saat mendengar suara pintu diketuk. Ceklek.. Widura masuk lalu tersenyum tipis melihat penampilan putranya. Bahkan putranya itu tercium sangat wangi. "Ayo turun! Keluarga Selvi sudah menunggu dibawah." Zayn melotot lalu berdecak dalam hati. Ia lupa tentang makan malamnya. Mamanya pasti mengira yang tidak-tidak setelah melihat penampilannya. Zayn terpaksa menurut lalu mengikuti langkah Widura. Baskoro tersenyum saat Zayn dan Widura tiba di ruang tamu. "Duduklah!" Titah Baskoro membuat Zayn menurut. Ia duduk diantara kedua orang tuanya. "Lihat penampilan putraku, dia menolak tapi malah berpakaian serapi ini." ucap Widura membuat tawa semua orang pecah. "Maklum. Masih malu-malu." Sela Jeni, ibu Selvia. "Benar. Lalu bagaimana? Apa mau langsung mengadakan pernikahan atau pertunangan dulu?" tanya Widura membuat Zayn mengepalkan tangannya erat. "Terserah saja. Lagipula sepertinya putri kami terlihat sangat menyukai putra kalian." "Benarkah?" Tanya Widura semangat. "Kalau begitu, langsung pernikahan saja. Benarkan pah?" Tanya Widura meminta persetujuan suaminya. Baskoro mengangguk."Jika kedua calon pasangan setuju maka kita adakan pernikahan secepatnya." Widura menatap Selvia. "Bagaimana sayang? Kau setuju jika pernikahannya diadakan 3 minggu lagi?" Selvia mengangguk pelan."Setuju tante. Lagipula lebih cepat lebih baik kan?" ucap Selvia lembut. Widura tersenyum lalu memegang lengan Zayn. "Bagaimana nak?" Zayn tersenyum sinis. Tiga minggu lagi? Waktu itu cukup untuk memastikan kehamilan Deby. Zayn mengangguk setuju membuat semua orang tersenyum senang. Widura bahkan sangat semangat, ia tahu putranya tidak akan mengecewakan dirinya. "Bagus sekali nak. Terima kasih mama sangat senang jika kalian bisa menikah dan segera memberi mama cucu." Zayn tersenyum miring. Ia memang akan menikah tapi bukan dengan Selvia melainkan dengan Deby. Ia ingin lihat bagaimana reaksi orang tuanya nanti saat tahu anak kebanggaan mereka malah menghamili anak seorang pembantu. Obrolan berlanjut mengenai pembahasan pernikahan. Bahkan mereka sudah membicarakan siapa saja tamu yang ingin diundang. Zayn memutar matanya bosan lalu melirik bi Asih yang baru saja menyajikan kue. Zayn tersenyum licik lalu berdiri. "Mau kemana?"Tanya Widura. Zayn mengisyaratkan bahwa ia perlu ke kamar mandi membuat Widura mengangguk. Zayn mengikuti bi Asih yang berjalan menuju dapur. "Bi_" Asih menoleh."Iya Tuan?" "Bisa buatkan saya kopi?" "Bisa tuan. Tunggu sebentar saya buatkan." Zayn mengangguk lalu duduk di sebuah kursi. Tidak lama Asih datang menyajikan segelas kopi. "Ini tuan." Zayn mengangguk lalu tanpa sepengetahuan Asih, ia memasukkan dua butir pil tidur di dalam kopinya. "Bi Asih." Panggil Zayn membuat Asih kembali mendatangi tuan mudanya itu. "Aku tidak ingin kopi lagi, tolong buatkan s**u saja." Asih mengangguk lalu kembali membuat s**u. Selesai membuat s**u ia kembali meletakkannya dihadapan Zayn. Zayn meminum susunya lalu mendorong gelas kopi. "Bi Asih bisa meminum kopinya. Sayang kalau dibuang." ucap Zayn lalu berdiri meninggalkan dapur. Zayn berdiri di luar pintu dapur. Ia harus memastikan bi Asih meminum kopinya. Senyum di wajah Zayn terbit saat bi Asih meminum kopinya. "Bagus." Gumam Zayn senang lalu berjalan meninggalkan area dapur. Zayn berjalan mengendap menuju bangunan belakang. Ceklek.. "Ibu_" Zayn segera menutup pintu saat ia mendengar suara Deby. Gadis itu pasti menyangka kalau yang membuka pintu adalah ibunya. Zayn tersenyum melihat tubuh montok Deby di atas tempat tidur. Gadis itu mungkin sedang mengerjakan tugas sekolah. Terlihat sekali jika ia sangat serius menulis sesuatu di bukunya. "Arghh" Teriak Deby spontan saat sesuatu yang besar menimpa tubuh belakangnya. "Sssttt" Tubuh Deby menegang saat ia mendengar suara seorang pria. Deby menoleh lalu. "Tu__" Zayn segera menutup mulut Deby lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Zayn tersenyum licik lalu membekap hidung dan mulut Deby dengan saput tangannya yang sudah diolesi obat bius. "Eehhmmmmm" Deby meronta beberapa saat hingga tubuhnya melemas dan matanya terpejam. Zayn melepas bekapannya lalu segera melepas seluruh pakaian Deby. Ia harus bermain cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN