Hari ini adalah terakhir Fairel bekerja sendirian di kantor. Tentu saja hari ini pula keputusannya pada sang kakak harus segera terjawab. Kalau tidak, lelaki itu akan benar-benar melakukan hal yang tidak pernah terduga, yaitu menyita semua asset yang telah dikecamkan kemarin. Namun, sampai sore ini Fairel sama sekali belum bisa memutuskan apa pun. Ia butuh waktu tambahan untuk memikirkan semuanya secara matang. Akan tetapi, sang kakak yang begitu menuntut membuat ia tidak bisa melakukan apa pun, selain menyetujui ucapan lelaki tersebut. “Rel, lo udah enggak ada jadwal lagi. Sekarang mau ke mana?” celetuk seorang lelaki membawa sebuah map di tangannya, lalu meletakkan dengan santai tepat di depan Fairel yang memasang ekspresi lelah. “Lo ngapain berekspresi seperti itu? Bukankah dari tadi