bc

Pelangi Untuk Jerry

book_age18+
4.3K
IKUTI
15.6K
BACA
sex
goodgirl
brave
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
campus
engineer
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Jerry yang sekarang, bukan seperti Jerry yang Pelangi kenal 2 tahun yang lalu. Kalau dulu, Jerry yang pertama kali dikenalnya, ramah dan mudah tersenyum.

Pelangi bertemu kembali dengan Jerry sebagai mahasiswi dan Asisten Dosen. Jerry kini terlihat berbeda. Dia begitu dingin dan tidak tersentuh. Lengkap dengan pembawaannya yang ketus terhadap perempuan. Pelangi yang penasaran, mencari tahu penyebab perubahan sikap Jerry dengan berusaha untuk mendekati lelaki itu. Padahal Pelangi sendiri tengah memiliki seorang kekasih.

Bagaimana akhir kisah Pelangi dengan Jerry? Akankah mereka berdua bersatu atau Pelangi memilih untuk tetap bersama kekasihnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Satu
Pelangi sedikit berlari menuju kelasnya. Dia lupa kalau Mario—kekasihnya tidak datang menjemput karena ada kunjungan ke sebuah PT di kawasan Jababeka. Pelangi baru tahu setelah mengecek ponselnya saat duduk di teras kos. Ada notifikasi pesan dari Mario yang mengatakan kalau dia sudah dalam perjalanan ke Bekasi. Pelangi buru-buru menyambar kunci mobilnya dan berkendara dengan kecepatan tinggi. Untung saja  tidak ada kendala selama di jalanan. Pelangi bersyukur, orang tuanya memberi fasilitas mobil padanya sejak dia memutuskan untuk kuliah di Bandung. Pelangi kuliah di salah satu universitas yang cukup terkenal di Kota Kembang itu. Alasan dia kuliah di universitas itu, karena ingin mengikuti jejak sang kekasih yang telah kuliah di sana terlebih dahulu. Mereka berpacaran sejak Pelangi duduk di bangku SMA kelas satu dan Mario kelas 3. Namun, saat lulus Mario memilih untuk melanjutkan kuliah di Bandung. Bagi Pelangi tidak masalah jika cuma LDR Bandung-Jakarta. Toh, dalam sebulan mereka masih bisa bertemu di saat Mario pulang ke Jakarta. "Alhamdulillah... gue nggak telat," ucap Pelangi yang terlihat ngos-ngosan mengatur napasnya. Dia meletakkan tasnya di atas meja, lalu duduk di kursinya. Pelangi melirik jam di pergelangan tangannya. Masih 10 menit lagi mata kuliah pertamanya hari ini dimulai. "Tumben lo agak telat?" tanya Meisya—teman dekat Pelangi sejak semester satu. Sekarang mereka sudah menginjak semester tiga. Di kelas mereka cuma ada delapan orang mahasiswa perempuan. Maklum saja, jurusan Teknik Elektro lebih banyak diminati oleh kaum adam. Tidak banyak perempuan yang mau mengambil jurusan tersebut. Meisya sendiri masuk jurusan itu, karena dia tertarik dengan dunia robotik. Sekarang dia telah bergabung dengan tim robotik di kampus ini. Lain halnya dengan Pelangi, dia hanya mengikut Mario. Pelangi beruntung mempunyai otak yang cukup cerdas sehingga tidak begitu kesulitan memahami materi perkuliahan. Persoalan mau jadi apanya saat lulus nanti, Pelangi tidak begitu memikirkannya. Bukannya banyak yang berkerja tidak sesuai dengan jurusan yang diambil saat kuliah? Pelangi menyengir. "Lupa kalau pacar lagi ada kunjungan angkatan mereka ke Bekasi. Gue malah santai aja nunggu dia." Meisya menggelengkan kepalanya. "Oh ya, lo udah buka grup belum?" "Belum. Ada apa emang?" tanya Pelangi cuek. Dia mengeluarkan ponselnya dan memberikan kabar kepada Mario bahwa dia sudah tiba di kampus. "Hari ini Pak Rudi enggak masuk." "Asikkkkk!!!" seru Pelangi senang. "Gue bisa lanjutin ngedrakor. Semalam belum kelar gue nontonnya." "Ett... jangan kesenangan dulu," ujar Meisya. "Yaelah. Kenapa emang? Ada tugas? Gampang... entar gue kerjain di rumah. Pasti dikumpulin minggu depan 'kan?" Meisya menggeleng cepat. "Bukan! Kita nggak ada tugas. Tapi... katanya untuk beberapa pertemuan, Pak Rudi bakalan digantiin sama asistennya." Pelangi memutar bola matanya. Di saat itu, matanya mengarah ke arah pintu. Mata Pelangi sontak membola—mendapati seseorang yang memasuki kelasnya. Orang itu langsung melangkah menuju meja di depan. Sama sekali tidak melihat ke arah Pelangi. "Kak Jerry?" gumam Pelangi. "Nah, itu asisten dosennya Pak Rudi," ujar Meisya senyum-senyum sembari memutar badannya ke depan. Dia duduk di kursi yang berada di depan Pelangi. Jadi Kak Jerry jadi asisten dosen? Sudut bibir Pelangi terangkat membentuk sebuah senyuman. Asik… kebetulan gue agak susah paham sama mata kuliah Matematika Teknik. Semoga aja Kak Jerry bisa bantuin gue nanti. "Pagi semua," sapa Jerry dingin. "Pagi, Kak!" balas para mahasiswa serentak. Mereka semua memanggil Jerry dengan sebutan kakak karena sudah tahu bahwa asisten dosen ini merupakan kakak tingkat mereka. Mahasiswa S-2 yang sebentar lagi akan menyusun tesis. "Baiklah. Saya mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Jerry Arlando, asistennya Pak Rudi sekaligus kakak tingkat kalian juga. Saya masih berstatus mahasiswa, tepatnya mahasiswa yang sedang menempuh program Magister. Cukup sekian dari saya, ada yang mau ditanyakan?" Semua mahasiswa hanya diam, tidak ada yang bertanya. Jerry berdehem. "Oke kalau nggak ada yang bertanya. Sebelum memulai materi pada hari ini, saya akan mengabsen nama kalian, biar saya bisa mengenali kalian. Karena saya akan mengajar di kelas ini untuk beberapa kali pertemuan. Harap mengacungkan tangan kalian jika namanya saya sebut." Jerry mulai mengabsen satu-persatu mahasiswa di kelas tersebut. Hingga tiba di saat dia menyebutkan nama Pelangi. "Merlitta Pelangi Dikjaya... " Jerry mendongak. Pandangan mereka beradu—dengan Pelangi yang menatapnya sembari tersenyum manis. Adiknya Satria? Tentu Jerry masih ingat. Gadis manis yang waktu itu dia temani di rumah sakit ketika Guntur dihajar oleh Satria. Setelah itu, dia pernah beberapa kali tidak sengaja bertemu ketika sedang bersama Satria. Berbeda dengan Pelangi, Jerry menatapnya datar, tidak tersenyum sama sekali. Perlahan, senyum di wajah Pelangi memudar. Kak Jerry kok nggak balas senyuman gue, ya? Ah, mungkin karena dia sebagai pengganti dosen di sini, nggak mau terlihat kenal dekat sama gue. Pelangi terus memperhatikan Jerry yang masih mengabsen sisa mahasiswa yang belum dia sebutkan. *** Pelangi sengaja keluar kelas paling belakangan. Teman-temannya sudah berhamburan keluar kelas, mungkin ke kantin, cafe dekat kampus atau pergi menemui pacar mereka. Pelangi sengaja menunggu Jerry yang tengah merapihkan laptop dan bukunya ke dalam tas. Setelah dilihatnya Jerry sudah hampir selesai, Pelangi menghampiri lelaki itu. "Kak Jerry," sapa Pelangi sumringah. "Masih inget sama aku 'kan? Aku Pelangi, adiknya Kak Satria." Jerry menoleh sekilas lalu membalasnya dengan sebuah deheman. "Kak Jerry apa kabar?" "Baik," balas Jerry singkat tanpa menoleh. "Oh, syukurlah." Pelangi jadi merasa agak canggung. Jerry seperti mengacuhkannya. "Kak Jerry kenapa nggak dateng waktu nikahan Kak Satria?" "Gue sibuk." Pelangi manggut-manggut. Walau dalam hatinya, Pelangi penasaran. Jerry adalah sahabat terbaik kakaknya. Sesibuk apakah Jerry sehingga tidak bisa menghadiri acara pernikahan sahabatnya sendiri? Jerry mulai berjalan hendak keluar kelas. Dia meninggalkan Pelangi begitu saja. Pelangi memanyunkan bibirnya. Dia mengikuti langkah kaki Jerry dari belakang. "Kak, tunggu!" serunya. Jerry berdecak. Dia memutar badannya menghadap Pelangi. "Apa?" tanyanya dingin, raut wajahnya berusaha untuk tidak menunjukkan kekesalannya. "Boleh minta nomor HPnya, Kak?" Sebelah alis Jerry terangkat naik. "Buat apa?" "Umm... bu-at... buat nanya-nanya nanti tentang materi kuliah yang nggak aku ngerti," ucap Pelangi gugup. Tangannya meremas rok yang dia kenakan. Walau malas, Jerry tetap memberikan nomor ponselnya kepada Pelangi. "Thanks, Kak!" ucap Pelangi senang. "Hmmm. Jangan chat gue kalau nggak penting. Ingat, hanya tentang materi kuliah aja lo boleh hubungi gue." Setelah mengatakan itu, Jerry berlalu dari hadapan Pelangi. Kak Jerry kenapa berbeda? Dia nggak ramah dan murah senyum kayak waktu dulu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
203.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.6K
bc

My Secret Little Wife

read
115.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook