Ryandra dan teamnya kini menempati ruangan baru yang jauh lebih luas dan letaknya pun berada dilantai yang lebih tinggi dari ruangan mereka sebelumnya. Dengan pengaturan layout yang sama dimana ada sebuah tembok kaca dalam ruangan itu memisah antara meja kerja Ryandra dan teamnya. Ryandra tetap memiliki ruangan khusus dalam ruangan teamnya.
Ryandra mengumpulkan semua anggota teamnya di dalam ruang meeting milik mereka yang baru. Ia menatap kelima anggota teamnya yang sudah ada ditambah lima anggota baru yang sudah berada di dalam ruangan itu. Mila dibagian food and baverages, Jesslyn dibagian fashion, Ardian dibagian tourism, Imran dibagian mining dan Doni dibagian transportation.
"Hari ini Mila, Jesslyn, Ardian, Imran dan Doni bergabung dalam team ini. Saya yakin tadi pagi masing-masing sudah saling berkenalan dan tau siapa teamnya. Bayu, Hilman, Langit, Emily dan Keyra, saya harap kalian bisa membantu mereka yang baru join hari ini dan seperti biasa setiap senin kita ada weekly meeting kita akan mulai lima menit lagi di sini."
Semua mata dan telinga fokus mendengarkan ucapan Ryandra dan ketika Ryandra mengakhiri arahannya, semua mulai menuju meja kerja mereka masing-masing dan mempersiapkan diri untuk meeting bersama dengan Ryandra.
Ryandra fokus membahas pekerjaan hingga satu jam berlalu dan weekly meeting pun berakhir. Keyra kembali ke kursinya yang kini berhadapan dengan Mila. Keyra kembali fokus dengan pekerjaannya setelah menjelaskan apa yang harus mereka kerjakan. Ryandra pun sudah membagi pekerjaan Keyra dan Mila walau begitu Ryandra tetap meminta Keyra membimbing Mila. Keyra merenggangkan tubuhnya sesaat.
"Mbak Key, aku mau tanya boleh?"
Keyra menoleh menatap Mila dan mengangguk. Mila membawa laptopnya ke meja Keyra dan Keyra pun mulai membimbing Mila. Keyra dengan sabar membantu Mila. Hal yang sama pun terjadi pada keempat seniornya. Keempat seniornya yang lain pun hari ini lebih banyak membantu para anggota yang baru dibanding memegang pekerjaan mereka sendiri.
"Ra, masuk ke ruangan saya sebentar."
Satu titah keluar dari mulut Ryandra yang baru saja kembali ke ruangan entah dari mana ia berasal. Sebagai karyawan, Keyra hanya bisa mengikuti perintah Ryandra. Dengan sigap Keyra mengambil buku catatannya dan masuk ke dalam ruangan Ryandra. Keyra mengetuk pintu dan masuk mendapati wajah Ryandra yang terlihat dalam kondisi tidak baik.
"Alga food sekarang ajuin berapa proposal resto baru, Ra?" tanya Ryandra dengan wajah serius menatap Keyra.
"Lima Pak, Empat yang saya kerjakan dan satu yang Mila kerjakan."
Ryandra mengangguk pelan sambil berfikir. "Kita perlu selesaikan tiga dengan segera. Korea, Jepang, Italia. Kita fokus itu saja. Utamakan Korea karena resto Korea sepertinya sedang menjamur tapi tolong pastikan lagi. Coba cek tren pasar soal ini."
Keyra mengangguk sambil mencatat. "Kamu fokus pada Korea dan Jepang. Resto Italia bisa kamu delegasiin ke Mila. Yang lain kamu abaikan dulu aja. Kita punya target yang harus dikejar di Alga food."
"Baik, Pak. Ada lagi?" tanya Keyra sambil menatap Ryandra dan buku catatannya bergantian.
Ryandra diam sejenak berfikir. "Kirim ke saya kedua report kamu besok."
Mata Keyra spontan membesar dan telinganya menajam. "Besok, Pak?" tanpa wanita itu sadari nada suaranya meninggi karena kaget.
Ryandra memandang Keyra dengan tatapan datar. "Iya, besok. Kamu kerjakan satu hari ini dan satu besok."
"Besok banget, Pak?" Keyra memastikan.
Ryandra bersedekap dan menyenderkan punggungnya di kursi. "Iya, besok. Gak usah kebanyakan nego kamu. Kamu pikir lagi di pasar? Kalo kamu fokus kerja, jangan ngobrol sama senior-senior kamu itu, satu hari bisa selesai satu report, Ra." Ryandra menjawab dengan santai namun ada nada nyinyir dan menyebalkan yang Keyra tangkap.
"Pak..."
"Semakin lama kamu protes semakin habis waktu yang kamu miliki, Ra..." Ryandra memotong ucapan Keyra.
Keyra menutup mulutnya dan memandang kesal Ryandra.
"Kamu bisa keluar dan share soal ini ke Mila. Saya ada meeting lagi jadi kamu bantu jelasin ke Mila."
Wajah Keyra tertekuk sempurna. "Saya permisi."
Ryandra mengangguk dan membiarkan Keyra keluar dari ruangannya. Begitu pintu tertutup sempurna, seulas senyum tipis muncul diwajah Ryandra sambil menggelengkan kepalanya mengingat percakapannya barusan dengan Keyra. Sementara itu Keyra yang sudah duduk di kursinya kembali kini sedang memejamkan matanya sambil berusaha menahan emosi dan keinginannya untuk mengomel.
"Key... Aman lo?"
Satu pertanyaan dari Bayu bagaikan kunci yang membuka pintu yang wanita itu berusaha tutup. "KESEL GUE, MAS!"
Semua mata kini memandang Keyra. Keyra menghela nafas panjang dan menatap Mila. "Mila, kerjaan lo tadi tinggalin aja. Gue share proposal resto Italia. Lo fokus kerjain itu aja. Si Bos tadi gak bilang minta laporan lo soal ini kapan tapi dia minta laporan punya gue besok jadi jaga-jaga aja, besok laporan lo kelar."
Keempat seniornya memandang Keyra dengan tatapan kasihan. "Semangat, Key. Bisa... Lo bisa..." Hilman kali ini bersuara menyemangati Keyra.
Keyra mendengus sinis. "Bisa gila maksud lo, Mas?"
Keempat seniornya tertawa untuk mencairkan suasana. Ruangan itu pun kembali sepi karena mereka semua fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ketika jam pulang, hanya Bayu dan Keyra yang tetap tinggal di kantor bersama Ryandra yang masih setia di dalam ruangannya.
"Key, udah jam delapan. Lo udah kelar? Gue udah nih. Laper banget." tanya Bayu sambil merenggangkan tubuhnya.
Keyra menggelengkan kepalanya sambil fokus pada laptopnya. "Lo duluan aja, Mas. Gue nanggung banget nih, dikit lagi."
"Yakin?"
"Yakin. Duluan sana. Bini lo nunggun dirumah."
Bayu terkekeh. "Tau aja lo. Gue duluan ya. Jangan malem-malem lo."
Keyra mengangguk tanpa melepaskan tatapannya dari laptopnya. Ia berusaha fokus agar besok ia bisa memulai reportnya yang lain hingga tidak terasa jam sudah menunjukan jam sepuluh malam ketika ia selesai mengerjakan reportnya. Keyra merenggangkan tubuhnya dan mulai bersiap-siap merapihkan mejanya.
"Kamu baru mau pulang?"
"ASTAGANAGABUAYA! Ngapain muncul tiba-tiba kayak setan begitu sih Pak?!" Keyra kaget setengah mati.
Ryandra memandang Keyra datar. "Lebay kamu, Ra."
"Jantung saya cuma satu. Kalo saya serangan jantung karena ulah bapak tadi gimana?!"
"Saya kasih jantung saya ke kamu." Ryandra menjawab dengan nada santai.
Keyra memutar bola matanya sambil membereskan barang-barangnya. Macam bisa aja dia kasih jantungnya ke gue.
"Kamu pulang naik apa?"
"Naik taksi, Pak."
"Bareng saya aja..."
Keyra membereskan barangnya dengan cepat. Pulang bareng bapak? Ogah! Mending naik taksi. "Enggak usah repot-repot, Pak. Terima kasih saya naik taksi aja."
"Saya gak repot. Pulang malem-malem sendirian bahaya. Kamu bisa dijahatin orang." Ryandra menjawab dengan nada yang entah mengapa terdengar meneyebalkan di telinga Keyra.
Keyra mendelik sengit. "Bapak doain saya dijahatin orang?"
Ryandra memandang datar Keyra. "Bukan doain, Ra. Tapi saya menasehati tadi."
"Terima kasih nasehatnya, Pak. Saya pulang sendiri naik taksi. Biasanya juga aman-aman aja." Keyra sudah siap pulang membawa barang-barangnya. Ryandra hendak menimpali ucapan Keyra namun wanita itu sudah lebih dahulu membuka suara. "Saya permisi, Pak." Keyra pun melenggang pergi meninggalkan Ryandra yang masih berada ditempatnya.
"Ck! Keras kepala."