Dalam satu bulan, ada satu hari dimana semua karyawan akan masuk ke kantor dengan penuh semangat. Alasannya utamanya, hari itu adalah hari gajian. Hari dimana rekening mereka akan menggemuk secara signifikan dalam sekejap mata sebelum saldo rekening mereka kembali menciut karena semua tagihan dan cicilan yang mereka miliki harus dibayar dengan segera.
"WOW! GAJI SAMA BONUS CAIR,GUYS!"
Bayu berteriak dengan penuh semangat sambil melihat ponselnya. Teman-temannya yang lain pun spontan mengecek rekening mereka masing-masing melalui ponsel mereka. Senyum-senyum bahagia pun terbit tidak lama kemudian membuat pagi mereka terasa indah. Kabar gaji ditambah adanya bonus cair memang akan selalu membuat karyawan manapun tersenyum lebar walaupun akhir bulan akan selalu menjadi hari tersibuk bagi beberapa divisi yang harus melakukan closing.
"Alhamdulilah... Bonus cair jadi sepatu inceran gue aman..." Hilman berucap sambil memandangi ponselnya.
"Flexing terus lo, Mas."
"Gue bukan flexing, Em. Gue menggunakan gaji dan bonus gue buat menunjang penampilan gue biar makin kece badai."
Emily memutar bola matanya. "Tapi gak perlu sampe berlebihan juga kali, Mas. Mending lo pake gaji lo buat investasi."
"Investasi gue di penampilan, Em. Kalo gue gak kece mana ada cewek yang mau ngelirik gue."
Emily hanya berdecak mendengar jawaban Hilman..
"Tapi penampilan lo udah kece badai dari atas sampe bawah juga masih jomblow aja, Man." Bayu menimpali.
Hilman cemberut karena ucapan Bayu sementara teman-temannya yang lain tertawa. Kabar gaji dan bonus emang selalu membawa kebahagiaan. Berawal dari pembahasan soal gaji dan bonus cair, pembahasan bisa melebar kemana-mana. Emang bahagianya karyawan itu sebenernya simple. Cukup denger kabar kalo gaji udah masuk rekening, ada bonus cair, besok itu ada libur tanggal merah, hari ini ada makan siang gratis dan masih banyak lagi sebenernya sih.
Selama bekerja di Algantara Group, Keyra pun merasakan semua itu namun kebahagiaan itu ternodai dengan kehadiran Ryandra sungguh menguji batas kesabarannya. Ryandra senang memberinya pekerjaan mendadak disaat-saat yang tidak tepat. Kesabarannya yang setipis tisu pun terus diuji. Emosinya yang kembang kempis seperti semudah balon yang ditiup dan dikempiskan pun membawa pengaruh. Bosnya itu juga senang memintanya merevisi report-report yang ia kerjakan. Bosnya pun dengan senang hati memberinya deadline yang kadang tidak masuk akal. Keyra sungguh merasa umurnya berkurang setiap hari karena ia selalu merasa kesal dengan tingkah ajaib bosnya itu.
Merasa tidak sanggup, Keyra pun bertekad mencari pekerjaan lain. Ia ingin pekerjaan yang tidak seperti yang ia lakukan saat ini. Ia sadar bahwa ia tidak memiliki kehidupan sosial karena pekerjaannya yang Ryandra berikan. Keyra bertekat mencari pekerjaan baru, dimana pun yang tidak ada Ryandra Algantara. Keyra sudah mengirim CVnya melalui web iklan lowongan pekerjaan. Keyra juga mencari lowongan melalui kenalannya. Keyra beberapa kali melakukan interview namun sayangnya belum ada interview yang berakhir sukses.
Ditengah-tengah serunya pembahasan para the mighty kacung kampret business analyst, pintu ruangan divisi mereka terbuka. Ryandra saja baru kembali.
"Kenapa lo senyum-senyum gitu, Bay?" Ryandra menatap Bayu dengan pandangan heran.
Bayu menjawab pertanyaan Ryandra dengan wajah dan senyum lebarnya, "Gaji sama bonus udah cair, Bos."
Ryandra memandang Bayu dengan wajah dan tatapan datar setelah mendengar jawaban karyawannya itu. Ryandra pun berlalu menuju ruang kerjanya. Ryandra hanya sebentar di dalam ruang kerjannya dan ia kembali keluar dari ruangannya itu kemudian kembali pergi. Sepeninggal Ryandra, semua kembali fokus bekerja termasuk Keyra. Keyra tidak ingin hasil kerjanya kembali dicoret-coret apa lagi dibuang ke tong sampah. Keyra berusaha fokus hingga tiba-tiba ponsel Keyra bergetar membuat perhatian wanita itu langsung beralih pada benda pipih berbentuk persegi panjang itu.
Ra, ikut meeting di ruang meeting lantai 12 ya. Bawa laptop dan report soal resto Korea.
Satu pesan yang Ryandra kirimkan berhasil membuat Keyra dengan kecepatan kilat bersiap-siap dan menuju ruangan yang Ryandra sebutkan. Keyra mengikuti meeting dengan serius. Keyra duduk disebelah Ryandra dan tenggelam dalam meeting yang berlangsung hampir tiga jam lamanya. Meeting sudah berakhir beberapa menit yang lalu namun Keyra masih berada di dalam ruang meeting sambil merapihkan reportnya sesuai hasil meeting yang berjalan tadi.
"Kemarin kenapa gak masuk?"
Keyra menoleh kaget mendapati bosnya ternyata kembali masuk ke dalam ruangan itu dan duduk dihadapannya. Keyra pun menghentikan kegiatannya dan menatap bosnya itu sejenak dan menjawab, "Kan saya sudah info... Saya sakit, Pak. Enggak enak badan."
"Gak enak badan? Cek ke dokter?" tanya Ryandra lagi sambil bersedekap menatap Keyra.
Keyra mengangguk dan menjawab, "Cek, Pak." Bohong. Keyra berbohong karena sesungguhnya kemarin Keyra tidak sakit melainkan ia pergi untuk melakukan interview user dengan perusahaan Diratama. Keyra mengetahui lowongan itu dari teman satu angkatannya dulu. Keyra pun buru-buru kembali menatap laptopnya menghindari menatap bosnya. Sejujurnya Keyra takut Ryandra bisa menyadari kebohongannya.
"Cek dokternya di rumah sakit apa klinik?" Cecar Ryandra lagi. Kini Ryandra memajukan posisi duduknya sedikit.
"Klinik, Pak." Keyra menjawab dengan nada yakin. Ia berusaha konsisten walaupun kini perasaannya mulai tidak enak karena pertanyaan yang bosnya berikan terlebih ia merasa bosnya kini sedang memberinya tatapan tajam.
"Ohh..." Ryandra mengangguk-angguk sambil terlihat berfikir lalu kembali menatap tajam Keyra. "Kliniknya di Diratama?" Ryandra memandang Keyra dengan senyum sinis bin nyebelin.
Tubuh Keyra menegang sempurna. Keyra sungguh berharap bumi yang ia pijak terbelah dan menenggelamkan dirinya. Keyra menatap Ryandra yang kini sudah memandangnya dengan cara yang amat sangat menyebalkan dan Keyra tetap konsisten dengan jawabannya, "E- Enggak kok."
Ryandra menyeringai sinis. "Yakin?"
Keyra mengangguk cepat walau dalam hatinya kebat-kebit saat ini karena percakapannya dengan Ryandra. Ryandra dengan santai kembali menyenderkan punggungnya ke kursi dan kembali bersedekap. "Kamu kerja di Alga seingat saya belum lama, Ra. Seingat saya baru mau ada dua tahun, ya? Belum lama sudah mau resign? CV kamu nanti gak bagus historynya. Saran saya tunggu satu atau dua tahun lagi, Ra."
Keyra menggelengkan kepalanya. Terus berusaha konsisten menyangkal. "Saya enggak mau resign, kok."
Ryandra kembali menganggukkan kepalanya dan jari tangan kanannya kini memegang dagunya seolah sedang berfikir menimbang-nimbang sesuatu lalu menatap Keyra sinis. "Ah... Tidak mau resign."
Keyra mengangguk cepat. Ryandra pun langsung berdiri lalu berjalan ke arah pintu. Keyra menghela nafas berfikir bahwa Ryandra sudah selesai berbicara dan hendak meninggalkannnya. Namun dugaan Keyra salah. Tepat sebelum Ryandra memegang handle pintu, pria itu berbalik dan menatap Keyra dengan pandangan menyebalkannya. "For your information, Saya dan CEO Diratama itu teman satu kampus dulu dan kemarin saya liat dengan mata saya sendiri saat kamu masuk ruang interview, Ra."
Ryandra meninggalkan Keyra sendiri di dalam ruangan itu dengan wajah merah padam. Keyra malu dan kaget mendengar apa yang baru saja bosnya itu katakan. Dirinya benar-benar ketahuan berbohong. Bahkan tadi Keyra menggigit bibir bagian dalamnya secara spontan mencegah dirinya berteriak. Keyra tidak pernah menyangka dirinya akan ketahuan seperti ini.
Saat ini Keyra sungguh-sungguh berharap ia memiliki kekuatan untuk menghilangkan masa lalu atau menghilangkan ingatan.
Ugh! Gue malu.