TKOW 03

1914 Kata
Peter kaget saat mendengar ucapan ayahnya Max ditelepon. Bagaimana tidak? Ayahnya yang berkuasa dan membuat semua orang di kota London itu takut dan tunduk patuh padanya. Sepagi itu hanya menghubungi Peter dan mengadu hanya karena hal sepele. Astaga... "Kau tahu Peter. Karena mu, Rose ku tidak berbicara padaku mulai semalam. Menyuruhku tidur di luar dan tidak memasakkan ku sarapan!" ucap Max dengan frustasi dan terdengar sangat kesal. Peter hanya terkekeh, ayahnya yang selalu berkuasa itu selalu takluk pada ibunya. “Itu bukan urusanku, Daddy," jawaban singkatnya, pasti akan semakin membuat Max mengeram frustasi. "Hey, kau anak nakal. Di mana kau berada, huh? Rasanya ingin sekali, aku memukul kepalamu itu karena sudah membuat Rose marah padaku dan aku kalang kabut mencarimu,” sungut Max dengan penasaran. "Apa sesulit itu melacak keberadaanku?" "Kau selalu berhasil mengecoh, Daddy mu ini Peter, bahkan semua identitasmu lenyap. Termasuk sinyal card harta karunmu itu ..." lirik Max dan Peter semakin terkekeh di buatnya. "Kenapa tidak melacak melalui nomor ponsel ini, Dad?" Peter menggoda Max dan terdengar max mengeram kesal. "Sama saja aku buang-buang waktu. Kau pasti sudah melakukan sesuatu!" kesalnya. “katakan di mana posisimu sekarang!” "Tenanglah, Daddy, aku hanya ingin berpetualang sendiri. Dan aku akan menghubungi My Flower tercantikku itu. Dan kupastikan kau akan memakan masakannya lagi,” ucap Peter dan Max hanya menjawab dengan gumaman. "Baiklah, jaga dirimu dan hubungi aku jika terjadi sesuatu ...." "Of course. Kau juga," jawab Peter dan sambungan itu pun mati. Peter melangkah memasuki kamarnya, lalu melangkah ke kamar mandi. “setelah sarapan, aku harus memulai semuanya," liriknya kemudian menghilang dibalik pintu kamar mandi. **** "Hey, Jasmine ..." Jasmine menoleh saat namanya dipanggil. Seorang wanita cantik seusia dengannya menghampirinya sambil terengah-engah. "kau jahat Jasmine, kau membuatku berkeringat karena mengejarmu ..." ucapnya sambil mengusap keningnya. "Hihihi ... maafkan aku Anna, aku tidak mendengar tadi," ucapnya sambil terkekeh. "Jasmine, tugasmu sudah selesai?" tanya wanita bernama Anna itu. Jasmine mengangguk kemudian sebelah alisnya terangkat. "Jangan katakan kau tidak mengerjakannya dan ingin menyontek lagi!" Anna hanya tersenyum polos menampakkan deretan giginya yang putih, dan Jasmine hanya menggeleng pelan. Temannya itu akan selalu lupa karena waktu kosongnya hanya dia mementingkan kesenangannya saja. "baiklah ayo kita ke kelas ..." ajak Jasmine kemudian. Persahabatan mereka sangat erat, Jasmine sudah bersahabat dengan wanita yang disapa Anna itu sejak di bangku Sekolah menengah atas. Hanya saja, Anna lebih beruntung darinya. Pemilik nama lengkap "ANNASTASIA THOMAS" itu, adalah anak dari seorang Billionaire di kota Paris dengan nama "AXELENDRA THOMAS" Meskipun Anna anak dari seorang billionaire, Anna sangat baik padanya. Anna tidak pernah membedakan Jasmine dengan teman-temannya yang lain. Bahkan Anna sering membantunya meskipun kebanyakan Jasmine menolak. Kehidupan Anna sangat glamour. Semua keinginannya terpenuhi. Hanya saja, kapasitas otaknya berada di bawah Jasmine. Anna bukanlah mahasiswi pintar. Tapi, kekayaan yang dimilikinya tentu tak bisa di bandingkan dengan Jasmine. Bagaikan langit dan bumi. "Jasmine. Nanti malam ada party. Kau ikut, ya? Please....” ucap Anna dengan memohon sambil menyalin catatan yang dia contek dari Jasmine. "Maaf Anna, aku tidak bisa. Aku tidak mungkin meninggalkan ibuku sendirian, lagi pula aku harus membantu mengemas s**u. .." tolak Jasmine. Anna hanya menatapnya dalam. Kehidupan Jasmine sangat susah. Selama ini Jasmine tidak pernah mau ikut berfoya-foya dengannya. Meskipun terkadang Anna yang akan mentraktirnya. Jasmine cenderung tertutup dengan dunia luar, hanya di kampus saja Anna bisa berbaur dengan sahabatnya itu. Penampilan Jasmine pun sangat sederhana. Jasmine selalu memakai jeans dan kemeja kotaknya, yang banyaknya bisa dihitung jari. Terkadang Jasmine juga memakai dress nya yang tentunya hanya itu-itu saja. Rambut panjangnya yang indah hanya Jasmine ikat asal. Tapi entah kenapa kecantikan dan pesona Jasmine selalu saja membuat wanita lain menatapnya iri termasuk Anna. Jasmine juga tak menghiraukan gunjingan orang lain. Di kampus orang-orang sering mengatainya, karena hanya memiliki sepeda kayuh yang sudah usang atau gadis miskin penjual s**u. Sampai-sampai Anna berang sendiri, tapi apa yang dikatakan Jasmine. "Anggap saja anjing menggonggong Anna ..." Dan Anna tidak bisa melakukan apa-apa lagi jika Jasmine sudah mengatakan hal itu. Jasmine selalu menyikapi semuanya dengan sabar dan tenang. Lalu seorang wanita dengan pakaian sexy juga barang-barang mewah yang melekat di tubuh indahnya masuk ke kelas itu, hingga para pria bersiul menggodanya. Wanita itu masuk dengan beberapa wanita yang mengikutinya di belakang. Dari tampilannya saja, wanita itu adalah putri dari orang-orang kaya. Jika tidak, mana mungkin mereka akan memakai barang-barang mewah yang harganya selangit itu. Wanita itu dengan angkuh menghampiri meja Jasmine dan mendecik sambil menatap Jasmine seolah sampah menjijikkan. “Aku heran, kenapa wanita kumal dan penjual koran ini masih berada di kampus seelit ini?" ucap wanita itu sambil duduk di meja Jasmine. Anna bangkit dari duduknya, tapi Jasmine menahan Anna, dan menggeleng pelan. “Dia sudah menghinamu Jasmine, aku tidak bisa diam saja!" ucap Anna dengan mata berkilat tajam. Anna adalah orang pertama yang tidak akan terima jika Jasmine dihina. Wanita itu hanya menatap mengejek sambil memainkan rambut pirangnya dengan jari telunjuknya. "Biarkan saja Anna. Lagi pula aku bisa kuliah di sini, bukan karena kekayaan orang tuaku ...” ucapan Jasmine yang bernada lembut itu membuat Anna tersenyum menang dan wanita itu memerah dan kesal mendengar ucapan Jasmine yang secara tak langsung menyindirnya. Braakk! “Kau sadar apa yang kau katakan itu, huh?!" bentak wanita itu sambil memukul meja dengan keras. "Untuk apa kau marah? Aku tidak membicarakanmu kecuali kau yang merasa tersindir,” ucap Jasmine dengan tenang. Tapi mampu membuat semua seisi kelas menatap tak percaya. Jasmine sudah berani menantang wanita itu, yang berarti menantang mautnya. Selama ini, di kampus itu tidak ada yang berani menantangnya meskipun wanita itu sering berbuat semena-mena. Dan Jasmine, dia sudah biasa mendapat hinaan dari wanita di depannya dan jalan satu-satunya untuk menghadapi wanita itu adalah dengan tenang dan sabar. Wanita itu semakin menatapnya marah, dia tidak terima jika seseorang menentangnya. Dia sudah terbiasa dimanja dan semua keinginannya selalu dikabulkan sejak masih kecil. Dan sekarang seorang wanita miskin seperti Jasmine berani menjawab perkataannya dan menentangnya. Wanita itu mengangkat tangannya hendak menampar Jasmine. "Beraninya, kau!” Tetapi ... "Akhhhh!" bukan Jasmine yang meringis sakit, tapi wanita itu. Karena tangannya yang dicekal oleh Jasmine. "Jangan menyentuhku, aku tidak mau berurusan denganmu!" lirik Jasmine kemudian melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan wanita itu. Wanita itu meringis sambil memegang tangannya yang memerah. “Kau akan menyesal wanita miskin!" ancamnya kemudian pergi. Anna menatap Jasmine kemudian memeluknya erat. "Kau memang hebat Wonder Woman!" "Kau berlebihan Anna,” jawab Jasmine. Kemudian mereka terkikik geli dan kembali duduk di tempatnya. **** Hari sudah malam Jasmine sedang membantu ibunya mengemas s**u dan menggulung beberapa koran. "Bagaimana kuliahmu, sayang?" tanya Kathe sambil merapikan botol-botol s**u itu. Jasmine tersenyum sambil menggulung rambutnya ke atas. "Semuanya lancar Ibu. Setelah aku lulus aku akan mencari pekerjaan yang layak, agar hidup kita menjadi lebih baik." Kathe menatap Jasmine dengan mata berkaca-kaca. Putrinya harus mengalami semua kemalangan ini karenanya. Jasmine yang melihat itu menggeser duduknya dan memeluk ibunya. "Jangan menangis, Bu, Ibu membuatku semakin merasa tidak berguna ..." liriknya. Kathe mengusap air matanya. Dia merasa sangat sedih. Putrinya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang biasanya putri lain dapatkan. "Maafkan Ibu. Justru Ibu adalah Ibu yang tidak berguna Jasmine," ucap Kathe tergugu. Jasmine menggeleng pelan. "Ibu adalah ibu terbaik di dunia.” Cup! Jasmine mengecup pipi ibunya dan Kathe juga membalasnya. "Istirahatlah. Ibu pasti sangat lelah bekerja seharian," ucap Jasmine kemudian mengajak Kathe masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Peter sedang berada di ruangan privatnya. Matanya fokus memandang tajam ke depan layar sedangkan jarinya sibuk mengutak-atik laptop di depannya. "Arrgghhhh! Kenapa orang itu harus memakai penutup kepala segala!" geram Peter saat melihat hasil rekaman CCTV di depan rumahnya. "Aku yakin dia satu-satunya pengantar s**u di sini," lirih Peter sambil tersenyum miring. "aku akan menangkapmu, kau sudah berani bermain-main denganku," ucapnya kemudian meminum cokelat panasnya. Peter juga sedang mempersiapkan beberapa berkas miliknya, dia akan melamar kerja di sebuah perusahaan besar di kota itu dan Peter sudah menemukan target perusahaan yang akan menjadi tempatnya bekerja. "Besok, aku akan memulai semuanya..." gumannya kemudian mematikan lampu di ruangan itu dan kembali ke kamarnya. **** Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Peter sedang berdiri dibalik jendela dan memantau keadaan depan rumahnya. Peter sengaja tidak bersepeda pagi ini, hanya untuk menangkap pelaku itu. Peter merasa sangat kesal danmerasa penasaran, kira-kira siapa orang yang sudah berani mengotori mobilnya. Lalu tak lama, di jalan depan rumahnya, Peter melihat seseorang meletakkan sepedanya lalu membawa botol s**u dan koran di tangannya. Tapi, belum saatnya dia keluar dan menangkapnya. Karena pengantar s**u itu masih mengantarkan s**u untuk rumah di seberang jalan. Lalu pengantar s**u itu kembali ke sepedanya, mengambil sebotol s**u dan koran lalu melangkah memasuki halamannya. Peter terus memperhatikannya, hingga pengantar s**u itu berada di depan pintu rumahnya dan meletakkan s**u yang di bawanya. Saat pengantar itu sudah hendak pergi, Peter keluar dan mencekal tangannya. “Kena kau!" liriknya sambil mencekal tangan orang itu. Si pengantar s**u itu berontak dan mencoba melepaskan cekalannya. "Ampun, Tuan. lepaskan saya," ucapnya dengan memelas. Peter hanya terkekeh pelan. "Kau bilang ampun setelah mengotori mobilku, huh? Jangan harap!" Pengantar s**u itu membalikkan badannya dan menatap Peter heran. "Apa maksud Tuan? Saya tidak mengerti." "Jangan sok bodoh. Kemarin kau yang sudah mengotori mobilku!" bentak Peter dan orang itu menggeleng pelan. "Maaf Tuan. Tuan salah sangka, bukan saya yang melakukannya," ucap orang itu dengan gemetar. "Aku sudah melihatmu di CCTV. Kau tidak bisa mengelak lagi!" ucap Peter dengan tajam "Oh, Tuan itu bukan saya. Saya hanya menggantikan pekerjaannya pagi ini," ucap orang itu dengan menunduk. "Maksudmu?" tanya Peter dengan mengernyit bingung. "Dia Jasmine Tuan. Teman saya sesama pengantar s**u," ucap pria itu. Ya pagi ini, Jasmine tidak bisa mengantar s**u karena masih banyak tugas yang dikerjakannya. Peter mendesah kecewa, dia sudah sangat ingin menangkap pelaku yang mengotori mobilnya, dan membuat perhitungan. Peter membiarkan pria itu pergi. Lalu kembali masuk ke dalam rumahnya. "Arghhh! Jasmine, Jasmine, Jasmine! Siapa sebenarnya wanita itu? aku akan benar-benar membuat perhitungan dengannya!" racau Peter sambil mengacak rambutnya asal. **** Sedangkan Jasmine sedang terkikik geli di kamarnya sambil menyiapkan alat kuliahnya. Pagi ini sengaja dia tidak mengantarkan s**u karena pria yang dikerjainya pasti akan memata-matainya. Jasmine sedang mengobrol dengan Anna via telepon, dan Anna malah tertawa keras mendengar cerita Jasmine. "Hahahha ... pasti pria sombong itu semakin kesal dan frustasi. Ini pagi yang sangat menyenangkan Anna," ucap Jasmine sambil tertawa terbahak-bahak. “Hihihi ... Aduh, Jasmine. Kau membuatku sakit perut karena tertawa. Kau memang wanita jenius Jasmine. Kau hebat!" ucap Anna di seberang sana. "Tapi bagaimana dengan hari selanjutnya? Bagaimana jika kau tertangkap, Jasmine?" lanjut suara Anna di telefon. "Tenang Anna. Aku akan mematahkan tangannya jika berani menyentuhku!" jawab Jasmine dan Anna kembali tertawa keras. "Pfftt ... Hahaha ... baiklah. Baiklah, Jasmine. Aduh, lanjutkan ceritamu di kampus okay. Aku belum mandi, nanti aku telat dan seperti biasa kau akan mengomel," ucapnya dan Jasmine tersenyum. "Baiklah. See You...." Jasmine mematikan ponselnya dan bersiap berangkat ke kampus. **** Dengan memakai setelan kemeja dan jasnya, Peter mengendarai mobilnya membelah jalanan padat kota Paris. Hari ini dia akan mendaftar kerja dan Peter pastikan dia akan diterima, di kantor itu mengingat pengalaman kerja dan gelar miliknya. Meskipun usianya masih 22 tahun Peter sudah menyandang gelar tertinggi seorang sarjana karena kecerdasannya. Peter berhenti dan turun dari mobilnya, sebuah gedung pencakar langit di depannya membuat Peter menatap gedung itu lama. Gedung yang tidak ada apa-apa dibandingkan gedung perusahaan miliknya di London. Tapi, dia harus melakukannya karena ini petualangannya dan dia pun menyukai sebuah tantangan. Peter melangkahkan kaki ke dalam kantor itu setelah membaca rangkaian huruf besar berwarna silver di atasnya. " KING'S OF THE PARIS "ALEXANDER "  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN