Luis benar-benar dibuat kaget dan belum bisa berkata apapun saat di atas mobil. Sementara Jane, tampak penasaran, mengapa Luis menariknya secara tiba-tiba untuk keluar dari coffe shop.
“Kamu kenapa ?” tanya Jane lagi pada Luis yang masih terlihat diam mematung sembari fokus pada jalanan.
Luis menepikan mobilnya, dan segera memeriksa pesan masuk. Ia memang sengaja mematikan ponselnya karena asyik berduaan bersama Jane.
Jane tampak kesal karena Luis tidak menanggapi pertanyaannya, dan malah lebih serius memeriksa ponselnya. Jane sudah bisa menduga, jika sudah begitu, maka siapa lagi yang membuat prianya menjadi seperti itu, kalau bukan si mak lampir Fara !
“Luis !” Jane yang tidak sabar, berteriak pada Luis.
“Diamlah, atau aku akan meninggalkanmu disini !” ancam Luis tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
Jane benar-benar kesal oleh sikap kasar Luis. Padahal, baru beberapa saat yang lalu mereka memadu kasih dengan begitu panasnya.
Akhirnya Jane duduk diam dengan wajah ditekuk.
“Huff ... Fara tidak jadi terbang, Papinya masuk rumah sakit,” ucap Luis sambil bersandar pada kursi mobil dan memiringkan kepalanya untuk melihat Jane yang masih kesal.
“Ayolah, jangan marah seperti itu. Kamu tahu, kalau aku tidak bisa mengabaikan Fara. Sedikit lagi aku akan menikahinya, dan secara perlahan, perusahaannya akan jatuh ke tanganku. Tentu saja, itu juga akan menyenangkanmu, bukan ?” Luis kembali merayu Jane yang sedang ngambek padanya sambil tangannya mengusap lengan Jane.
Luis menjelaskan mengapa ia tiba-tiba menarik Jane untuk segera pergi dari Coffe shop tadi. Walau sudah tahu alasannya, Jane tetap saja kesal. Apalagi ucapan jika Luis tidak bisa mengabaikan Fara, walaupun itu karena uang. Jane tahu, Luis tidak tulus pada Fara yang memiliki ketakutan pada sentuhan yang berlebihan. Bagaimana hubungan bisa terjalin indah, jika bersentuhan lama membuat Fara merasa mual dan jijik. Sedangkan Luis pria normal yang juga butuh kehangatan belaian.
Luis segera mengantarkan Jane untuk pulang terlebih dahulu, setelahnya, ia akan mencari alasan mengapa ponselnya tidak bisa dihubungi. Apalagi Fara sangat cinta dan percaya padanya, dan itu adalah kemenangan baginya.
*******
Kafi mulai membantu Arsen yang super dingin dan super cuek. Bos nya itu akan berbicara jika ada hal yang penting saja, tapi itu lebih baik daripada memiliki bos yang cerewet. Walau demikian, hal yang membuat Kafi senang adalah, Arsen sangat teliti dan juga tidak gampang membentak jika masih bisa diselesaikan dengan baik. Tapi jika sudah terlalu bandel, taring bos nya itu sangat menakutkan.
Cklek !
Pintu ruangan Arsen terbuka, menampilkan sosok Fara yang terlihat manyun.
"Datang tidak diundang, pulang minta diantar, ngapain kemari ?" Tanya Arsen pada Fara yang malah nyengir kuda.
"Nio ... tolong temani aku menghadiri acara makan malam bersama kolega. Kebetulan Luis sedang ada tugas ke luar kota. Aku ingin menyuruh yang lain untuk pergi, tapi Luis bilang ini tanggung jawabnya, jadi aku tidak bisa memaksa. Toh dia juga masih perlu banyak belajar, untuk membuat Papi makin yakin padannya," ucap Fara panjang lebar yang hanya dibalas Arsen dengan merotasi bola matanya.
"Jangan terlalu percaya padanya, dari awal kamu bersamanya, aku sudah tidak suka." Perkataan Arsen malah mendapat cibiran dari Fara.
"Kalau dari awal tidak suka, harusnya kamu menikahi ku saja, biar aku enggak cari pria lain," jawab Fara asal lalu mendekati Kafi yang sedang asyik memeriksa laporan.
"Aku bisa mati muda jika menikahimu," jawab Arsen yang mendapat cibiran kesal dari Fara. Tapi Fara tidak membalasnya lagi karena sedang melihat apa yang dilakukan oleh Kafi.
"Kamu betah disini ? Kalau si Lion itu galak, bilang padaku," ucap Fara yang dibalas senyum manis Kafi.
Kafi menatap Fara, ia mendengarkan perkataan bos nya yang ternyata tidak suka pada Luis. Kafi menghela nafas panjang, merasa kasihan jika Fara harus menikahi pria pengkhianat seperti Luis. Tapi mengatakan itu pada Fara bukan kapasitasnya. Dia siapa, dan Fara siapa ?
"Kafi ... kenapa melamun? eh Nio, apa aku boleh pinjam Kafi untuk menemaniku ?" Tanya Fara yang berubah pikiran.
"Tanya dia kalau mau, kalau enggak mau jangan dipaksa. Takutnya dia malu jalan sama kamu, entar dikira Ibu sama anak lagi," ledek Arsen pada Fara yang membuat wajah Fara kembali manyun. Arsen selalu saja meledeknya dimanapun berada.
"Kalau Alfan ada disini, tentu saja aku lebih memilih pergi dengannya daripada mengajak playboy cap kadal sepertimu," balas Fara membuat wajah Arsen berubah sendu. Ia mengingat Alfan, yang saat ini masih berada di luar negeri.
Hubungan persaudaraan yang kaku dan juga penuh permusuhan. Walau sikap Arsen terlihat cuek dan dingin, tapi sebenarnya ia peduli pada saudara tirinya tersebut.
"Giman Kafi ? aku bayar deh." Fara tampak serius dengan ucapannya.
Hening sesaat, karena Kafi tidak kunjung menjawab. Arsen juga tidak akan memaksa, karena dia tidak seperti itu.
"Saya enggak bisa, bu." Akhirnya keluar juga jawaban dari bibir Kafi. Jawaban yang membuat Fara terlihat kecewa.
"Kenapa ? apa pacar kamu marah?" tanya Fara yang merasa tidak puasa pada jawaban Kafi.
"Enggak juga, saya hanya malas saja," jawaban santai dari Kafi benar-benar membuat Fara dongkol.
"Saya bayar dua kali lipat kalau kamu mengiyakan ajakan saya !" Fara terlihat mulai emosi menanggapi Kafi yang benar-benar santai bak di pantai.
"Mohon maaf, saya enggak bisa." Kafi tetap pada jawaban awalnya.
"Sudahlah, dia enggak mau jangan dipaksa. Lagian, punya cowok kok kayak enggak punya cowok," sindir Arsen yang membuat Fara makin kesal. Ya ... Fara tidak suka pada penolakan.
Karena kesal, Fara segera berpamitan pada Arsen tanpa mau melihat ke arah Kafi.
Brak !
Pintu dibanting dengan kencang oleh Fara begitu keluar dari ruangan Arsen.
Kafi hanya melongo, sedang Arsen tampak tenang. Melihat Fara dengan tingkah malam lain siang lain, itu sudah biasa.
Malam hari, tampak Fara yang telah bersiap menghadiri acara makan malam. Papi belum mau pulang dari rumah sakit. Padahal, Dokter sudah mengizinkan untuk pulang.
"Kenapa lama sekali bawa sepatunya !" bentak Fara pada Maid yang baru datang membawakan sepatunya.
Dengan kasar, Fara mengambil sepatu dari tangan Maid yang hanya menunduk, kalau si nona muda sudah keluar tanduknya.
"Sudah, sana pergi !" usir Fara pada Maid yang lebih tua usianya dari dirinya.
Fara keluar kamar dengan anggun. Walau wajahnya masih terlihat kesal. Luis tidak ada dan juga Kafi menolak ajakannya.
Mengingat Kafi, membuat kekesalannya makin berlipat ganda.
“Dasar karyawan baru yang menyebalkan, awas saja ! aku bisa membuatmu bekerja, aku juga bisa membuatmu kehilangan pekerjaan !” kesal Fara dengan tatapan tajam, sebelumnya akhirnya masuk ke dalam mobil.
Fara bakal lakukan apa ke Kafi ? Keinginan ditolak, kekuasaan bernyanyi.