Mataku masih mengawasi semua yang terjadi. Melihat Kak Vero yang mengernyitkan dahinya sambil tetap fokus ke jalan ramai yang ada di depan. Dengan bantuan kaca yang ada di depan, aku tidak melewatkan apa saja yang Kak Vero lakukan. Astaga, aku seharusnya tahu fungsi kaca itu sejak tadi. Tapi tidak apa-apa, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, bukan? “Bagaimana kamu bisa tahu jika itu darah asli??” Tanya Kak Vero. Iya juga, bagaimana aku bisa tahu jika itu darah asli? Aku hanya melihatnya sekilas dan merasakan bagaimana cairan dingin itu menyentuh kulitku. Hanya itu saja dan aku langsung bisa menyimpulkan jika darah itu adalah darah asli. Bukan darah palsu seperti yang digunakan oleh Siera. Dan satu lagi.. iya. Aku tahu jika darah itu asli karena aku mencium aromanya. Aku