Aku melihat Kak Vero menatapku pias. Seperti tidak menyangka pada apa yang baru saja aku katakan. Oh tidak, tentu dia tidak akan menyangka jika adik kecilnya ini akan berucap seperti itu. Aku menunggu beberapa detik hingga dia bereaksi atau setidaknya protes pada pernyataanku. Tapi, tidak! Dia diam saja sambil terus menatapku terkejut. Aku jadi tertawa pelan, berpura-pura menertawakan ekspresinya yang seperti orang kebingungan. Lagi, aku kembali berpura-pura. Satu tanganku terangkat ke udara untuk menunjuk wajahnya sementara tangan yang lain bergerak untuk memegang perutku, berpose layaknya orang sakit perut karena terlalu keras tertawa. Beberapa saat kemudian Kak Vero mengusap wajahnya dengan pandangan yang seperti berkata, ‘apa-apaan ini?’ “Coba lihat wajahmu di kaca. Kakak terlih