Bab 15 : Rumah Sakit

2044 Kata
Dengan gesit Jaehyun menyingkirkan tangan Jinwoo yang baru saja akan ia letakan pada bahu si gadis Kwon. Ia bergegas memapah Eunbi, membawa masuk wanita itu ke dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana lalu pergi. Sedang Jinwoo, pria itu hanya bisa diam melihat semua perlakuan Jaehyun pada Kwon Eunbi. Pria dengan kemeja biru itu merasa aneh dengan sikap Jaehyun yang dirasa tidak wajar untuk sekadar rekan kerja. Pria bermarga Han itu terlihat khawatir bukan main tapi juga terlihat raut cemas di sana. Dan yang Jinwoo tahu soal Jaehyun, ia bukan tipe pria yang akan terlalu peduli pada urusan orang lain selain orang-orang terdekatnya.  Tapi Eunbi tentu tidak termasuk di sana, bukan? Karena sepengetahuan Jinwoo, lagi. Ia hanya sebatas rakan kerja dengan gadis itu. Lagipula Eunbi sendiri yang pernah mengatakan hal itu padanya.  "Apa ada sesuatu antara mereka?" monolog Jinwoo seorang diri.  Ia merogoh saku celana, mengambil ponsel miliknya kemudian menekan beberapa digit nomor sebelum menempelkan benda pipih itu ke arah telinga. Terdengar nada sambung beberapa kali sampai kemudian terdengar sahutan seorang wanita dari seberang panggilan.  "Nunna, kau datang ke tempat syuting ya. Eunbi tidak bisa datang," ucap Jinwoo cepat tanpa melakukan salam.  Seseorang di seberang panggilan mendengkus, iq sedikit mendumal akan sikap Jinwoo yang terkadang sangat seenaknya juga menyebalkan.  "Ya! Begitu caramu meminta tolong pada orang yang lebih tua?" sungut Jiah kesal.  Terdengar kekehan kecil dari Jinwoo, kemudian pria dengan kulit putih pucat itu meminta maaf setelahnya. "Aku akan memaafkan mu, tapi sebelum itu aku harus memarahimu dulu." Tanpa menunggu kelanjutan ucapan Jiah, Jinwoo mematikan panggilan secara sepihak. Ia tahu apa yang dilakukan terkesan tidak sopan dan kurang ajar, ia juga tahu jika nantinya saat ia bertemu dengan Jiah maka ia akan mendapat ceramah super panjang dari wanita itu sebagai gantinya.  Bonus pukulan ringan juga teriakan super melengking dari Shin Jiah.  Jinwoo memutuskan pergi ke tujuan semula. Meski ia penasaran soal Jaehyun juga Eunbi, ia memilih untuk menahannya lebih dulu. Jinwoo berencana menanyakan hal ini pada Jiah saat di lokasi syuting nanti, lagipula keduanya berteman, Jinwoo pikir Jiah akan tahu soal ini. Pikirnya.  *** Sementara di sisi lain, suasana canggung terasa menyesakan bagi keduanya. Sudah sejak tadi tidak ada suara yang terdengar selain suara mesin juga helaan napas dari keduanya yang seakan terasa begitu sesak untuk dikeluarkan.  "Maaf."  Eunbi melirik ke arah Jaehyun yang baru saja berbicara. Pria itu masih menatap ke arah depan, ia hanya menghela napas kemudian diam. "Ini bukan salahmu, aku saja yang tidak hati-hati," sahut Eunbi canggung.  Eunbi terheran saat Jaehyun tiba-tiba menghentikan mobilnya ke tepi jalan. Ia baru saja akan bertanya tapi urung saat secara tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Jaehyun yang meliriknya.  Jaehyun melirik Eunbi sekilas, tangan panjangnya ia gunakan untuk mengambil satu kotak kecil dengan lambang palang merah pada dashboard mobil.  Diraihnya lengan Eunbi dengan pelan. Mula-mula Jaehyun membersihkan luka yang ada sebelum menetesinya dengan obat merah lalu membalutnya dengan hati-hati.  Eunbi sempat meringis beberapa kali, dan saat itu terjadi dengan lembut Jaehyun meniup luka gadis itu. Berusaha mengurangi rasa sakit meski sebenarnya tidak berpengaruh.  Tapi ada hal lain yang terpengaruh akan hal itu, yaitu perasaan Kwon Eunbi. Entah kenapa ia mendadak berdebar mendapat perlakuan demikian dari Jaehyun, sampi-ampai pipinya terasa sedikit hangat karenanya.  "Terima kasih," ucap Eunbi begitu Jaehyun selesai mengobati lukanya.  Suasana akward kembali terjadi. Sungguh, Eunbi paling benci terjebak suasana canggung, akan lebih baik ia mendengar suara melengking Jiah daripada harus berdiam dengan suasana semacam ini. "Kau perlu ke rumah sakit?" tanya Jaehyun memecah keheningan. Pria itu terlihat canggung juga, ia bahkan menggaruk tengkuknya sendiri yang Eunbi tebak tidaklah terasa gatal.  Eunbi menggeleng kuat-kuat. Ia melihat lukanya sebentar kemudian tersenyum, sebenarnya ia tersenyum karena merasa ekspresi Jaehyun terlihat lucu.  "Tidak perlu, lukanya juga tidak seberapa," jawabnya sembari tersenyum. Jaehyun terlihat ragu, ia menimang beberapa kali. Seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu. "Kenapa?"  "Ah? Tidak. Maksudku ... bukan lukamu," ucap Jaehyun tergagap.  "Lalu?" Eunbi kebingungan. "Bayi dalam kandunganmu. Apa dia baik-baik saja? Ku rasa kita perlu memeriksakannya ke rumah sakit," sahut Jaehyun pelan. Terlihat raut khawatir pria itu yang amat kentara.  Hening beberapa saat. Keduanya sibuk menyelam dengan pikiran mereka sendiri. Eunbi yang merasa heran akan sikap aneh Han Jaehyun juga Jaehyun yang tengah menggumakan kata bodohh untuk  dirinya sendiri. Pria dengan rambut gelap itu berpikir, mengapa ia bisa bersikap seperti itu? Terlebih mengkhawatirkan anak dalam kandungan Kwon Eunbi, padahal dulu ia yang setengah mati menolak juga ragu akan anak tersebut.  Tidak lama kemudian Eunbi mengulas senyum, ia meraba perutnya sendiri yang masih nampak rata.  "Sebenarnya aku yakin dia baik-baik saja. Tapi untuk memastikan, ayo kita periksa," secara alami senyum merekah di bibir Jaehyun begitu ia mendengar jawaban si gadis Kwon.  Entah untuk alasan apa ia merasa senang mendengar Eunbi menyetujui usulannya untuk memeriksakan kandungan ke rumah sakit. Untuk sekarang Jaehyun tidak ingin berpikir macam-macam. Ia hanya berpikir untuk menjaga Eunbi dan bayinya karena Hari, ia akan menjaga keduanya dari jangkauan Song Hari. Hanya itu.  Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang, suasana di dalam sana juga terasa jauh lebih baik daripada sebelumnya.  Eunbi juga Jaehyun tiba di rumah sakit tidak lama kemudian. Dengan hati-hati Jaehyun membantu Eunbi turun dari mobil, beberapa pengunjung rumah sakit menatap keduanya sambil berbisik-bisik satu sama lain.  Jangan lupakan Jaehyun yang adalah seorang produser terkenal. Popularitasnya bahkan tidak kalah dengan para idol yang membawakan lagu buatannya.  Beberapa dari mereka berbisik, menebak jika Eunbi adalah tunangan Jaehyun yang selama ini dirahasiakan.  Memang. Sewaktu Jaehyun bertuangan dengan Hari, ia meminta untukmenyenggelarakan acara secara privat juga diam-diam. Pria itu beralasan jika dirinya tidak ingin diketahui privacy nya.  Namun tidak sedikit juga dari mereka yang menggunjing soal keduanya yang membuat janji dengan dokter kandungan.  Sempat juga terdengar selentingan beberapa orang yang menebak jika Jaehyun telah menghamili tunangannya lebih dulu.  "Sudah jangan di dengarkan," kata Jaehyun berusaha menenangkan. Eunbi mengangguk saja, lagipula ia memang tidak terlalu peduli. Keduanya duduk bersanding di ruang tunggu, menunggu nama mereka dipanggil sembari sibuk dengan pemikiran mereka sendiri.  Eunbi menoleh ke arah Jaehyun begitu satu bagian aerphone menyumpal telinga sebelah kirinya. Bisa ia lihat Jaehyun yang tengah tersenyum ke arahnya, pria itu juga mengenakan bagian aerphone yang lain. "Lagu baru, bagaimana?" tanyanya dengan senyum kecil.  "Hng?"  "Lupakan saja," Eunbi terkekeh. Jaehyun mengernyit. "Ada yang lucu?" tanya Jaehyun merasa heran.  "Tidak-tidak. Aku hanya baru tahu jika manusia dingin sepertimu mudah merajuk juga," ucapnya sambil tersenyum geli.  Jaehyun mendengkus. Ia melepas aerphone yang menyumpal telinganya, menitipkan ponsel miliknya kemudian berpamitan untuk ke kamar kecil. *** Jinwoo berlari kecil menghampiri Jiah yang sudah menunggunya, ia meraih sebotol minuman juga handuk yang diulurkan wanita itu.  "Aktingmu kali ini lumayan. Jika kau sering mendapat peran sebagai seorang atlet, ku rasa kau tidak perlu lagi pergi ke gym untuk berolahraga," gurau Jiah asal. Jinwoo terkekeh, ia mengguyur kepalanya dengan air botol membuat Jiah memekik karenanya. "Ya, ku rasa juga begitu. Tapi akan lebih menarik jika aku bisa menjadi second lead dalam drama, terlalu biasa jika harus menjadi lead utama," katanya sambil tertawa.  Jiah mendecih, wanita dengan marga Shin itu berjalan meninggalkan Jinwoo yang mengekor di belakangnya. "Nunna tunggu, ada yang ingin ku tanyakan padamu." Jiah menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Ia menatap Jinwoo yang ingin mengatakan sesuatu tapi terlihat ragu.  "Apa?" tanya Jiah penasaran.  Jinwoo menggaruk tengkuk, ia melirik ke beberapa arah membuat si gadis Shin mengikuti apa yang ia lakukan.  "Sebenarnya kau ingin bertanya apa?" ucap Jiah agak gemas-gemas kesal dengan tingkah Jinwoo hari ini.  Jinwoo hanya meringis begitu mendengar pekikan Jiah yang terdengar cukup nyaring. Bahkan ada beberapa staff produksi yang menengok ke arah mereka.  "Apa Nunna tahu soal Jaehyun Hyung dan Eunbi? Maksudku ada hubungan apa di antara mereka?" tanya Jinwoo pada akhirnya. Keduanya duduk berhadapan di salah satu cafe kecil tidak jauh dari lokasi syuting. Setelah Jinwoo mengatakan pertanyaanya, Jiah segera menarik pergelangan tangan si pria dan membawanya ke cafe.  Di depan mereka sudah ada dua cangkir kopi dengan asap yang mengepul tipis "Jadi?" tanya Jiah pelan-pelan. Gadis itu meneliti Jinwoo, mengamati pria itu dengan lamat.  "Aku mau bertanya sesuatu," bisiknya sembari memajukan badan ke arah Jiah. Ia melakukannya setelah melihat-lihat sekitar dan menemukan beberapa orang tengah melihat ke arah mereka. Jika diperhatikan beberapa di antara mereka seperti fans Jinwoo.  Dengan segera Jiah mendorong kening Jinwoo dengan jari telunjuknya , wanita itu memberikan tatapan maut saat Jinwoo hendak memprotes tindakannya. "Bertanya saja, tidak perlu dengan jarak sedekat itu! Kau membuatku risih," ujarnya sambil bergidik. Kini giliran Jinwoo yang mendengkus, mulutnyq maju ke arah depan sembari mendumal sebal.  "Cepat katakan apa maumu atau kau ku tinggal saat ini juga?" ancam Jiah yang sudah kepalang kesal.  "Noona, kau tahu ada hubungan apa antara Jaehyunl Hyung dan Eunbi?" tanya Jinwoo cepat.  "Jaehyun?" "Han J," ralat Jinwoo kemudian.  Jiah tampak berpikir sejenak kemudian meneguk pelan minumannya setelah meniupnya lebih dulu. Ia menatap Jinwoo dengan alis memincing, juga mata sipitnya yang terlihat kian sipit.  "Memang ada hubungan apa mereka?" rahang Jinwoo seakan jatuh saat Jiah justu bertanya padanya dengan santai. Gadis itu juga melihat Jinwoo yang sudah terlihat kesal bukan main dengan tatapan polos. Ia bahkan bertanya lagi pada pria itu soal kenapa wajahnya terlihat kesal.  Jinwoo menggeram, ia menarik napas panjang dan menghembuskannya amat perlahan. Mencoba menghitung mundur dari angka sepuluh untuk meredam rasa kesalnya. Pria itu berpikir, jika ia tahu ada hubungan apa Jaehyun juga Eunbi, ia tidakakan menanyakan hal itu pada Jiah. Ia pasti akan langsung menyusun rencana ataupun melakukan sesuatu. Batinnya kesal.  "Itu yang aku tanyakan padamu Noona," sahut Jinwoo frustasi. Jiah mengangguk kecil, wanita itu merogoh tas mengambil ponsel kemudian memainkannya.  Cukup lama Jinwoo menanti jawaban apa kiranya yang akan keluar dari bibir Jiah, tapi sampai lima menit setelahnya gadis itu tidak kunjung mengatakan apapun.  "Noona?" panggil Jinwoo kemudian.  Demi apapun ingin rasanya Jinwoo berteriak pada gadis di hadapannya ini. Dengan santai Jiah menyahut dengan deheman pelan sedangkan mata sipitnya masih saja terfokus pada layar.  "Noona tahu?" tanya Jinwoo pelan, masih mencoba mengatur kesabaran.  "Tahu apa?" Jiah bertanya balik. Hal itu membuat Jinwoo mendesah frustasi. Sepertinya kini ia tahu apa yang selama ini dirasakan Jiah saat menghadapi dirinya. Ia jadi agak menyesal dengan itu.  "Jaehyun hyung juga Eunbi," suara Jinwoo terdengar lirih.  "Tidak, aku bahkan baru tahu jika mereka dekat," ingin rasanya Jinwoo membenturkan dahi ke tembok. Pria itu menggerang tertahan, ia berpikir jika apa yang dilakukannya saat ini benar-benar tidak ada gunanya sama sekali.  Ia jadi ragu jika Jiah juga Eunbi benar-benar berteman.  "Omong-omong, kenapa kau bertanya? Tumben. Kau itu bukannya mahluk anti sosial yang hanya tahu soal game dan bekerja?" tanya Jiah heran, sesaat setelah ia kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas.  Belum sempat Jinwoo menyahut, Jiah sudah lebih menghentikannya. Gadis itu berekspresi aneh dengan mata membulat juga satu telapak tangannya yang ia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri.  Jangan lupakan telunjuk dari tangan lainnya yang ia gunakan untuk menunjuk tepat ke arah Oh Jinwoo.  "Seolma. Jangan bilang kau …," Jiah menggantungkan ucapannya dan hal itu memancing kerutan di dahi Jinwoo kian terlihat jelas.  Baru saja si pria akan menyahut, tapi ucapan Jiah lebih dulu membuatnya bungkam. Tidak dapat menjawab pertanyaan gadis di depannya.  "Kau menyukai Kwon Eunbi?" Jinwoo menggantungkan kalimatnya di udara, mulutnya yang semula terbuka kini kembali terkatup rapat.  Menyukai Eunbi? Apa itu benar? Apa itu yang memang ia rasakan?  "Sikapmu aneh sejak pertama kali bertemu dengannya, kau juga langsung menyetujui begitu aku menawarimu seseorang untuk menjadi asisten pribadimu, padahal sebelumnya kau selalu menolak hal itu bahkan saat aku baru mengutarakan pendapat." "Dan lagi, kau bertanya soal ada hubungan apa antara Han J juga Eunbi. Kau itu bukan tipe orang yang suka ikut campur apalagi sampai mencari tahu urusan orang lain, terkecuali kau memang tertarik akan hal itu. Dalam kasus ini tentu kau tidak mungkin tertarik dengan Jaehyun, jadi kemungkinan besar kau merasa tertarik dengan Kwon Eunbi. Iya'kan?  Masih tidak ada sahutan dari si pria Oh. Ia hanya terdiam dengan pemikirannya sendiri yang mendadak rumit.  Apa yang dikatakan Jiah memang benar, ia bukanlah tipe orang yang mau repot mengurusi hidup orang lain. Tapi hal itu terjadi begitu saja saat ia bertemu dengan Kwon Eunbi.  Namun ada hal yang masih mengganjal dalam pemikiran Oh Jinwoo, itu bukan soal ia yang menyukai Kwon Eunbi karena ia memang mengakui tertarik dengan gadis itu.  Tapi hal itu lebih kepada, apa ia memang yakin dengan perasaanya? Karena di sisi lain Jinwoo masih menyimpan rapat satu nama yang masih menduduki posisi penting dalam hidupnya sejak dulu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN